“The Happiness of Farming”, Mereka yang Semangat Bertaninya Tak Pernah Pupus

(Catatan Ringan tentang Bangkitnya Gairah Bertani dari Masyarakat Urban)

Berita, Opini4700 Dilihat

Oleh Ahmad Musa Said
Pengurus Pusat Ikatan Alumni (IKA) UNHAS

Dok. penulis

SEBUAH pesan gambar masuk ke aplikasi Whatsapp saya pada, Selasa, 25 Juni 2024 pukul 17.28. Gambar tersebut kemudian disusul dengan pesan teks “hadir q kk uca”, sebuah ajakan dengan dialek Makassar untuk hadir ke suatu acara yang dimaksud dalam pesan gambar tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Muhammad Faizal Ramli namanya, sering kami sapa “kak Ichal”, owner salah satu cafe yang sangat terkenal di Makassar, Red Corner.

Pesan WA-nya di sore tersebut kami balas “mantap kak”, tak berani menjawab insya Allah karena masih di luar kota, namun dalam hati saya berdoa semoga diberi kesempatan hadir.

Bagian kop undangan tersebut tertulis “Yayasan Inkubator Pertanian Desa” yang ditulis dalam gaya tulisan indah membentuk saung rumah desa, dan di bawahnya terbaca “The Happiness of Farming”, Kebahagiaan Bertani.

Diksi ini menarik dan menimbulkan harapan, bahwa sesulit apapun, dengan berbagai kendala dan masalah, selalu ada kebahagiaan tersendiri bagi mereka yang menggeluti pertanian.

Ketika kami bertanya apa yang melatarbelakangi mereka membentuk komunitas seperti ini. Ichal menjelaskan bahwa awalnya pada acara reuni dan halal bihalal Ikatan Alumni Teknologi Pertanian (IKA Tekper) Universitas Hasanuddin, ketika para alumni berkumpul dan berbagi cerita, ternyata kebanyakan dari mereka sudah berprofesi jauh dari pertanian.

Namun sebagai alumni departemen Tekper Unhas, mereka tetap masih punya passion, cita-cita dan impian bahwa suatu saat mereka dapat juga memiliki lahan pertanian, dan tentunya bertani sebagai manifestasi ilmu pengetahuan yang telah mereka serap di kampus belasan tahun yang lalu.

Ichal yang memang tidak suka hal yang bertele-tele lantas mengajak kawan sesama alumni tersebut untuk berbuat konkret bergerak bersama, siapa yang berminat, tak perlu banyak yang penting sevisi.

Beberapa orang terpanggil, dibuat komitmen bersama bahwa kontribusi sama rata, agar rasa memiliki dan tanggung jawab sama.

Mereka beraksi, didapatkannya lahan di Tompobulu Maros. Luasnya 1,2 hektare, bekas lahan pertanian yang tak produktif, di tengahnya ada excavator mogok yang lama tak digunakan.

Dirapikannya lahan, setiap pengeluaran dilaporkan, kekurangan dana ditalangi bersama. Cabe, bawang, alpukat, durian, ubi kayu, jagung, kedelai, tomat, padi dalam kaleng, semua dicoba dan tumbuh. Ada juga budi daya ikan dan peternakan.

Alumni sekolah vokasi pertanian yang belum memiliki pekerjaan tetap dipekerjakan dan diberi honor, tak banyak namun berharga karena dapat belajar mengimplementasikan hasil kuliah.

Lahan yang dimanfaatkan sebagai tempat inkubasi teknologi pertanian desa di Tompobulu, Maros. (Foto: Ist)

Inisiatif mereka untuk menginkubasi teknologi-teknologi pertanian yang ada dianggap memerlukan wadah formal, maka dibentuklah Yayasan Inkubator Pertanian Desa. Nama-nama mereka dicantumkan dalam akte Yayasan, termasuk di antaranya KH Zaky Abdullah, Pimpinan Pondok Pesantren Manbaul Hikam Situbondo yang memiliki cara dakwah yang bijak dan dikenal sebagai salah satu kyai yang sangat konsen terhadap pengembangan ekonomi keumatan.

Tercantum juga nama Ir. RMH Gembong Danudiningrat. Pria yang pernah diwawancarai pada tahun 2015 tentang kerja samanya dengan Asian Agri dan petani kecil serta juga terlibat dalam penelitian lapangan dan uji coba di berbagai wilayah di Indonesia.

Salah satu inovasinya adalah mengembangkan bakteri penyubur tanah yang membantu meningkatkan hasil panen. Bahkan lahan kritis dan pascaerupsi dapat ditanami berkat inovasinya ini. Karena inovasinya ini banyak yang menyapanya dengan sebutan Profesor.

Sehari sebelumnya Gembong memotivasi peserta Focus Group Discussion tentang bagaimana bertani tanpa terhambat musim dan tempat, manajemen obsession kata Gembong.

Hadir juga dalam FGD tersebut Bupati Sinjai serta beberapa camat, Dandim dan kepala desa. Dia menawarkan untuk pembuatan inkubator di lima kecamatan dan lima desa. BRI mensponsori acara ini dengan mengundang beberapa petani unggulan dari lima kabupaten di Sulawesi Selatan.

Pelibatan kyai dan praktisi ini selain sebagai penasihat spiritual, juga sebagai wujud pemenuhan sebab spiritual dan sebab rasional dari ikhtiar The Happiness of Farming ini, bahwa selain doa, kerja sistematis sesuai kaidah dan prinsip pertanian tentu menjadi syarat sukses dari usaha mereka yang ingin mengembangkan pertanian.

Sejalan dengan semangat Ichal, pria yang sering meluangkan waktunya untuk kerja-kerja sosial, karena kepuasan menurutnya adalah seberapa besar kita dapat membantu dan bermanfaat untuk orang lain.

Acara launching-nya, Selasa, 2 Juli 2024 pukul 4 sore. Muhammad Thahir Adam dipilih sebagai ketua Yayasan, yang bertanda tangan di bawah undangan, di sampingnya ada nama HAS Chaidir Syam, Bupati Maros.

Ya, kegiatan ini rupanya terdengar oleh Bupati yang juga alumni Unhas tersebut, beliau sangat menyambut baik, berharap ini menjadi tempat belajar bagi petani-petani muda dan milenial untuk bertani dengan benar dan baik serta dapat memperlihatlkan bahwa bertani itu adalah sesuatu yang menggembirakan seperti tim inkubator ini.

Sambutan Ketua Yayasan Inkubator Teknologi Pertanian Desa, Muhammad Thahir Adam. (Foto: Ichal)

Sejalan dengan yang sering disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di dalam arahannya, “Kalau mau swasembada itu gampang, bahagiakan petani, sediakan kebutuhannya, beli hasilnya dengan harga pantas. Jangankan swasembada, ekspor pun dapat kita raih”. “Kalau petani bahagia, maka anaknya juga akan dengan bangga menuliskan menjadi petani sebagai cita-citanya,” ujar Ketua Umum IKA Unhas ini.

Ichal juga sering berseloroh, bahwa selama petani masih berharap anaknya tidak menjadi petani seperti orang tuanya, maka itu artinya masih ada masalah dalam pertanian kita. Sebuah bahan renungan serius bagi Kementerian Pertanian yang kini dinahkodai Owner Tiran Group ini.

Namun Ichal tidak hanya bicara, kekhawatiran tersebut diurainya dengan aksi, meski dirinya inisiator, namun semua rekan setimnya memiliki semangat dan peran yang sama pentingnya.

Setelah Tompobulu, akan ada inkubator lain yang dibentuk di atas lahan seluas 4,5 hektare. Partisipasi Sudarmin, alumni Unhas asal Maros dan pengusaha yang juga akan membiayai.

Dengan makin banyaknya pembukaan lahan seperti ini, semakin banyak tempat belajar, dan semoga milenial gen z juga semakin semangat untuk terjun menjadi petani milenial.

Inisiatif ini menambah ruang-ruang berbuat dan diskusi pertanian, mereka yang profesinya menjadi pegawai bank, ASN, pengusaha dan lainnya, namun semangat bertaninya tak pernah pupus.

Ketika tiba di ladang, mereka berbicara banyak hal tentang pertanian, ide dan gagasan yang diimplementasikan. Langkah ini juga turut mendukung tercapainya kemandirian pangan, meski dengan swadaya dan dukungan tak seberapa.

Yayasan ini telah menggelar karpet merah, dan mempersilakan orang berjalan di atas karpet, secara alami akhirnya mereka akan sampai ke tempat tujuan, The Happiness of Farming.

Pesawat yang kami tumpangi tiba di Lanud Hasanuddin, Selasa pukul empat sore itu juga, namun persiapan menyambut kunjungan Presiden 4-5 Juli menyebabkan tak keburu menuju lokasi launching.

Meskipun tak sempat hadir dalam acara tersebut, saya mendoakan semoga makin banyak insan dari berbagai profesi yang meluangkan waktunya untuk bertani, bercocok tanam, berladang sesuai passion dan minat masing-masing.

Mencoba meraih salah satu jalan kebahagiaan melalui interaksi dengan bumi. Karena bertani itu sedekah, dan sedekah adalah jalan kebahagiaan, salah satu jalan menuju ke surga. Aamiin yaa rabbal aalamiin!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *