KABARIKA.ID, NUSA DUA — Lokakarya pra-KTT Media ABU tentang “Jurnalisme Lingkungan dan Perdamaian” yang digelar di Bali, pada Senin (5/08/2024) menghadirkan sejumlah pakar dan praktisi media.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah seorang pembicara adalah manager Radio Australia ABC di Brisbane, Anthony Frangi. Menurut Frangi, radio sebagai salah satu media anggota Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU) atau Persatuan Penyiaran Asia-Pasifik, harus memperkuat peran dalam informasi siaran kebencanaan.
“Kita tahu bahwa radio saat bencana terus membantu menyelamatkan nyawa, dan itulah inti dari konferensi khusus ini. Karena pendengar, orang-orang di komunitas, ingin mengetahui beberapa hal yang membuat mereka tertarik pada radio dan harapan mereka di sana,” ujar Frangi dalam presentasinya pada pra-KTT di Hotel Sakala, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali, Senin (5/08/2024).
Frangi menjelaskan, peran radio tersebut bisa memberikan kewaspadaan pada tataran masyarakat, baik sebelum maupun pascabencana. Sebab, hal itu berkaitan dengan dampak dan apa yang perlu dilakukan pendengar atau masyarakat.
“Seberapa serius bencana tersebut, jika mereka mengetahui pada saat itu bagaimana dampaknya terhadap mereka dan komunitas mereka, serta apa yang perlu dilakukan untuk menjamin keselamatan mereka,” ujar Frangi.
Jika sebuah stasiun radio melakukan berbagai prioritas tersebut, lanjut Frangi, maka ia telah berperan banyak dalam memenuhi kebutuhan para pendengar. Terlebih dalam banyak hal untuk bisa menyelamatkan diri.
“Ini telah didokumentasikan di seluruh dunia pascabencana, di mana mereka mendatangi pendengar dan berkata, apa yang Anda inginkan dari stasiun radio Anda? Mereka berkata, kami ingin mengetahui apa yang terjadi, seberapa serius kejadian tersebut,” tegas Frangi.
Lokakarya ini dilaksanakan menjelang KTT Media ABU ke-8 tentang Aksi Iklim dan Pencegahan Bencana.
KTT berfungsi sebagai platform penting dalam mendorong kolaborasi dan dialog antara para pemangku kepentingan dalam adaptasi perubahan iklim.
KTT akan dilaksanakan selama dua hari, yakni Selasa-Rabu, (6-7/08/2024) dengan tema “Media Menyelamatkan Nyawa” (Media Saving Lives).
Tema itu diangkat untuk menekankan peran penting media penyiaran dalam mitigasi dampak iklim dan bencana di berbagai belahan dunia. (rus)