KABARIKA.ID, MAKKAH — Suhu ekstrem yang mencapai 51 derajat Cerlsius di Makkah dalam tiga hari terakhir, berpengaruh terhadap daya tahan tubuh ratusan jemaah haji.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Melansir laman theguardian (19/06/2024), setidaknya 550 jemaah haji meninggal dunia akibat cuaca estrem yang sangat panas.

Dari jumlah yang meninggal tersebut, sebanyak 323 orang merupakan jemaah haji asal Mesir. Sebagian besar dari mereka menderita penyakit yang berhubungan dengan panas, kata seorang diplomat Arab Saudi.

“Semua dari mereka [warga Mesir] meninggal karena kepanasan, kecuali satu orang yang menderita luka fatal dalam kerumunan kecil,” ujar seorang diplomat Arab Saudi yang tidak disebutkan namanya.

Ia menambahkan, jumlah total yang meninggal tersebut berasal dari kamar mayat rumah sakit di lingkungan Al-Muaisem di Makkah.

Selain itu, juga tercatat 60 warga Yordania yang meninggal akibat panas ekstrem tersebut. Jumlah tersebut telah bertambah dari penghitungan resmi yang diumumkan otoritas Amman sebelumnya, yakni sebanyak 41 orang.

Ratusan ribu jemaah haji melaksanakan tawaf dengan sebagian besar memakai payung, pada Selasa (18/06/2024) di bawah terik panas ekstrem yang mencapai 51 derajat Cerlcius di Makkah. (Foto: theguardian)

Kematian baru ini menjadikan total kematian yang dilaporkan oleh sejumlah negara menjadi 577 orang.

Pada hari Selasa lalu (18/06/2024), Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan, Kairo bekerja sama dengan pihak berwenang Arab Saudi melakukan operasi pencarian warga Mesir yang hilang selama pelaksanaan ibadah haji.

Pihak berwenang Arab Saudi melaporkan telah merawat lebih dari 2.000 jemaah yang menderita akibat tekanan panas, namun belum memperbarui angka tersebut sejak Minggu dan belum memberikan informasi mengenai korban jiwa.

Sebuah hasil penelitian di Arab Saudi yang diterbitkan bulan lalu menyebutkan, ibadah haji semakin dipengaruhi oleh kerusakan iklim. Penelitian itu mencatat, suhu di daerah tempat pelaksanaan ibadah haji meningkat 0,4 derajat Celsius (0,72F) setiap dekade.

Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi mengatakan, suhu panas di Makkah pada musim haji 2024 ini tembus 51,8 derajat Celsius. Suhu panas itu terjadi di Masjidil Haram Mekkah pada hari Senin (17/6/2024).

Sedangkan pada Selasa (18/06/2024), suhu panas sempat turun ke level 47 derajat Celcius. Akibat panas tersebut, beberapa jemaah haji dilaporkan pingsan saat mencoba melakukan lempar jumrah.

Untuk mengurangi pengaruh cuaca panas, banyak jemaah menuangkan air botol ke atas kepala mereka ketika para relawan membagikan minuman dingin dan es krim coklat yang cepat meleleh untuk membantu mereka tetap tenang.

Pejabat Arab Saudi menyarankan para jemaah untuk menggunakan payung, minum banyak air dan menghindari paparan sinar matahari selama jam-jam terpanas di siang hari.

Pejabat Arab Saudi mengatakan, sekitar 1,8 juta orang melaksanakan ibadah haji tahun ini. Sebanya 1,6 juta di antaranya berasal dari luar Arab Saudi..

Setiap tahunnya puluhan ribu jemaah haji dari berbagai negara berusaha menunaikan ibadah haji tanpa mendapatkan visa haji resmi, demi menghemat uang.

Hal ini merupakan langkah berbahaya karena jemaah yang tidak terdaftar atau tidak resmi tidak mendapatkan mengakses fasilitas ber-AC yang disediakan oleh otoritas Saudi di sepanjang rute haji.

Seorang diplomat Arab Saudi mengatakan, jumlah korban meninggal dunia dari jemaah haji Mesir masih bisa bertambah, karena banyaknya jemaah haji Mesir yang tidak terdaftar.

Awal bulan ini, para pejabat Arab Saudi mengatakan mereka telah mengusir ratusan ribu calon jemaah haji yang tidak terdaftar dari Mekah, sebelum menunaikan ibadah haji.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Arab Saudi, Fahd bin Abdul Rahman Al-Jalajel, mengatakan, rencana kesehatan untuk ibadah haji telah berhasil dilaksanakan, yakni mencegah wabah besar penyakit dan ancaman kesehatan masyarakat lainnya.

Menurut kantor berita Arab Saudi, SPA, sebuah rumah sakit virtual memberikan konsultasi virtual kepada lebih dari 5.800 jemaah, terutama untuk penyakit yang berhubungan dengan panas, yang memungkinkan intervensi cepat dan memitigasi potensi lonjakan kasus. (rus)