120 Universitas Amerika Boikot ‘Google’ dan ‘Amazon’ karena Jalin Kerja Sama dengan Israel Melalui Proyek Nimbus

Mahasiswa pascasarjana dari Universitas Stanford, Universitas California di Berkeley, dan Universitas San Francisco termasuk di antara para penandatangan ikrar tersebut.

Berita210 Dilihat

KABARIKA.ID, MAKASSAR — Mahasiswa dari 120 universitas lebih di Amerika telah menandatangani perjanjian untuk tidak menerima pekerjaan atau pelatihan internal di Google dan Amazon, sampai kedua perusahaan raksasa ini membatalkan kemitraan mereka dengan penjajah Zionis Israel melalui proyek “Nimbus”.

Proyek Nimbus adalah kontrak yang ditandatangani pada 2021 senilai 1,2 miliar dolar dengan tujuan menyediakan layanan komputasi awan kepada tentara dan pemerintah Israel.

Menurut Pars Today, teknologi ini memungkinkan Israel untuk secara ilegal memantau dan mengumpulkan lebih banyak informasi warga Palestina dan juga memfasilitasi pengembangan pemukiman ilegal Zionis di tanah Palestina.

Menurut situs Al-Arabi Al-Jadeed, lebih dari seratus ribu mahasiswa sains dan teknologi, teknik dan matematika, serta karyawan muda dari 120 universitas lebih, menandatangani surat komitmen.

Isinya adalah tidak menerima pekerjaan atau pelatihan internal di dua perusahaan itu, Google dan Amazon, hingga kedua perusahaan ini membatalkan kemitraan mereka dengan penjajah Zionis Israel dalam bentuk rencana Nimbus.

Poster aksi mahasiswa Amerika Serikat dari berbagai kampus universitas memboikot “Google” dan “Amazon” karena menjalin kerja sama dengan zionis Israel. (Foto: parstoday)

Mahasiswa pascasarjana dari Universitas Stanford, Universitas California di Berkeley, dan Universitas San Francisco termasuk di antara para penandatangan ikrar tersebut.

Banyak juga dari mereka yang baru-baru ini berpartisipasi dalam demonstrasi menentang proyek “Nimbus” di depan kantor pusat Google di San Francisco, bersama karyawan sektor teknologi dan aktivis pro-Palestina.

Boikot Google dan Amazon oleh universitas-universitas Amerika terjadi ketika kedua perusahaan raksasa ini tercatat sebagai salah satu perusahaan terbaik untuk merekrut lulusan sains dan teknologi, teknik dan matematika, karena lebih dari 485 lulusan Universitas California di Berkeley dan 216 lulusan Universitas Stanford bekerja di Google.

Sanksi ini sejalan dengan proyek “Teknologi tidak untuk melayani apartheid” (No Tech for Apartheid Israel) yang telah diorganisasi oleh beberapa gerakan untuk mendukung Palestina sejak awal serangan agresor Zionis Israel di Gaza.

Mereka juga mendukung sejumlah karyawan pendukung Palestina yang telah dipecat dari perusahaan teknologi, termasuk Google, karena menentang kerja sama dengan penjajah Israel.

Dalam surat komitmen yang ditandatangani oleh para mahasiswa, disebutkan: “Palestina sangat dirugikan oleh pengawasan dan kekerasan yang dilakukan Israel dan proses ini diciptakan melalui peningkatan kemampuan komputasi awan dan penyediaan terknologi terbaru bagi Israel dan tentaranya.

Dalam konteks ini, Google dan Amazon telah membantu rasisme Israel untuk menimbulkan lebih banyak kekerasan terhadap warga Palestina.

Lebih Jauh dengan Proyek Nimbus

Proyek Nimbus adalah proyek komputasi awan pemerintah Israel dan militernya. Kementerian Keuangan Israel mengumumkan pada bulan April 2021, bahwa kontrak tersebut adalah untuk memberikan solusi cloud yang mencakup semua kepada pemerintah, lembaga pertahanan, dan pihak lain.

Mahasiswa untuk Keadilan di Palestina dari Cal State Long Beach melakukan aksi mogok kerja dan unjuk rasa pada hari Rabu, 8 Mei 2024. Mereka mendukung warga Palestina di Gaza dan menuntut universitas tersebut melakukan divestasi dari investasi yang mendanai Israel. (Foto: dailynews)

Berdasarkan kontrak, perusahaan akan membangun situs cloud lokal yang akan menyimpan informasi di dalam perbatasan Israel di bawah pedoman keamanan yang ketat.

Menurut juru bicara Google, kontrak tersebut ditujukan untuk beban kerja yang berkaitan dengan keuangan, perawatan kesehatan, transportasi, serta pendidikan dan tidak menangani informasi yang sangat sensitif atau rahasia.

Meskipun misi spesifik Project Nimbus belum terungkap, alat AI Google Cloud Platform dapat memberikan militer dan layanan keamanan Israel kemampuan untuk mendeteksi wajah, kategorisasi gambar otomatis, pelacakan objek dan analisis sentimen, alat yang sebelumnya telah digunakan oleh Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan AS untuk pengawasan perbatasan.

Proyek Nimbus mempunyai empat tahap yang direncanakan. Tahap pertama, pembelian dan pembangunan infrastruktur cloud.

Tahap kedua, menyusun kebijakan pemerintah untuk memindahkan operasi ke cloud. Tahap ketiga, memindahkan operasi ke cloud, dan tahap keempat adalah penerapan dan optimalisasi operasi cloud.

Berdasarkan kontrak senilai 1,2 miliar dolar AS, perusahaan teknologi Google (Google Cloud Platform) dan Amazon (Amazon Web Services) dipilih untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada lembaga pemerintah Israel, termasuk kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin. (rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *