Yoichi Masuzoe dari Tokyo ke Kitakyushu, kota kelahirannya di Selatan Jepang karena ingin merawat ibu kandungnya yang memperlihatkan gejala kesehatan jiwa

KABARIKA.ID–Notifikasi breaking news dari harian online Japan Times memaksa saya untuk membaca berita apa gerangan di sela-sela rapat World Class University di kampus UNHAS beberapa hari yang lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beritanya cukup mengagetkan, Gubernur Kota Tokyo, Yoichi Masuzoe mengundurkan diri sebagai Gubernur akibat skandal penggunaan dana masyarakat untuk kepentingan pribadi, salah satunya pembelian komik buat anaknya.

Saya pertama mengetahui Yoichi Masuzoe ini ketika masih menuntut ilmu di Hiroshima di awal tahun 1991.

Waktu itu Professor saya menyarankan untuk mempercepat penguasaan bahasa Jepang, dan disarankan untuk sering mendengar radio dan menonton televisi khususnya yang sifatnya talk show.

Pada jaman itu di Fuji TV ada satu acara talk show politik yang sangat terkenal dengan pembawa acara Takeshi Kitano, biasa dikenal dengan nama Bito Takeshi.

Salah seorang yang menjadi tamu rutin di acara ini adalah Yoichi Masuzoe, pendiri Masuzoe Institute of Political Economy.

Masuzoe san banyak disukai oleh anak muda Jepang pada saat itu karena selain lihai mengemukakan pendapat, juga karena  dia adalah tamatan fakultas Hukum Universitas Tokyo (Todai Sotsugyosei) yang sangat terkenal sebagai penghasil politisi di Majelis Tinggi dan Rendah Parkemen Jepang.

Menyebut nama sebagai alumni Todai merupakan jaminan yang sangat kuat untuk mendapatkan posisi apapun baik di pemerintahan maupun swasta di Jepang.

Selain itu Masuzoe san juga fasih berbahasa Inggris dan Perancis karena pernah menjadi peneliti tamu di Universitas Paris selama 2 tahun dan Graduate Institute of International Studies di Geneva.

Pada tahun yang sama, Masuzoe san membuat keputusan penting, dengan pindah dari Tokyo ke Kitakyushu, kota kelahirannya di Selatan Jepang karena ingin merawat ibu kandungnya yang memperlihatkan gejala kesehatan jiwa.

Setelah kembali ke Indonesia pada musim semi tahun 1997, setahun berikutnya saya mendengar kabar dari seorang teman lab yang juga mentor di lab, Takao Shima bahwa Masuzoe san menerbitkan buku hasil tulisannya yang berjudul “When I Put a Diaper on My Mother”.

Buku ini diterbitkan pada tahun 1998. Bisa dibayangkan seorang Masuzoe san yang berpendidikan tinggi dan sudah melanglang buana ke beberapa belahan dunia ini, mau kembali ke kampung halaman untuk merawat ibunya dengan sangat telaten.

Pengalaman merawat inilah serta hambatan-hambatan yang ditemui hubungannya dengan sistem jaminan sosial dan kesehatan Jepang yang ditumpahkan dalam suatu buku.

Konon kabarnya bukunya terjual 1 juta eksampler, jauh lebih banyak dibanding buku-buku tentang politik dan ekonomi yang sudah ditulis oleh Masuzoe san.

Singkat cerita setelah kurang lebih 9 tahun mengurus ibunya, Masuzoe san kembali ke Tokyo dan ikut bertarung di pemilihan Gubernur Tokyo tetapi hanya berhasil menduduki urutan ke-3 dari 19 kandidat.

Buku yang ditulis di atas ternyata menjadi rujukan untuk perbaikan pengelolaan kesehatan di Jepang.