KABARIKA.ID, NEWYORK — Hanya beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi gencatan senjata di Gaza yang diajukan AS, Indonesia mendesak semua pihak mempercepat pelaksanaan resolusi tersebut di lapangan guna mencegah jatuhnya lebih banyak korban warga Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak 14 anggota menyatakan setuju dan satu-satunya negara yang menyatakan abstain, yakni Rusia, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi gencatan senjata di Gaza, pada Selasa (11/06/2024) yang merupakan proposal usulan pemerintah Amerika Serikat (AS).
Dengan persetujuan ini, Dewan Keamanan PBB secara otomatis mendukung rencana tiga fase gencatan senjata yang diuraikan oleh Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei lalu, yang digambarkannya sebagai inisiatif pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Kelompok Hamas menyambut baik resolusi tersebut, dan dalam sebuah pernyataan mengatakan mereka siap bekerja sama dengan para mediator untuk menerapkan prinsip-prinsip rencana yang konsisten dengan tuntutan rakyat dan perlawanan mereka.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, menyatakan adopsi Resolusi DK PBB 2735 terkait proposal tiga fase gencatan senjata di Gaza ,merupakan langkah yang sudah lama tertunda, tetapi penting untuk menghentikan kekejaman terhadap rakyat Palestina dan mewujudkan gencatan senjata segera dan permanen di Gaza.
Indonesia juga kembali mendesak semua negara untuk segera mencapai kesepakatan sesegera mungkin, demi memastikan gencatan senjata yang langgeng, bantuan segera bagi rakyat Palestina dan membuka jalan menuju implementasi solusi dua negara.
Tiga Tahap Gencatan Senjata
Tiga tahap gencatan senjata dalam resolusi DK PBB Nomor 2735 Tahun 2024 itu adalah sebagai berikut.
Pertama, gencatan senjata segera dan menyeluruh dengan pembebasan sandera, pemulangan jasad sandera yang terbunuh, pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, penarikan pasukan Israel dari wilayah berpenduduk di Gaza, kembalinya warga sipil Palestina ke rumah mereka, dan distribusi bantuan kemanusiaan yang aman dan efektif dalam skala besar ke seluruh Gaza.
Kedua, mencakup penghentian permanen permusuhan dengan imbalan pembebasan semua sandera yang masih berada di Gaza, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Ketiga, dimulainya rekonstruksi besar-besaran Gaza dan pengembalian jasad para sandera yang masih berada di Gaza kepada keluarga mereka.
Resolusi itu juga menyatakan, “Jika perundingan memakan waktu lebih dari enam pekan untuk tahap pertama, gencatan senjata akan tetap berlanjut selama perundingan berlanjut.”
Pakar Puji Peran Sentral AS
Pengamat Timur Tengah di Universitas Indonesia, Yon Machmudi, Ph.D mengatakan resolusi gencatan senjata di Gaza ini menunjukkan dorongan kuat AS untuk menyudahi perang Israel-Hamas dan sedianya menjadi momentum penting untuk dilaksanakan secara permanen.
Jika gencatan senjata ini terwujud, maka sedianya ditindaklanjuti dengan realisasi solusi dua negara.
“Maka secara perlahan Israel akan menarik diri dari wilayah Gaza dan memulai memberikan keleluasan kepada otoritas Palestina terutama yang berada di Tepi Barat. Arah ke sana sudah mulai muncul. Indonesia sendiri sudah mulai menyiapkan pasukan perdamaian dan siap untuk dikirim. Artinya, signal menuju gencatan senjata kemudian perdamaian dan bagaimana solusi dua negara direalisasikan juga sudah mulai nampak,” ujar Yon.
Meskipun Joe Biden menyebut rencana gencatan senjata yang diajukan AS itu dikembangkan dari inisiatif Israel, Yon menilai mundurnya Benny Gantz, mantan panglima angkatan bersenjata Israel yang kini menjadi anggota kabinet perang Netanyahu, akan berdampak signifikan. Bahkan bukan tidak mungkin jika hal ini akan menggoyang pemerintahan Netanyahu.
“Harapannya pemerintahan baru Israel nantinya akan lebih pro pada perdamaian, sehingga akan mewujudkan pengakuan terhadap kedaulatan Palestina dan secara umum akan terealisasi solusi dua negara dan perdamaian,” ujar Yon.
Lebih 37.000 Warga Palestina Gugur
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan serangan udara dan darat Israel ke wilayah kantong itu hingga hari Selasa (11/6/2024) telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sementara, lebih dari 83.000 orang lainnya luka-luka. Data ini tidak membedakan korban tewas warga sipil atau kombatan.
Israel melancarkan serangan ini sebagai pembalasan atas serangan kelompok militan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Hamas juga menculik sekitar 250 orang, yang sebagian besar telah dibebaskan dalam gencatan senjata pertama pada November.
Tujuh sandera dibebaskan lewat operasi militer Israel. Operasi pembebasan empat sandera terakhir pada Sabtu (7/06/2024) dikecam keras dunia karena menewaskan 274 warga Palestina.
PBB mengatakan lebih dari 85 persen warga Palestina telah tercerabut dari wilayahnya dan terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, karena serangkaian serangan Israel. Sementara 80 persen infrastruktur Palestina hancur. (*/rs)