KABARIKA.ID–Piala Eropa 2024 menunjukkan tim-tim Eropa juga ikut dalam arus memaksimalkan kehadiran pemain keturunan di luar negeri alias diaspora.
Sebanyak 80 pemain, yang masuk daftar 624 pemain di ajang itu tidak lahir di negara yang mereka bela.
Artinya, 13 persen pemain di Piala Eropa 2024 memilih membela tanah leluhurnya, alihalih negara kelahiran mereka.
Dari 24 peserta, hanya empat tim yang membekali skuad tanpa pemain diaspora, yaitu Belanda, Denmark, Ceko, dan Austria.
Ada dua variasi penggunaan pemainketurunan bagi negara-negara Eropa. Beberapa negara ada yang bergantung kepada pemain keturunan yang lahir dan besar di luar negeri, misalnya Albania.
Di sisi lain sejumlah negara memanggil pemain keturunan yang sekadar lahir di luar wilayah, tetapi tumbuh melalui pembinaan usia dini di dalam negeri, macam Inggris dan Jerman.
Terkait kuantitas, ada delapan tim yang jumlah pemain diasporanya melebihi persentase total pemain keturunan di Piala Eropa 2024, yaitu 13 persen.
Mereka ialah Albania (18 pemain), Kroasia (8), Turki
(8), Skotlandia (6), Serbia (5), Hongaria (5), Portugal (4), dan Swiss (4).
Albania dihuni 69 persen pemain yang tidak lahir di negara Balkan itu.
Sylvinho, pelatih Albania asal Brasil, hanya memanggil delapan pemain yang lahir dan dibesarkan program dalam negeri Albania.
Sebanyak 18 pemain diaspora tim berjuluk ”Kuqezinjte” itu lahir di delapan negara seantero Eropa.
Swiss merupakan penyumbang pemain terbanyak untuk Albania.
Lima pemain Albania lahir dan mengenal sepak bola di Swiss, salah satunya kapten tim, Berat Djimsiti.
Pemain Atalanta itu pernah
membela tim yunior Swiss di Piala Eropa U-19 dan U-21.
Pada level senior, ia memilih
membela Albania yang merupakan etnis asal keluarganya.
Menariknya, pemain-pemain Albania dominan berkarier di Italia. Terdapat 10 pemain Albania yang berasal dari enam klub Italia. Tiga tim Italia, yakni Empoli, Lecce, dan Sassuolo, menyumbang dua
pemain untuk skuad Albania
di Jerman 2024. Meski mayoritas bermain di Italia, hanya ada satu pemain Albania kelahiran Italia. Ia adalah bek Marash Kumbulla yang dibesarkan Hellas Verona.
Dalam dua laga fase grup Piala Eropa 2024, Sylvinho menurunkan sembilan pemain keturunan pada susunan 11 pemain utama saat berjumpa Italia.
Ia memilih tujuh pemain diaspora untuk 11 pemain inti kontra Kroasia.
”Mereka datang ke tim nasional dengan kondisi mental dan kemauan yang sama. Kami datang ke Piala Eropa untuk menunjukkan hasil kerja keras di level tertinggi,” ucap Sylvinho kepada UEFA.
Turki dan Kroasia berada pada urutan kedua sebagai tim yang membawa diaspora terbanyak ke Jerman.
Kedua negara itu sama-sama memanggil delapan pemain yang lahir di luar negeri.
Turki, yang dikenal memiliki banyak diaspora di daratan Eropa, memiliki banyak pemain kelahiran Jerman.
Lima pemain diaspora Turki kelahiran Jerman antara lain Hakan Calhanoglu dan Kenan Yildiz.
Meskipun begitu, Turki juga terbukti bisa menghasilkan pemain muda fenomenal, yaitu Arda Gueler. Pemain klub Real Madrid itu adalah didikan akademi Fenerbahce.
Jerman juga menyumbang empat pemain diaspora untuk Kroasia, negara pecahan Yugoslavia.
Josip Stanisic, Mario Pasalic, Marco Pasalic, dan Marin Pongracic memilih membela Kroasia di tanah ke-
lahiran mereka.
Enam tim peserta Piala Eropa bahkan diperkuat pemain-pemain kelahiran Jerman, negara yang terbuka dengan imigran.
Total ada 15 pemain kelahiran Jerman yang membela negara leluhurnya.
Bekas Koloni
Tidak hanya negara ”kecil”atau bekas negara konflik, pemain diaspora juga digunakan tim-tim raksasa Eropa, seperti Perancis, Spanyol, Italia, Inggris, Portugal, dan Jerman.
Portugal membawa empat pemain diaspora yang tiga diantaranya dari bekas negara koloni mereka, seperti Brasil dan Guinea-Bissau.
Pemain diaspora Brasil adalah Pepe dan Matheus Nunes, lalu Danilo Pereira lahir di Guinea-Bissau.
Pepe mengakui, tidak mudah baginya membela Portugal ketika pertama kali menerima panggilan Pelatih Felipe Scolari pada 2007.
Ia sempat merasakan sentimen negatif dari fans Portugal atas kehadirannya yang dianggap menurunkan kesempatan pemain asli Portugal membela tim itu.
”Saya memahami kondisi itu karena saya tak lahir di sini (Portugal). Orang Brasil lebih menikmati hidup, sedangkan orang Portugal bekerja lebih giat. Sebagai imigran yang berharap kehidupan lebih baik, saya menyesuaikan itu,” kata
Pepe kepada Expresso.
Perancis juga melakukan hal yang sama dengan memanggil dua pemain dari wilayah eks koloni mereka, yaitu Eduardo Camavinga (kelahiran Angola)
serta Brice Samba yang lahir di
Kongo.
Sementara Pelatih Spanyol Luis de la Fuente memanggil dua pemain etnis basque kelahiran Perancis, Aymeric Laporte dan Robin Le Normand.
Meskipun memulai karier usia dini di Perancis, mereka menjalani karier profesional membela klub Liga Spanyol.
Inggris dan Jerman memanggil masing-masing satu pemain keturunan mereka yang lahir di luar negeri.
Adapun Italia memanggil dua pemain keturunan yang tidak lahir dan memulai karier di negara mereka.
Kedua pemain itu adalah Jorginho yang lahir dan besar di Brasil serta Mateo Retegui yang dibesarkan klub
Argentina, Boca Juniors.
Negara-negara besar di Eropa itu menunjukkan, mereka tidak sekadar mengandalkan pemain keturunan.
Tim-tim juara Piala Eropa, seperti Portugal dan Italia, terbukti juga
mengandalkan hasil pembinaaan dalam negeri (Kompas/ Chalink).