KABARIKA.ID, MAKASSAR – Koordinator Presidium Provinsi Gerakan Rakyat Sulawesi Selatan Asri Tadda mengatakan bahwa Pemilu adalah momentum advokasi kebijakan publik skala besar yang dapat diperankan oleh warga negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal tersebut disampaikan Asri saat membawakan materi Pengantar Advokasi Kebijakan pada kegiatan Latihan Kader Kesehatan (LKKes) yang diselenggarakan Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) HMI Cabang Makassar Timur di Labkesda Provinsi Sulsel Jalan Wijaya Kusuma, Makassar, Sabtu (06/01/2024).

“Saya sendiri dan kawan-kawan mungkin bisa berubah kapan saja. Tetapi (nasib) bangsa ini hanya dapat diubah melalui Pemilihan Umum yang konstitusional. Pada Pemilu 2024 nanti kita akan memilih anggota parlemen dan tentu saja Presiden dan Wakil Presiden yang baru,” jelasnya.

Asri yang pernah menjadi Ketua Umum LKMI HMI Cabang Makassar Timur periode 2004-2005 silam mengungkapkan, bahwa kerja-kerja advokasi, termasuk di bidang kesehatan akan selalu terkait dengan kebijakan publik yang lahir dari proses politik.

“Kebijakan publik yang akan diadvokasi, termasuk di bidang kesehatan yang tidak berpihak pada rakyat, sesungguhnya lahir dari proses politik oleh mereka yang dipilih rakyat pada Pemilu sebelumnya,” jelas Juru Bicara Tim Pemenangan AMIN Sulsel ini.

Karena itu, kata Asri, momentum Pemilu menjadi titik puncak mengadvokasi beragam masalah yang terjadi di masayarakat.

“Kalau pada Pemilu nanti Rakyat memilih anggota parlemen yang berkualitas, juga Presiden dan Wapres yang memiliki visi dan gagasan yang kuat untuk perubahan, saya yakin masa depan bangsa ini bisa lebih baik, dan setengah dari pekerjaan advokasi kebijakan publik kita bisa dianggap selesai,” beber Asri yang juga Wakil Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies (KoReAn).

Asri menambahkan, mahasiswa harus mengambil peran dan aktif dalam Pemilu, serta menghindari pilihan menjadi Golput.

“Jangan golput. Mohon dicamkan, apakah kawan-kawan mau ikut memilih atau tidak, toh Pemilu akan tetap berjalan dan akan ada hasilnya, yakni anggota parlemen dan Presiden baru. Dan itu harus kita terima jika prosesnya konstitusional,” tegas Asri di hadapan puluhan mahasiswa kesehatan yang mengikuti pelatihan tersebut.

Pada Pemilu 2024 nanti, kata Asri, sekitar 54 persen pemilih terdaftar adalah kelompok generasi Z dan milenial. Hanya saja Asri khawatir tingkat partisipasinya rendah.

“Nah, tugas mahasiswa sebagai kalangan intelektual terdidik adalah bagaimana memaksimalkan kelompok milenial dan gen z untuk berpartisipasi di Pemilu. Ajak kawan-kawan kalian untuk hadir di TPS dan memilih figur-figur terbaik di setiap posisi politik,” ajak Asri.

Soal pilihan politik, penulis buku Indonesia Masih Sakit (2018) ini menganggap kalangan mahasiswa dianggap sudah bisa memilih dan memilih calon terbaik secara independen.

“Karena kawan-kawan di bidang kesehatan, carilah figur calon legislatif dan calon Presiden yang memiliki perhatian, pemahaman dan pemihakan yang lebih baik dalam pembangunan kesehatan dibandingkan calon yang lain,” pungkas Asri disambut aplaus meriah para peserta.(*)