KABARIKA.ID, QATAR — Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), H.M. Jusuf Kalla menghadiri acara prosesi pemakaman jenazah Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh di Doha, Qatar, Jumat (2/08/2024).
Dalam kunjungannya ke Doha, H.M. Jusuf Kalla didampingi oleh Prof. Hamid Awaluddin, Menkum HAM RI pada Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2007).
Jusuf Kalla berharap apa yang diperjuangkan Haniyeh semasa hidupnya, yaitu untuk mencapai perdamaian dan keadilan di Palestina masih tetap diperjuangkan, meskipun ia khawatir situasi di Palestina, terutama di Jalur Gaza, akan memburuk pasca pembunuhan Ismail Haniyeh ini.
Jusuf Kalla terakhir bertemu dengan almarhum Haniyeh pada 12 Juli lalu di Doha, sebagai upaya mempersatukan para faksi perlawanan Palestina guna menyatukan kekuatan dalam menghadapi agresor zionis Israel.
Dalam rangkaian proses pemakaman jenazah Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran usai menghadiri pelantikan Presiden Iran, pada Rabu (3/07/2024) itu, para pelayat berkumpul di Doha, ibu kota Qatar, melakukan doa bersama.
Para pria berlutut dan berdoa sementara para pemimpin senior kantor politik Hamas yang berpusat di Qatar, memberikan penghormatan terakhir mereka kepada keluarga Haniyeh, di hadapan jenazah Haniyeh dan pengawalnya yang berada di dalam peti jenazah yang diselimuti bendera Palestina.
Dua orang yang dianggap sebagai calon penggantinya, yakni Khalil Al-Hayya, pejabat senior Hamas dan kepala Jihad Islam Palestina dan mantan kepala Hamas, Khaled Mashaal, dan pembantu dekat Haniyeh berada di antara para pelayat.
Calon pengganti Haniyeh dalam struktur Hamas, Al-Hayya mengatakan, kematian dan darah Haniyeh akan membawa kemenangan bagi rakyat Palestina.
“Kami yakin bahwa darahnya akan membawa kemenangan, martabat, dan pembebasan bagi Palestina,” ucap Al-Hayya.
Pemakaman itu dilakukan sehari setelah Israel mengonfirmasi bahwa kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif, tewas dalam serangan udara 13 Juli di Gaza, dan beberapa hari setelah Israel mengumumkan tewasnya komandan Hizbullah, Fouad Shukur dalam serangan di Lebanon.
Israel belum mengklaim ataupun menyangkal perannya dalam pembunuhan Haniyeh, tetapi Hamas dan sekutunya menuding Israel yang bertanggung jawab.
Kelompok itu mengatakan Haniyeh tewas dalam serangan rudal di wisma di Teheran, tempat dia menginap saat menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
Dari Maroko hingga Iran, para demonstran turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan bagi Haniyeh.
”Jadikan hari Jumat sebagai hari kemarahan untuk mengecam pembunuhan itu,” kata Izzat al-Risheq dari Hamas dalam sebuah pernyataan.
Sehari sebelumnya, para pendukung berparade di Teheran saat peti jenazah Haniyeh dibawa ke Bandara melalui pusat kota dengan kendaraan mewah.
Pada saat yang sama, ratusan pelayat berpakaian hitam memadati auditorium di Beirut, Lebanon, untuk memberi penghormatan terakhir kepada komandan Hizbullah yang terbunuh itu akibat serangan Israel.
“Kita telah memasuki fase baru yang berbeda dari periode sebelumnya,” kata pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, kepada para pelayat, sambil bersumpah akan melakukan balasan yang terencana dengan baik terhadap Israel.
Pembunuhan Haniyeh membuat para mediator kalang kabut untuk menyelamatkan kesepakatan gencatan senjata antara Hamas-Israel, dan mencegah perang regional yang lebih luas.
“Kami memiliki dasar untuk gencatan senjata. Ia (Netanyahu) harus melanjutkannya dan mereka harus melanjutkannya sekarang,” kata Presiden AS Joe Biden, pada Kamis malam (1/08/2024), saat berbicara di landasan pacu pangkalan udara di luar Washington.
Haniyeh menjadi salah seorang negosiator utama Hamas selama perundingan gencatan senjata, namun pembunuhannya dapat mengacaukan pembicaraan selama berbulan-bulan.
“Anda [Israel] tidak dapat mencapai perdamaian dengan membunuh para negosiator dan mengancam para diplomat,” tulis Oncu Keceli, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, di akun media sosial X.
Kematian Haniyeh dapat menjadi pemicu meletusnya perang masif di Timur Tengah, karena Iran telah bersumpah akan membalas dendam atas kematian Haniyeh di negaranya, sebagai langakan menegakkan kehormatannya. (rus)