KABARIKA.ID, MAKASSAR — Pemerintah Arab Saudi menetapkan pelaksanaan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah1445 H. bertepatan dengan 15 Juni 2024. Menjelang wukuf, jemaah haji diimbau untuk menjaga kesehatan, terutama kesehatan jantung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Imbauan itu disampaikan oleh anggota tim kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Ners Rendi Yoga Saputra terkait kesiapan fisik yang harus dijaga oleh para jemaah haji.
“Mengutip pernyataan dari Kasi Pelayanan Kesehatan Daker Makkah, mayoritas jemaah haji Indonesia yang meninggal disebabkan oleh penyakit jantung. Jadi, jemaah diminta untuk waspada,” ujar Rendi di Jeddah, Minggu (9/06/2024).
Ia menjelaskan, gangguan jantung dapat terjadi di mana pun, termasuk di Tanah Suci.
“Di dunia, kegawatdaruratan berhubungan dengan kasus henti jantung masih menjadi juara penyebab kematian,” ujar Rendi.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memastikan kesehatan jemaah dalam kondisi baik, salah satunya dengan pemeriksaan istitha’ah jemaah haji.
Pemeriksaan istitha’ah jemaah haji dilakukan pada pemeriksaan kesehatan tahap ke-2 sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Jemaah haji dengan penyakit penyerta wajib dalam kondisi baik dan terkontrol dengan pengobatan rutin.
Menurut Rendi, jemaah haji dengan penyakit degeneratif memiliki risiko tinggi mengalami gangguan jantung.
“Apalagi etape perjalanan ibadah haji melalui beberapa tahap sejak embarkasi, penerbangan, perjalanan darat ke Makkah dan juga prosesi saat di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna),” jelas Rendi.
Pengenalan dan deteksi dini gangguan jantung selama di Tanah Suci berguna untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, sehingga gangguan jantung akan mendapatkan penanganan medis lebih cepat dari tim kesehatan.
Untuk mengantisipasi gejala gangguan jantung, Rendi membagikan tips cara mudah mengenali adanya gangguan jantung bagi jemaah haji selama berada di Tanah Suci.
1. Kenali gejala yang mungkin muncul. Gejala yang paling sering dialami jemaah adalah adanya nyeri pada dada, seperti tertindih dan menjalar. Gejala ini dapat disertai pusing dan muntah serta kepala terasa sakit atau berat.
Jika jemaah haji mengetahui atau melihat teman sekamarnya memiliki gejala tersebut, segera hubungi Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK).
2. Kendalikan faktor risiko. Untuk jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit, seperti hipertensi, diabetes dan kolesterol wajib meminum obat rutin dan kontrol pada TKHK ataupun dokter spesialis di Poli Risti di Sektor.
Hal ini bertujuan agar jemaah yang sedang dalam pengobatan dapat terpantau kondisinya. Diabetes, hipertensi dan kolesterol yang tidak terkontrol dapat memicu munculnya gangguan jantung.
3. Ketahui kapan harus beristirahat. Puncak ibadah haji memerlukan kondisi fisik yang prima. Oleh karena itu, tim kesehatan mengimbau para jemaah agar mendengarkan tubuhnya, apabila tubuhnya sudah memberikan alarm untuk beristirahat, maka tidak boleh memaksakan diri pada ibadah sunnah, dan harus berfokus pada persiapan Arafah. (*/rs)