KABARIKA.ID, MAKASSAR — Obesitas bukan hanya soal penampilan fisik, ini adalah masalah kesehatan yang kompleks dengan konsekuensi yang luas. Penting untuk diperhatikan kebutuhan mendesak akan kesadaran dan tindakan dalam menangani krisis kesehatan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Obesitas, Epidemi yang Berkembang

Peningkatan jumlah obesitas secara global sangat mengkhawatirkan, karena mempengaruhi jutaan orang dan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

Menurut Survei Kesehatan Keluarga Nasional di India, sebanyak 22,9 persen pria dan 24 persen wanita mengalami kelebihan berat badan .

Dr. Aparna Govil Bhasker, Konsultan Ahli Bedah Bariatrik dan Laparoskopi di MetaHeal, Pusat Bedah Laparoskopi dan Bariatrik di Mumbai dan Saifee, Rumah Sakit Apollo dan Namaha di Mumbai, India, berbagi tips cara menangani obesitas.

 

Dr. Aparna Govil Bhasker, Konsultan Ahli Bedah Bariatrik dan Laparoskopi di MetaHeal, India. (Foto: notionpress)

Bhasker mengatakan bahwa obesitas bukan hanya tentang penambahan berat badan, tetapi serangkaian tantangan kesehatan yang terkait dengannya.

“Termasuk metabolisme (diabetes, hipertensi, masalah kolesterol), kardiovaskular (penyakit jantung), ortopedi (nyeri sendi), penyakit paru-paru dan hati, risiko kanker tertentu, dan masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan,” ungkap Bhasker.

Dampak Obesitas terhadap Kesehatan Ginjal

Dokter Bhasker menjelaskan, salah satu dampak obesitas yang kurang diketahui, namun signifikan adalah pada kesehatan ginjal.

Peran obesitas dalam diabetes dan hipertensi semakin memperparah risiko ini, menjadikan masalah ginjal sebagai ancaman bagi mereka yang berjuang melawan masalah berat badan.

Inilah sejumlah dampak buruk obesitas terhadap ginjal, menurut Bhasker:

Proteinuria: Proteinuria sering kali merupakan tanda kerusakan ginjal. Hal ini mempunyai hubungan yang signifikan dengan obesitas sentral. Penyakit ini sering tidak terdiagnosis karena tidak menunjukkan gejala klinis apa pun.

Sindrom sub-nefrotik: Pasien dengan obesitas dapat mengalami sindrom nefrotik subklinis. Berbeda dengan sindrom nefrotik yang timbul dengan cepat, kondisi ini berkembang secara perlahan selama beberapa tahun. Namun demikian, obesitas meningkatkan risiko disfungsi ginjal pada individu yang terkena dampaknya.

Perkembangan menjadi penyakit ginjal stadium akhir (ESKD): Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko tiga kali lebih tinggi terkena ESKD dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal.

Batu ginjal: Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena batu ginjal.

Masalah selama dialisis: Individu dengan obesitas menghadapi lebih banyak tantangan dalam pemasangan selang infus karena tingginya kadar jaringan lemak di bawah kulit. Waktu yang dibutuhkan untuk dialisis dan frekuensinya mungkin juga lebih tinggi.

Transplantasi ginjal: Penerima transplantasi ginjal dengan obesitas berat memiliki tingkat keterlambatan fungsi cangkok, infeksi luka, dan penolakan yang lebih tinggi. Meskipun batasan BMI untuk transplantasi ginjal telah ditingkatkan, hal ini masih menjadi salah satu penyebab utama tidak aktifnya daftar transplantasi.

Kanker: Risiko kanker ginjal meningkat sebesar 35 persen pada individu yang kelebihan berat badan, dan sebesar 76 persen pada individu dengan obesitas dibandingkan orang dengan berat badan normal, apa pun jenis kelaminnya.

Ginjal berlemak: Penumpukan lemak di sekitar ginjal terbukti berperan dalam disfungsi ginjal pada individu dengan obesitas. Ini dapat menimbulkan efek toksik pada ginjal dan menyebabkan peningkatan kerusakan ginjal.

Efek lain: Obesitas berhubungan dengan apnea tidur obstruktif dan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD). Kedua kondisi ini terbukti menambah hilangnya fungsi ginjal.

Obesitas bukan hanya tentang penambahan berat badan, tetapi serangkaian tantangan kesehatan yang terkait dengannya. (Foto: orami)

Peran bedah metabolik/bariatrik

Dokter Bhasker menambahkan, obesitas membahayakan ginjal dalam tiga cara. Pertama, menyebabkan peradangan yang secara langsung merusak jaringan ginjal.

Kedua, mengganggu keseimbangan hormonal (seperti insulin dan leptin). Ketiga, menumpuk kelebihan lemak di sekitar ginjal, yang mengganggu fungsinya.

Selain itu, obesitas sering dikaitkan dengan kondisi seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, yang keduanya dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

“Kombinasi efek ini menekankan pentingnya pengelolaan obesitas untuk melindungi kesehatan ginjal,” ujar dokter Bahsker.

Mengatasi Obesitas untuk Kesehatan Ginjal

Dokter Bhasker menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk mengatasi obesitas dan berfokus pada perubahan gaya hidup berkelanjutan.

“Penyesuaian kecil namun konsisten, seperti meningkatkan aktivitas fisik, memilih makanan utuh dibandingkan makanan olahan, dan mengatasi pola makan emosional adalah kuncinya. Individu juga dapat mengeksplorasi peran obat anti-obesitas di bawah pengawasan ahli nefrologi,” ujar Bhasker.

Dengan pilihan yang terinformasi, dukungan dari profesional kesehatan, dan komitmen terhadap perubahan gaya hidup, setiap individu dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih sehat dan ramah terhadap ginjal. (rus)