PENGANTAR. Firmansyah Demma, aktivis kampus Universitas Hasanuddin menuangkan gagasan dan kritik terhadap keberadaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penting menyamakan persepsi arah gerakan karena gerakan mahasiswa bukan sebatas gerakan sosial, tetapi juga Adalah Gerakan Politik.
Bagaimana BEM Universitas dan BEM Jurusan bergerak bersama jika berpotensi menimbulkan turbulensi disintegrasi? Ini tantangan besar, alhasil, yang tampak sekarang adalah faksi-faksi.
Firmansyah menulis artikel dalam format panjang sehingga Kabarika membagi menjadi tiga segmen agar Pembaca tetap nyaman. REDAKSI.
___________________
KABARIKA.ID–TERLEPAS dari pentingnya mewujudkan gerakan mahasiswa UNHAS yang kolektif, merumuskan arah gerakan mahasiswa Unhas juga adalah PR untuk kita semua.
Karena, walaupun nantinya mahasiswa UNHAS kolektif dalam bergerak tetapi tak punya arah gerakan yang jelas, maka tetap akan gerak jalan di tempat.
Mahasiswa UNHAS sebagai sekumpulan orang-orang kritis dengan neraca intelektualnya, secara moral memiliki tanggung jawab besar terhadap kondisi bangsa.
Seperti yang didaku oleh aktivis mantan Ketua Senat Indonesia tahun 1961, A.M Fatwa dalam buku Syaifulla Syam (2005), mengatakan bahwa mahasiswa adalah kelompok generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah nasional, karena mahasiswa merupakan sumber kekuatan moral bagi bangsa Indonesia.
Hal itu menandakan, bahwa mahasiswa menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari masyarakat. Seperti halnya para mahasiswa dari almamater merah.
Mahasiswa UNHAS yang merupakan bagian penting dalam masyarakat, harus mewujudkan gerakan mahasiswa yang berkontribusi besar terhadap kepentingan orang banyak. Dalam gerakan, memang diperlukan adanya kepentingan.
Tapi, kepentingan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Atau kepentingan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, untuk mahasiswa. Bukan untuk kepentingan yang lainnya.
Gerakan Mahasiswa UNHAS diharapkan menjadi kekuatan besar yang dapat memperjuangkan hak-hak mahasiswa dan masyarakat secara kritis.
Walaupun dalam kebiasaannya, gerakan mahasiswa Unhas tidak setiap saat muncul di permukaan. Namun hal itu tidak menjadi masalah, sepanjang yang dilakoni bisa berdampak positif terhadap orang banyak.
Aktivis mahasiswa Unhas perlu untuk duduk dan merumuskan bersama, bahwa gerakan yang dianulir oleh mahasiswa UNHAS adalah gerakan berbasis politik kerakyatan. Gerakan yang menjadikan mahasiswa dan masyarakat sebagai titik star dan titik finish.
Gerakan mahasiswa UNHAS tidak boleh hanya sekadar turun ke jalan memperlihatkan kuantitasnya, menunjukkan warnanya, dan mengibarkan benderanya.
Lebih dari itu, gerakan mahasiswa UNHAS juga harus menghidupkan diskursus kampus yang ilmiah dan akademis sebagai bagian dari instrumen pergerakannya.
Terkadang, gerakan mahasiswa UNHAS hanya berhenti sebatas di jalanan saja tanpa membuahkan hasil yang manis. Meskipun ada juga yang menganulir, bahwa hasil yang manis adalah perjuangan itu sendiri.
Secara idealis iya, tetapi itu tidak menghasilkan solusi konkret terhadap apa yang disuarakan.
Dunia aktivisme UNHAS sudah sepatutnya diwarnai dengan gagasan-gagasan yang kritis, konstruktif, dan visioner.
Untuk mewujudkannya, kita membutuhkan kebiasaan-kebiasaan Intelektual. Seperti memperluas ruang-ruang diskursus.
Alangkah nikmatnya terasa suasana kampus Unhas apabila setiap saat di pojok-pojok kampus ada lingkaran diskusi yang sifatnya ilmiah dan akademis. Terlebih lagi sudah banyak hal-hal pendukung di era sekarang.
Pers semakin banyak, dunia digital semakin luas, dan teknologi semakin canggih. Semua itu menjadi nilai tambah yang akan membuat pergerakan mahasiswa semakin visioner dan konstruktif.
Gerakan diskursus rutin itu bisa saja dilakukan oleh siapapun, misalnya oleh BEM-U sebagai lembaga eksekutif di tingkat universitas.
Adalah sesuatu yang menakjubkan apabila gerakan mahasiswa UNHAS mahir di jalanan, juga mahir di ruang-ruang diskursus.
Sekali lagi, bagi penulis, BEM-U adalah jawaban atas itu semua! (Bagian terakhir dari tiga tulisan)
Catatan: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat Universitas atau Institut. Umumnya, BEM dipimpin oleh seorang Ketua dan Wakil Ketua. Untuk melaksanakan program-program kerjanya,