KABARIKA.ID, MAROS – Mahasiswa Universitas Hasanuddin yang tergabung dalam Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI) 2024, meluncurkan proyek budidaya padi apung di Desa Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Raka Anom Fatahilah, Ketua Tim PPK Ormawa KPI UNHAS dari jurusan Teknik Industri UNHAS, mengatakan, program tersebut sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan.

“Dipilihnya lokasi itu, untuk pengabdian, setelah proses identifikasi oleh tim. Desa Moncongloe memiliki potensi besar dengan 51,3% dari 4.738 jiwa masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan luas lahan sawah mencapai 128 hektare,” kata Raka.

Tapi ternyata, masalah serius yang dialami adalah banjir yang merendam lahan sekitar 30 hektare sawah sejak 2022 akibat pembangunan perumahan yang menutup saluran irigasi.

Dalam keterangan yang dikutip, Kamis (18/7/2024), disebutkan, program ini bertujuan memberikan alternatif pertanian yang adaptif terhadap banjir.

Sosialisasi penerapan budidaya padi apung di Maros, Sulsel. Foto: ist

“Kami menghadirkan inovasi budidaya padi apung sebagai upaya penguatan ketahanan pangan di Desa Moncongloe,” sebut Raka.

Sehingga Tim PPK Ormawa UKM KPI Unhas menginisiasi Program Galung Mawang: “Padi Apung sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan dalam Mendorong Percepatan Sustainable Development Goals (SDGs).

Program ini mendapat dukungan penuh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan fokus pada pengabdian masyarakat dan pembinaan organisasi mahasiswa di seluruh Indonesia.

Program ini juga dibimbing dan dipantau langsung oleh UKM Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI UNHAS) dan Universitas Hasanuddin dengan evaluasi bulanan.

Raka menambahkan, peran stakeholder sangat penting untuk keberlanjutan program ini, termasuk Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Maros, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Moncongloe, Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Selatan, dan perangkat desa setempat.

Tim ini juga bersinergi dengan anggota Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) Kecamatan Moncongloe yang merupakan petani milenial berusia 18-30 tahun.

Sebelum adanya inovasi budidaya padi apung, persawahan di Desa Moncongloe tidak menghasilkan produksi karena genangan air setinggi 30-50 cm.

Akibatnya, ekonomi petani memburuk dan beberapa bahkan menjual lahan mereka karena tidak dapat diolah lagi menjadi lahan yang menghasilkan nilai ekonomi dan sumber pangan mereka

“Program Galung Mawang ini menjadi solusi pertama di Sulawesi Selatan yang menawarkan manfaat seperti ketahanan terhadap banjir, panen 3-4 kali setahun, dan penggunaan media tanam hingga enam kali masa tanam. Budidaya padi apung juga dapat diintegrasikan dengan budidaya mina padi, memberikan simbiosis mutualisme antara ikan dan padi,” urai Raka.

Program ini dilaksanakan melalui sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat pada 13-14 Juli 2024, bertujuan meningkatkan produksi padi di daerah tersebut menggunakan teknologi inovatif dan ramah lingkungan.

Kegiatan sosialisasi penerapan budidaya padi apung telah diselenggarakan di Sekretariat Kelompok Tani Biring Je’ne 1.

Dalam sosialisasi ini, buku manual telah dibagikan kepada petani terdampak dan dibentuk Kelompok Masyarakat Sinergi (KEMASI) untuk melanjutkan keberlangsungan budidaya.

Pelatihan penerapan di lokasi sawah yang tergenang juga dilakukan dengan melibatkan petani dalam pembuatan dan perakitan padi apung dari awal hingga akhir. (*)