KABARIKA.ID, MAKASSAR — Kesadaran masyarakat untuk memakmurkan masjid, masih perlu terus didorong. Menceritakan sejarah dan makna filosofis dari arsitektur sebuah masjid, bisa menjadi sumber inspirasi masyarakat untuk memakmurkan masjid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) menggelar kegiatan bertajuk “Masjid Travelers” dengan mengajak 25 konten kreator untuk mengeksplorasi Masjid Istiqlal Jakarta, Masjid Al-Irsyad Bandung, dan Masjid Al-Jabar selama tiga hari, Ahad-Selasa, 11-13 Agustus 2024.

Ketiga masjid ini dipilih karena memiliki nilai filosofis, arsitektur yang unik, dan bisa dijadikan contoh untuk masjid lainnya.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam, Kamaruddin Amin menjelaskan, “Masjid Travelers” bertujuan untuk memberi pemahaman kepada generasi muda bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan, pendidikan, sejarah, hingga pemberdayaan ekonomi umat.

Dirjen Bimas Islam, Kamaruddin Amin (pegang mik) berharap generasi muda dapat melihat masjid sebagai bagian penting dari kehidupan mereka, bukan sekadar tempat beribadah. (Foto: Kemenag)

“Kami ingin masyarakat, khususnya generasi muda, melihat masjid sebagai bagian penting dari kehidupan mereka, dan bukan sekadar tempat beribadah,” ujar Kamaruddin di Masjid Al-Irsyad, Bandung, dikutip Selasa (13/08/2024).

Menurut Kamaruddin, konten kreator memiliki peran strategis dalam menyebarluaskan informasi keistimewaan masjid-masjid melalui konten yang kreatif dan edukatif.

Kolaborasi dengan konten kreator merupakan langkah inovatif, tak hanya menggali potensi masjid, tetapi bisa mengampanyekan masjid ramah anak, Lansia, hingga lingkungan kepada masyarakat.

“Konten kreator harus memanfaatkan potensinya untuk berdampak lebih luas, karena esensi dari kehidupan yang berkualitas adalah sejauh mana seseorang dapat memberi manfaat bagi orang lain,” papar Kamaruddin.

Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib mengatakan, “Masjid Travelers” merupakan bagian syiar dan wisata religi karena Indonesia memiliki banyak masjid yang unik dan bersejarah.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib (pegang mik) menyebutkan “Masjid Travelers” merupakan bagian syiar dan wisata religi. (Foto: Kemenag)

“Salah satunya adalah masjid Al-Irsyad Bandung yang memiliki banyak keunikan, filosofi dari bangunannya hingga konsep ramah lingkungan yang tidak banyak dimiliki masjid lainnya, sehingga perlu dieksplorasi agar menginspirasi masjid di seluruh Indonesia,” ujar Adib.

Ia menambahkan, 25 konten kreator dalam kegiatan ini diajak untuk mengeksplorasi masjid, baik dari arsitektur, sejarah, maupun kegiatan komunitas yang inspiratif, hingga fasilitas ramah untuk semua jemaah.

“Melalui lensa para kreator, kami berharap masyarakat dapat melihat potensi besar yang dimiliki masjid-masjid kita,” ujar Adib.

Ia menambahkan, peserta juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan konsep kreatifnya. Beberapa di antaranya bahkan telah menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan teknologi modern, untuk memberi pengalaman yang lebih interaktif bagi viewers.

Melalui program ini Kemenag berharap, masjid-masjid di seluruh Indonesia dapat lebih dikenal dan diapresiasi, serta mampu menjadi pusat aktivitas sosial dan budaya yang dinamis.

“Kami optimis bahwa Masjid Travelers akan menjadi pionir dalam mempromosikan masjid sebagai bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya bangsa,” tandas Adib.

Kepala Subdit Kemasjidan, Akmal Salim Ruhana mengatakan, kegiatan “Masjid Travelers” memiliki tiga aspek. (Foto: Kemenag)

Sementara itu, Kepala Subdit Kemasjidan, Akmal Salim Ruhana mengatakan, kegiatan Masjid Travelers memiliki tiga aspek.

Pertama, aspek edukatif dimana peserta diberi pembekalan, seperti materi penguatan moderasi beragama, definisi masjid ramah, copywriting, dan teknik pembuatan konten.

Kedua, aspek rekreatif karena kegiatan tidak hanya dalam ruangan, tapi juga memanfaatkan transportasi naik kereta api, bus, dan whoosh.

“Jadi, acara ini santai, tapi semua tujuan bisa didapat,” ujar Akmal.

Ketiga, aspek kolaboratif beberapa program Kemenag di bidang kemasjidan penting disebarluaskan kepada masyarakat.

“Kolaborasi antara Kemenag dengan konten kreator ini penting karena hal-hal baik yang kita lakukan bisa disebarluaskan kepada masyarakat,” tandas Akmal. (rus)