KABARILA.ID DARI bandara Surabaya, siang jelang sore. Kami langsung menuju Malang, Jawa Timur.
Kami yang dimaksud, bertiga. Saya menemani dua kawan dari Makassar, Syarief Amir dan Asdar Tukan (Bang Chikon) yang datang sehari sebelum kegiatan kuliah umum berbalut tausyiah di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (18/11/2023).
Pemberi materinya: Das’ad Latief, ustads kondang sekaligus akademisi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Tiba di kota Malang. Sudah malam. Kami disambut seorang laki-laki ganteng berkopiah. Ia menyalami kami satu per satu. “Hey, Apa kabar?” sapanya.
Namanya Muslimin Machmud. Lengkapnya Prof.Dr.Muslimin Machmud, M.Si. Dekan FISIP UMM.
Dialah yang mengundang ustads Das’ad Latief ke kampus UMM di daerah Tlogomas, arah ke kota wisata Batu.
Bagi saya yang baru pertama kali bertemu, dari sikapnya, saya menangkap kesan sosok yang sangat ramah. Cekatan dan rendah hati. Setidaknya untuk ukuran seorang guru besar yang selama ini terlintas umum dalam pikiran saya.
Malam itu, disela-sela obrolan kami, saya melihat tak berhenti “Prof Mus”- begitu dirinya akrab disapa – mengontak beberapa orang dan stafnya.
Maklum sebagai pimpinan dan yang punya hajatan, ia ingin memastikan semua persiapan acara esok harinya berjalan tanpa kendala yang berarti.
Menurut Prof Mus, awalnya konsep kegiatan yang juga dirangkaian dengan “Student Day’ itu hanya terbatas di lingkungan FISIP saja.
Tapi oleh pak Rektor UMM diminta skalanya diperluas dengan peserta lebih beragam dan ruangannya dipindah ke gedung yang lebih besar daya tampungnya.
Saya penasaran dengan sosok guru besar yang telah mengabdikan dirinya lebih kurang 30 tahun di kota apel ini. Yang juga jebolan sarjana dari FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Jurusan ilmu komunikasi.
Ia masuk tahun 1987 di Unhas lewat jalur PMDK dari SMA Negeri 1 Parepare, Sulawesi Selatan.
Sebagai penerima beasiswa TID dari Dikti, setamat dari Unhas, Muslimin meniti karir sebagai dosen dan ditempatkan di UMM pada tahun 1993.
Baru mengajar tiga bulanan, pasca merampungkan studi magisternya, Muslimin mendapat kepercayaan sebagai sekretaris jurusan (Sekjur) ilmu komunikasi dan berlanjut sebagai Ketua jurusan hingga tahun 2001.
“Ini jabatan struktural pertama saya,” kenangnya.
Selanjutnya boleh dibilang karir Muslimin kian moncer setelah dirinya dipercayakan sebagai Pembantu Dekan (PD) II FISIP periode 2001-2005 yang membidangi SDM, keuangan, sarana dan prasarana.
Belum selesai Muslimin menuntakan masa jabatan sebagai PD II, ia ditarik oleh pimpinan UMM ke Rektorat dengan menjadi Kepala Biro Keuangan Universitas.
Berselang waktu, ia pun menapaki karir antara lain sebagai Kepala Biro Umum, pengelola Prodi Doktoral FISIP dan sebagai Dekan FISIP.
“Saya hanya mengikuti arus kehidupan dan menjalani takdir saya. Saya bersyukur bisa sampai ke titik ini,” katanya.
Di kegiatan kemasyarakatan, Muslimin juga dikenal aktif sebagai pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) cabang Malang Raya. Bahkan dua periode memimpin organisasi paguyuban itu.
Pertemuan singkat saya dengan Prof Mus itu makin lengkap setelah saya diberikan buku autobiografi yang ditulisnya Januari 2022.
Hanya saja, saya lupa memintanya untuk sekedar memberi tanda tangannya di buku itu. Mungkin lain waktu!*** (Rusman Madjulekka)