Menunggu Kiprah Pelatih Debutan di Piala Eropa

Berita585 Dilihat

PIALA Eropa 2024 akan dibuka 15/6/2024) dini hari WIB. Pesta sepak bola empattahun sekali itu tidak hanya menjadi ajang para pemain untuk unjuk keterampilan, tetapi juga panggung para pelatih muda menjalani debutnya di tim nasional.

Kriteria tersebut ada pada sosok Julian Nagelsmann dan Domenico Tedesco.

Minim pengalaman internasional, keduanya mencoba membalikkan prediksi.

Keputusan berani Nagelsmann dan Tedesco menerima tawaran melatih tim nasional sudah dipastikan bakal menemui ujian berat pada Piala Eropa.

Namun, jika mampu menuai kesuksesan, akan menjadi awal yang mulus dari perjalanan karier kepelatihan mereka.

Kehadiran keduanya juga menjadi simbol fenomena merebaknya pelatih muda di klub liga-liga besar Eropa.

Penunjukan Nagelsmann setelah Jerman memecat Hansi Flick terbilang mengejutkan karena selain belum memiliki pengalaman melatih timnas, dia juga masih muda, yakni 36
tahun.

Nagelsmann bahkan tak lebih senior dari kiper Manuel Neuer yang berusia 38 tahun.

Sebelum menangani timnas, Nagelsmann hanya punya pengalaman melatih klub-klub Jerman, seperti TSG Hoffenheim, RB Leipzig, dan Bayern Muenchen.

Gelandang Jerman, Jamal Muziala dan Florian Wirz.

Di Muenchen, Nagelsmann meraih kesuksesan dengan menjuarai Liga Jerman dan Piala Super Jerman.

Namun, Nagelsmann masih jauh lebih dikenal dibandingkan Tedesco yang ditunjuk Belgia menggantikan Roberto
Martinez.

Jika Nagelsmann pernah melatih klub besar, Tedesco sebaliknya. Pelatih berkebangsaan Italia-Jerman itu hanya pernah menangani klub-klub semenjana, seperti Erzgebirge Aue, Spartak Moscow, dan RB Leipzig.

Tanpa pengalaman pernah membesut timnas, Tedesco direkrut menangani Belgia yang sedang mengalami masa transisi setelah gagal meraih trofi bersama generasi emasnya.

Usia muda bukanlah halangan bagi pelatih debutan untuk berprestasi di Piala Eropa.

Musuh terbesar merekaadalah waktu.
Berkaca dari para juara Piala Eropa dalam satu dekade terakhir, pelatih yang meraih trofi sudah menangani timnas paling tidak dua tahun.

Waktu selama itu amat cukup bagi seorang pelatih untuk beradaptasi, lebih mengenali, dan mempersiapkan timnya.

Roberto Mancini yang sukses pada Piala Eropa 2020 bersama Italia, misalnya, belum pernah punya pengalaman melatih timnas sebelumnya, tetapi ia memiliki kemewahan berupa waktu yang cukup lama, sekira tiga tahun, untuk membentuk tim yang tangguh.

Beda halnya dengan Fernando Santos yang meraih trofi bersama Portugal pada 2016.

Santos punya pengalaman yang lebih lengkap karena pernah membesut klub dan timnas. Sebelum menjadi pelatih Portugal, Santos melatih beberapa klub, salah satunya Benfica.

Di level timnas, dia juga pernah menangani Yunani. Sebagaimana Mancini, Santos relatif punya waktu yang cukup panjang, dua tahun, untuk mempersiapkan Portugal.

Waktu singkat Kondisi itu kontras dengan yang dialami Nagelsmann. Ia hanya punya waktu sekitar delapan bulan. Apalagi, Jerman sebelumnya menanggung malu dengan gagal lolos dari fase grup pada Piala Dunia 2022.

Setelah kegagalan itu, ekspektasi tinggi mengiringi penunjukan Nagelsmann, yakni bisa membawa Jerman memenangi Piala Eropa di rumah sendiri.

Dalam wawancaranya bersama UEFA, Nagelsmann mengungkap beberapa tantangan ketika melatih timnas.

Ia menyebut menjadi pelatih timnas jauh lebih menantang dibandingkan melatih klub.

Kendalanya, pelatih timnas tidak
bertemu setiap hari dengan pemain seperti saat mereka di klub. Situasi tersebut membuat Nagelsmann harus menonton banyak pertandingan yang diikuti pemain Jerman.

”Lebih rumit untuk mengubah keadaan dibandingkan ketika Anda menjadi manajer klub. Anda perlu banyak berbicara dengan staf dan berbicara dengan pemain secara individu pada saat yang tepat sehingga hal itu benar-benar meresap. Anda harus memberikan pesan kepada para pemain pada waktu yang tepat sehingga memiliki efek nyata pada tim,” kata Nagelsmann.

Sementara itu, Tedesco punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan tim. Ia sudah 16 bulan menangani Belgia. Akan tetapi, tetap saja Tedesco bakal menemui rintangan besar, terutama membimbing skuad Belgia yang sedang dalam masa transisi seusai ditinggal pensiun sejumlah anggota generasi emasnya.

Luciano Spalletti turut bergabung dengan Nagelsmann dan Tedesco sebagai pelatih debutan.

Prestasi Spalletti membawa Napoli menjuarai Liga Italia mengantarkannya sebagai pengganti Mancini yang mengundurkan diri.

Sebagaimana Nagelsmann dan Tedesco, Spalletti juga belum pernah melatih timnas.

Waktu persiapan Spalletti pun hanya sembilan bulan untuk meracik Italia dalam misi mempertahankan gelar juara.

Spalletti sedang berupaya mengubah pendekatan taktik Italia dari yang semula menunggu menjadi agresif dalam menekan.

Ia mengaku terinspirasi dari keberhasilan Inter Milan menjuarai Liga Italia dan Atalanta yang memenangi Liga Europa. Kedua tim itu menggunakan pendekatan tiga bek dan aktif menekan lawan.

Daftar pelatih debutan bertambah panjang dengan adanya Luis De La Fuente di Spanyol.

Fuente menyongsong Piala Eropa bersama generasi baru sepak bola Spanyol. Keberhasilan Fuente membawa Spanyol menjuarai Liga Nasional Eropa 2022 jadi bekal berharga di Piala Eropa. (Sumber Kompas/Chalink)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *