KABARIKA.ID, MAKASSAR — Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. (Prof JJ), mendapatkan undangan khusus dari Rektor Universitas Hiroshima untuk menghadiri peringatan tragedi bom atom di Hiroshima Memorial Park, Selasa 6 Agustus 2024.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Prof. JJ adalah satu-satunya Rektor dari Indonesia yang mendapatkan kehormatan untuk menghadiri seremoni memorabilia istimewa tersebut.

Turut dalam rombongan Prof JJ adalah Dekan Ilmu Kelautan dan Perikanan Prof. Syafruddin, Kepala Kantor Sekretariat Rektor Sawedi Muhammad, dan Dosen FEB Eka Sastra.

Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. foto bersama dengan rombongannya, yakni Dekan Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Prof. Syafruddin (kedua dari kanan), Kepala Kantor Sekretariat Rektor Sawedi Muhammad (kanan), dan Dosen FEB Unhas Eka Sastra (kiri). (Foto: Humas Unhas)

Upacara peringatan tragedi bom Hiroshima sangat istimewa, karena tidak hanya dihadiri oleh masyarakat umum, tetapi juga tamu-tamu undangan dari berbagai negara yang disambut khusus oleh Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida.

Acara seremonial itu juga dihadiri oleh jajaran kementerian pada kabinet PM Kishida.

Upacara di Memorial Park diawali dengan persembahan bunga duka kepada korban bom oleh keluarga para korban, Wali kota, Gubernur, PM serta perwakilan dari Sekjen PBB.

Upacara diakhiri dengan pembacaan Deklarasi Perdamaian Hiroshima. Pesan utama dari deklarasi itu adalah ikrar untuk mengakhiri bom nuklir, dengan menegaskan Hiroshima dan Nagasaki sebagai yang terakhir.

Perdamaian dunia adalah keniscayaan dan perang harus diakhiri. Dalam Deklarasi itu juga mengimbau agar perang Rusia-Ukraina segera diakhiri, demikian pula perang antara Israel dan Palestina.

Usai upacara di Memorial Park, rombongan diantar menuju halaman belakang Universitas Hiroshima untuk upacara khusus mengenang korban bom atom.

Prof. Ochi mengawali upacara dengan menyampaikan sambutan, kemudian melakukan siraman dan tabur bunga untuk mengenang arwah para korban bom atom.

Rektor Unhas Prof. JJ adalah peserta pertama yang diundang untuk melakukan siraman dan tabur bunga, kemudian diikuti berturut-turut oleh C. Scott Green, Rektor Universitas Idaho, AS; Shireesh B. Kedare dari Indian Institute of Technology, Bombay, India; Fransesco Svelto dari Universitas Pavia, Lombardia, Italia; dan Valerio De Cesaris dari Universitas Perugia, Italia.

Upacara diakhiri dengan sambutan yang mengharukan oleh Prof. Ochi. Beliau kembali menegaskan komitmen Deklarasi Damai Hiroshima untuk mengakhiri dan memusnahkan senjata nuklir serta bertekad untuk terus-menerus menjaga perdamaian dunia yang abadi.

Prof. Ochi kembali mengenang bahwa penderitaan para korban bom atom di Hiroshima adalah yang pertama dan terakhir dalam sejarah.

“Dunia tanpa konflik adalah niscaya dan kita semua yang hadir di sini dapat berkontribusi untuk mewujudkannya,” tandas Prof Ochi.

Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. duduk berdampingan dengan Rektor Universitas Idaho, AS, C. Scott Green saat menghadiri forum Presidential’s University for Peace di Universitas Hiroshima Jepang, Selasa (6/08/2024). (Foto: Humas Unhas)

Selain diundang menghadiri upacara peringatan bom atom di Hiroshima Memorial Park, Prof. JJ juga didaulat sebagai pembicara pada forum Presidential’s University for Peace yang diadakan untuk pertama kalinya atas inisiatif Presiden Hiroshima University, Prof. Mitsuo Ochi.

Sekilas Sejarah Bom Atom Hiroshima

Peringatan hari bom atom Hiroshima sebagai hari berkabung sekaligus mengenang para korban yang tewas akibat bom tersebut.

AS menjatuhkan bom atom “Little Boy” di Kota Hiroshima, pada 6 Agustus 1945.

Bom tersebut dikembangkan oleh Proyek Manhattan yang dipimpin oleh AS dengan dukungan dari Inggris dan Kanada, di bawah arahan ilmiah Dr Robert Oppenheimer.

Proyek ini muncul karena kekhawatiran atas Nazi Jerman yang saat itu sedang mengembangkan senjata nuklir.

Keputusan untuk menjatuhkan bom “Little Boy” di Hiroshima ditentukan oleh Presiden Harry Truman. Ia baru saja memangku jabatan presiden setelah kematian Franklin Roosevelt, pada April 1945.

Pada 26 Juli 1945, Deklarasi Potsdam dikeluarkan oleh Presiden Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, serta pemimpin China Chiang Kai-Shek. Mereka menawarkan penyerahan tanpa syarat kepada Jepang.

Bom atom “Little Boy” yang dijatuhkan AS di Kota Horishima, Jepang, pada 6 Agustus 1945 menyebabkan sekitar 80.000 orang tewas seketika. (Foto: Ist.)

Truman menulis tentang bom atom, “Kami telah menemukan bom paling mengerikan dalam sejarah dunia. Mungkin itu adalah kehancuran akibat api yang dinubuatkan di Era Lembah Efrat, setelah Nuh dan Bahteranya yang menakjubkan”.

Pada pagi hari, 6 Agustus 1945, Kolonel Paul Tibbets dan 12 awak pesawatnya lepas landas dari Tinian di Kepulauan Mariana di Pasifik menuju Hiroshima.

Pada pukul 8:15 pagi waktu setempat, bom “Little Boy” dijatuhkan.

Sekitar 80.000 orang tewas seketika, dan jumlah korban tewas akhir diperkirakan antara 90.000 hingga 100.000.

Pesawat yang membawa bom tersebut, Enola Gay, kini dipamerkan permanen di Museum Dirgantara dan Luar Angkasa Nasional di AS. (*mr)