KABARIKA.ID, MAKASSAR – Forum University Presidents for Peace diinisiasi oleh Rektor Universitas Hiroshima dan, untuk pertama kalinya, mengundang beberapa rektor dari seluruh dunia untuk mendiskusikan langkah strategis dalam mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Satu-satunya rektor dari Indonesia yang diundang adalah Prof Jamaluddin Jompa (JJ), Rektor Unhas.
Menurut Prof JJ, prinsip kesetaraan dalam berdialog itu sangat penting, serta prinsip dasar yang menempatkan manusia di posisi yang sejajar dalam hak dan kewajiban dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Prof JJ memberi penekanan khusus terhadap peran universitas atau perguruan tinggi dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter, dan berjiwa toleran.
“Unhas sendiri telah membantu lebih dari 50 mahasiswa di berbagai negara yang sedang berkonflik dan berperang, seperti Palestina, Sudan, dan beberapa negara di Afrika,” kata Prof JJ, Selasa (6/7/2024)
Unhas akan terus berkontribusi dalam riset unggulan, inovasi, dan partisipasi langsung dalam memajukan perdamaian dunia.
Unhas setiap tahunnya akan meningkatkan program pertukaran mahasiswa di seluruh dunia dan terus memberi peluang dari berbagai negara berkembang untuk berkesempatan kuliah dan melakukan kerjasama riset di Unhas.
Di bagian akhir, Prof. JJ mengemukakan keterkaitan antara nilai ‘Siri na Pacce’ dengan nilai ‘Wa’ dan ‘Ganbaru’ di masyarakat Jepang.
“Nilai-nilai tersebut, yang menekankan pada pentingnya rasa simpati, empati, ketekunan, dan kesederajatan, adalah fondasi utama dalam menciptakan kesepahaman bersama dalam menciptakan keteraturan dan perdamaian,” lanjutnya.
Semangat ‘Siri na Pacce’ merupakan nilai yang menjaga kesewenang-wenangan dan kedzoliman.
Ia juga menjadi penyeimbang yang mencegah yang kuat menindas yang lemah.
“Apabila nilai-nilai ini diterapkan secara konsisten, maka bibit perdamaian, harmoni, dan keteraturan sosial menjadi sangat mungkin direalisasikan,” tekan Prof JJ.
Sementara itu, dalam sambutannya, Prof Ochi dari Universitas Hirosima, menekankan urgensi bagi universitas di seluruh dunia untuk memfokuskan riset dan inovasi dalam mewujudkan perdamaian dunia yang langgeng.
Investasi dalam pembangunan sumber daya manusia adalah keharusan bagi universitas untuk melahirkan generasi muda yang toleran dan anti kekerasan.
Saat ini, dunia masih dihantui oleh konflik antara Rusia dan Ukraina, serta Israel dan Palestina.
Tidak menutup kemungkinan perang dunia akan meletus jika pihak yang berperang berhasil memprovokasi pihak lainnya yang sebelumnya netral.
Prof Ochi mengingatkan bahwa masih tersisa puluhan ribu hulu ledak nuklir di dunia, yang berpotensi melahirkan perang nuklir yang jauh lebih dahsyat dari ledakan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945.
Prof Ochi mengajak rektor di seluruh dunia untuk terus-menerus berkolaborasi dalam menciptakan tatanan dunia yang damai dan berkeadilan. (*)