KABARIKA.ID, MAKASSAR — Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh terbunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/07/2024). Menurut Hamas, Haniyeh tewas dalam serangan yang dilakukan Israel di kediamannya di Teheran, usai menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian (69).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berikut reaksi dunia internasional atas terbunuhnya Ismail Haniyeh, dimulai dari aktor yang paling dekat dengan situasi tersebut.
Hamas
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan: “Pembunuhan Haniyeh oleh pendudukan Israel adalah eskalasi serius yang bertujuan untuk mematahkan keinginan Hamas dan keinginan rakyat kami, serta mencapai tujuan palsu. Kami mengonfirmasi bahwa eskalasi ini akan gagal mencapai tujuannya.”
“Hamas adalah sebuah konsep dan institusi, bukan manusia. Hamas akan terus melanjutkan jalur ini terlepas dari pengorbanannya dan kami yakin akan kemenangan,” ujar Zuhri.
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: (Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Akan tetapi, mereka itu hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rezeki.)
Gerakan Perlawanan Islam Hamas berduka atas rakyat besar Palestina, bangsa Arab dan Islam, dan seluruh rakyat bebas di dunia: saudara, pemimpin, martir, Mujahid, Ismail Haniyeh.
Pemimpin gerakan tersebut yang terbunuh dalam serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran, setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan presiden baru Iran. Kepada Allah kita adalah milik dan kepada-Nya kita akan kembali. Dan itu adalah jihad, kemenangan atau kesyahidan.”
Israel
Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu menyebutkan: “Ini adalah cara yang tepat untuk membersihkan dunia dari kekotoran ini. Tidak ada lagi perjanjian perdamaian/penyerahan khayalan. Tidak ada lagi ampun.”
“Tangan besi yang akan memukul mereka adalah yang akan membawa kedamaian dan sedikit kenyamanan, serta memperkuat kemampuan kita untuk hidup damai bersama mereka yang menginginkan perdamaian. Kematian Haniyeh membuat dunia sedikit lebih baik,” ujar Eliyahu.
Iran
Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang baru saja dilantik, menuliskan dalam postingan X: “Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, kehormatan, kebanggaan dan martabatnya, dan membuat para teroris penyerang menyesali tindakan pengecut mereka.”
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan: “Rezim kriminal dan teroris Zionis membunuh tamu tercinta kami di rumah kami dan membuat kami sedih, namun rezim Zionis juga menyiapkan hukuman berat bagi dirinya sendiri.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani: “Kemartiran Haniyeh di Teheran akan memperkuat ikatan yang mendalam dan tak terpatahkan antara Teheran, Palestina, dan kelompok perlawanan.”
Hizbullah
Kelompok bersenjata Lebanon yang berpihak pada Hamas dan Iran dalam postingan di Telegram mengatakan: “Kami di Hizbullah berbagi dengan saudara-saudara terkasih kami dalam gerakan Hamas, semua perasaan duka atas kehilangan pemimpin besar ini, perasaan marah atas kejahatan musuh, perasaan bangga bahwa para pemimpin gerakan kami memimpin rakyatnya dan mujahidin mereka menuju syahid.”
Otoritas Palestina
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pembunuhan tersebut, dan menggambarkannya sebagai “tindakan pengecut dan perkembangan yang berbahaya”, seperti dilansir kantor berita resmi Wafa.
Presiden Abbas juga meminta warga Palestina untuk bersatu dan bersabar serta tabah dalam menghadapi pendudukan Israel.
Jihad Islam Palestina
Wakil Sekjen Jihad Islam Palestina, Muhammad al-Hindi mengatakan: “Pembunuhan ini tidak hanya ditujukan pada perlawanan Palestina dan Hamas pada khususnya, namun juga ditujukan kepada Iran.”
“Israel berada di ambang kehancuran, dan reaksi mereka mencerminkan kebingungan dan ketidakmampuan mencapai tujuan mereka. Israel menghadapi perlawanan seperti itu untuk pertama kalinya dalam sejarahnya,” ujar al-Hindi.
Qatar
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang memimpin upaya mediasi Qatar untuk gencatan senjata di Gaza, menulis dalam akun X:
“Pembunuhan politik dan terus-menerus menargetkan warga sipil di Gaza, sementara perundingan terus berlanjut, membuat kita bertanya bagaimana mediasi bisa berhasil ketika satu pihak membunuh negosiator di pihak lain? Perdamaian membutuhkan mitra yang serius.”
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengeluarkan pernyataan:
“Qatar mengutuk keras pembunuhan Dr. Ismail Haniyeh di Teheran dan menganggap ini sebagai kejahatan keji dan eskalasi yang berbahaya, serta pelanggaran besar terhadap hukum internasional dan kemanusiaan.”
“Pembunuhan ini dan tindakan Israel yang ceroboh dan terus-menerus menargetkan warga sipil di Gaza, akan mendorong wilayah tersebut ke dalam lingkaran kekacauan, serta membatasi prospek perdamaian,” tulis pernyataan tersebut.
Yaman
Ketua Komite Revolusioner Tertinggi Houthi Yaman, Mohammed Ali Al-Houthi, mengatakan: “Sangat sulit untuk berspekulasi, dan saya telah belajar selama bertahun-tahun untuk tidak pernah berspekulasi mengenai dampak suatu peristiwa terhadap hal lain.
“Menargetkan Ismail Haniyeh adalah kejahatan teroris yang keji dan merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum dan nilai-nilai ideal,” tegas Al-Houthi.
Turkiye
Ini pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Turkiye: “Kami menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina yang telah memberikan ratusan ribu syuhada seperti Haniyeh, agar bisa hidup damai di tanah air mereka sendiri, di bawah atap negara mereka sendiri.”
“Sekali lagi terungkap bahwa Pemerintahan Netanyahu tidak mempunyai niat untuk mencapai perdamaian. Serangan ini juga bertujuan untuk menyebarkan perang di Gaza ke tingkat regional. Jika masyarakat internasional tidak mengambil tindakan untuk menghentikan Israel, wilayah kita akan menghadapi konflik yang jauh lebih besar,” kata pernyataan tersebut.
Amerika Serikat
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bahwa AS tidak menyadari atau terlibat dalam kematian Haniyeh. Dia mengulangi seruannya untuk gencatan senjata dan pembebasan warga Israel yang ditawan oleh Hamas di Gaza.
Australia
Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles mengatakan: “Orang ini berperan penting dalam aktivitas yang terjadi pada tanggal 7 Oktober, aktivitas yang secara konsisten kami kecam.”
“Meskipun demikian, kami secara konsisten menganjurkan gencatan senjata di Timur Tengah untuk mengakhiri bencana yang sedang terjadi. Kami tentunya ingin memastikan bahwa kami tidak melihat adanya eskalasi, karena konsekuensinya akan sangat besar,” ujar Marles.
Mesir
Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan mengatakan: “Eskalasi regional ini kurang kemajuan dalam perundingan gencatan senjata di Gaza. Pembunuhan itu meningkatkan kompleksitas situasi dan menunjukkan tidak adanya kemauan politik Israel untuk menenangkannya.”
“Hal ini melemahkan upaya keras yang dilakukan Mesir dan mitranya untuk menghentikan perang di Jalur Gaza dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina,” bunyi pernyataan itu.
Indonesia
Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui akun X menulis: “Indonesia mengecam pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas di Teheran, Iran, pada 31 Juli 2024.”
“Tindakan tersebut merupakan tindakan provokatif yang dapat meningkatkan eskalasi konflik di kawasan, dan merusak proses negosiasi yang terus diupayakan,” tulis pernyataan tersebut.
Wapres ke-10 dan 12 RI, H. M. Jusuf Kalla yang melangsungkan pertemuan dengan Ismail Haniyeh di Doha pada 12 Juli lalu, menyampaikan belasungkawa atas kematiannya.
“Dalam pertemuan itu sebenarnya beliau (Haniyeh) sangat ingin mencapai perdamaian dan penyelesaian yang adil di Palestina. Dia sampaikan juga ke saya bahwa ia mau menyelesaikan persoalan Hamas dan Fatah dulu di Beijing, setelah itu bisa berkunjung ke Indonesia bersama pimpinan Fatah Mahmoud Abbas. Namun Allah telah memanggilnya ke rahmatullah di Teheran hari ini (Rabu, 31/07/2024-red),” ujar Jusuf Kalla.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan seluruh warga Muslim di Indonesia untuk melaksanakan salat gaib dan berdoa untuk kejayaan dan kemerdekaan Palestina.
MUI menyebut Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas sekaligus bangsa Palestina.
Ketua Hubungan Internasional MUI Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Iran yang segera melakukan penyelidikan atas pembunuhan tersebut, dan mendorong pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menetapkan langkah-langkah militer yang lebih terukur, agar secara efektif bisa menghentikan pembunuhan dan pemusnahan yang dilakukan Israel pasca pembunuhan Ismail Haniyeh.
Malaysia
Kementerian Luar Negeri Malaysia mengeluarkan pernyataan yang menegaskan: “Malaysia mendesak dilakukannya penyelidikan segera dan menyeluruh atas pembunuhan ini, dan mereka yang bertanggung jawab diadili.
Malaysia juga mendesak semua pihak untuk menahan diri, hingga fakta seputar pembunuhan tersebut terungkap.
“Insiden ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk deeskalasi dan memperkuat perlunya semua pihak untuk terlibat dalam dialog konstruktif dan mengupayakan resolusi damai,” kata pernyataan tersebut.
Cina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lin Jian mengatakan: “Kami sangat prihatin atas insiden tersebut dan dengan tegas menentang serta mengutuk pembunuhan tersebut.”
“Gaza harus mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan permanen sesegera mungkin,” tandas Lin Jian.
Rusia
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov mengatakan: “Ini adalah pembunuhan politik yang benar-benar tidak dapat diterima, dan akan meningkatkan ketegangan lebih lanjut.”
Srilanka
Presiden Srilanka Ranil Wickremesinghe, dalam postingan di akun X menyatakan, mengecam keras atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan menyatakan dengan tegas bahwa dia tidak akan pernah memaafkan tindakan seperti itu.
Thailand
Politikus Veteran Thailand dan Mantan Negosiator Sandera Gaza, Areepen Uttarasin mengatakan, pembunuhan ini sangat serius karena terjadi di Iran. Ini menunjukkan bahwa lawan-lawan Hamas bisa menyerang di mana saja.
“Membunuh pemimpin Hamas akan membuat negosiasi dan deeskalasi menjadi lebih sulit. Situasi akan menjadi lebih ganas dan memburuk dan sulit diperbaiki,” tegas Uttarasin.
Putra Ismail Haniyeh
Abdul Salam Haniyeh, Putra Ismail Haniyeh mengtakan: “Ayah saya selamat dari empat kali upaya pembunuhan selama perjalanan politiknya, dan hari ini Allah telah memberinya kesyahidan yang selalu ia idamkan.”
“Dia sangat ingin membangun persatuan nasional dan mengupayakan persatuan semua faksi di Palestina. Kami menegaskan bahwa pembunuhan ini tidak akan menghalangi perlawanan yang akan terus berjuang sampai kebebasan tercapai,” tegas Abdul Salam. (rus)