KABARIKA.ID, MAKASSAR — Secara garis besar ada dua sistem kalender yang digunakan di seluruh dunia, yaitu kalender Gregorian yang perhitungannya didasarkan atas peredaran Matahari mengelilingi Bumi. Pergantian tanggal atau hari terjadi pada pukul 00.01 tengah malam. Jumlah hari dalam satu tahun adalah 365.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sistem kalender yang kedua adalah kalender Hijriah yang digunakan di negara-negara yang memiliki jumlah penduduk muslim yang besar. Sistem perhitungan kalender Hijriah mengacu pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Waktu pergantian tanggal atau hari terjadi saat Matahari terbenam (Magrib). Jumlah hari dalam satu tahun Hijriah lebih sedikit 10-12 hari dibanding kalender Gregorian, yaitu 354 atau 355 hari.

Di Indonesia penentuan kalender Hijriah terutama yang berkaitan dengan ibadah, menjadi ranah Kementerian Agama (Kemenag). Terutama mengenai tanggal 1 Ramadan (puasa), 1 Syawal (Idulfitri), dan 1 Zulhijah (Iduladha). Penentuannya dilakukan melalui sidang isbat.

Namun, Kemenag tidak melaksanakan sidang isbat untu penentuan awal bulan di luar dari bulan Ramadan, Syawal, dari Zulhijah. Untuk penentuannya publik bisa menggunakan aplikasi. Jika terjadi perbedaan publik maklum saja.

Tapi khusus untuk tanggal 1 Muharram 1446 Hijriah sebagai tahun Baru Islam, kapan masuknya? Berikut penjelasan Kemenag.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag, Adib mengatakan, kalender Hijriah didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi dan lebih pendek sekitar 10-12 hari dibandingkan dengan tahun matahari.

Pergantian tanggal dihitung saat terbenamnya Matahari.

Ilustrasi hilal tanggal 1 Muharram 1446 Hijriah sebagai Tahun Baru Islam. (Foto: hindustantimes)

 

Saat Matahari terbenam pada 29 Zulhijjah 1445 Hijriah, ketinggian hilal di Indonesia berkisar antara 3,06° di Merauke sampai 5,84° di Sabang. Sedangkan elongasinya berkisar antara 6,91° di Merauke sampai 8,17° di Sabang.

Jika tidak mendung, maka hilal sudah mudah diamati. Dengan demikian ditetapkan bahwa awal Muharram 1446 Hijriah jatuh pada 7 Juli 2024 atau terbit saat Matahari terbenam pada 6 Juli 2024.

“Hal ini merujuk pada penyusunan Kalender Hijriah Indonesia yang menggunakan kriteria Imkanur Rukyat MABIMS, yaitu berdasarkan tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat yang diukur atau ditentukan di seluruh wilayah Indonesia,” papar Adib, Minggu (7/07/2024) di Jakarta.

Menurut Adib, mekanisme penetapan awal bulan kamariah selain untuk penentuan Ramadan, Syawal dan Zulhijah merujuk kepada Kalender Hijriah Indonesia yang disusun oleh Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI beserta pakar falak perorangan dari beberapa Ormas Islam, Pesantren, dan Perguruan Tinggi.

Ada tiga metode yang dianut masyarakat Indonesia dalam menetapkan awal bulan kamariah, yaitu rukyatul hilal, wujudul hilal, dan imkanur rukyat.

Adib menjelaskan, rukyatul hilal adalah melakukan observasi lapangan terhadap ketampakan hilal pada 29 bulan kamariah, yaitu jika pada saat itu hilal terlihat maka keesokannya adalah tanggal 1 bulan kamariah, jika hilal tidak terlihat maka keesokan harinya adalah tanggal 30 bulan kamariah.

Adapun wujudul hilal, kata Adib, adalah metode yang menetapkan adanya hilal dengan perhitungan (hisab) secara astronomis. Atinya, jika secara hisab pada 29 bulan kamariah hilal sudah di atas ufuk, maka keesokan harinya adalah tanggal 1 bulan kamariah tanpa ada kriteria berapa pun tinggi hilal.

“Terakhir metode imkanur rukyat, yaitu metode yang mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Metode ini merupakan suatu metode yang menjembatani antara kriteria rukyatul hilal dengan kriteria wujudul hilal dengan menyepakati sebuah kriteria. Kriteria itu disusun berdasarkan data rukyat jangka panjang yang dianalisis dengan perhitungan astronomi (hisab),” tandas Adib.

Ia mencontohkan, dalam penentuan 1 Muharram 1446 Hijriah saat ini, Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengumumkan bahwa bulan Zulhijah digenapkan menjadi 30 hari (istikmal) sehingga awal Muharram jatuh pada 8 Juli 2024, pengumuman ini berbeda dengan kalender Nahdlatul Ulama itu sendiri serta Kalender Hijriah Indonesia dimana awal bulan Muharram 1446 Hijriah jatuh pada 7 Juli 2024.

“Penatapan awal Muharram yang berbeda ini tidak menjadikan hal yang perlu diperdebatkan, karena memang mekanisme penentuannya berbeda dan Kalendernya sebetulnya sama. Kami mengajak semua umat Islam untuk tetap memegang teguh ukhuwah Islamiyah, mengutamakan toleransi, dan melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan yang dipedomani. Selamat Tahun Baru Hijriah 1446 Hijriah/2024 Masehi,” ujar Adib.

Melansir laman hindustantimes, tanggal 1 Muharram 1446 Hijriah di Arab Saudi dan India sama dengan di Indonesia, yakni jatuh pada 7 Juli 2024. (rus)