Kementan Persiapkan Kondisi Musim Kering di Lahan Pertanian, Antisipasi Prediksi BMKG

Berita260 Dilihat

KABARIKA.ID, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pentingnya pengisian air bagi lahan-lahan pertanian Indonesia terutama di sejumlah zona kering seperti pulau jawa, NTB, NTT dan sebagian pulau sulawesi.

Menurut Dwikorita, posisi Indonesia akan memasuki musim kering panjang yang akan dilalui dalam beberapa bulan ke depan.

Meski demikian, dia menjelaskan tahun ini tidak akan ada el nino karena di sebagian wilayah mulai turun hujan.

“Tidak ada el nino bukan berarti kita abai dengan kekeringan. Kita tetap harus waspada dengan memenuhi kebutuhan air bagi lahan-lahan pertanian,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, Selasa, 28 Mei 2024.

Dwikorita mengatakan, saat ini sesuai dengan prediksi BMKG sebagian wilayah Indonesia sudah memasuk musim kemarau hingga 19 persen. Bahkan di Sulawesi sifat kekeringannya lebih tajam dari kekeringan sebelumnya.

“Sifat hujan di zona kemarau ini terutama di sebagian jawa, bali, nusa tenggara barat dan timur. Sementara di sulawesi sifat hujannya lebih kering dari kemaraunya,” katanya.

Dwikorita menghimbau para petani dan masyarakat pada umumnya dapat melakukan penampungan air atau memanen ari dengan cara menyimpannya di tandon atau waduk kecil sehingga bisa dialirkan ke lahan pertanian maupun penggunaan lainnya.

“Mohon kepada masyarakat agar melakukan panen hujan yang ada dengan tandon atau embung. Semoga musim kering ini bisa kita lalui dengan sikap waspada dan juga siaga agar jangan menimbulkan bencana apapun,” katanya.

Sebagaimana diketahui Kementerian Pertanian terus melakukan upaya antisipasi kondisi musim kering melalui pemenuhan air dengan program dan solusi cepat pompanisasi yang diambil dari sungai-sungai besar Indonesian. Cara ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas sehingga pangan dalam negeri dalam posisi aman.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak para petani di seluruh daerah untuk memanfaatkan program pompanisasi yang disiapkan pemerintah dalam mengantisipasi musim kering panjang.

Menurut Mentan, pompanisasi bisa memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif.

“Satu pompa bisa melayani 50 sampai 100 hektar, bayangkan kalau 10.000 pompa bisa melayani 50 hektare saja per pompa, itu artinya bisa 500.000 hektare. Dan kalau 500.000 hektare ini bisa menghasilkan 1,5 juta ton, itu berarti akan meningkatkan pendapatan petani 15 triliun pertahun. Artinya apa? ekonomi bergerak di desa,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *