Ahmad Musa Said
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengurus Pusat Ikatan Alumni (IKA) Unhas
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘orang dalam’ adalah orang yang ada di dalam satu lingkungan (pekerjaan, golongan, dan sebagainya). Secara umum orang dalam adalah seseorang yang biasanya dikenal berada dalam lingkaran terdekat orang atau tokoh tertentu. Jika di suatu perusahaan atau lembaga, orang dalam ini dapat mempermudah urusan. Contoh, jika seseorang sedang mencari pekerjaan, orang dalam ini dapat membantu memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan di suatu perusahaan.
Istilah orang dalam ini sempat dipopulerkan kembali oleh Anies Baswedan dengan kesan “menjengkelkan”, karena banyak orang yang berkompeten gugur dikalahkan oleh orang dalam.
Andi Amran Sulaiman (AAS) sendiri tentu memiliki orang dalam. Yang utama tentu keluarga inti, istri, anak dan saudara yang sejak dulu menemani beliau. Ada juga sepupu yang sudah seperti saudara karena kedekatannya maupun karena pernah dibantu oleh orang tua dari sepupu tersebut di masa-masa sulitnya. Atau kawan seperjuangan dalam suka dan duka sejak masa kuliah, masa kerja maupun saat awal-awal merintis usahanya dulu, baik di Tiran Group maupun AAS Foundation.
Untuk lingkup Kementerian Pertanian (Kementan), orang dalam ini jika ada mungkin dianggap orang-orang yang dapat membantu memudahkan pihak luar yang memiliki kepentingan terhadap urusan yang ada dalam lingkup Kementan.
Dalam konteks jabatannya sebagai Menteri, beberapa yang dapat dianggap sebagai orang dalam ini adalah ADC (Aide de Camp) atau ajudan dan kepala bagian protokol. Kedua orang ini dalam keseharian bahu-membahu untuk memastikan agenda dan kegiatan rutin Menteri berjalan lancar tanpa ada hambatan.
Tak jarang mereka ditegur jika ada kendala dalam hal kelancaran agenda. Namun, kata Kabag protokol tersebut, pada periode ke-2 ini, Mentan AAS sangat jauh lebih bijak, tak jarang kalau ada kendala hanya ditanggapi dengan senyum sambil berkata, aduh, Eko…. Eko… sudah berapa tahun sih, kenapa masih terulang kejadian seperti ini lagi.
Eko pun biasanya langsung berucap, “Siap salah, Puang”, dengan fasihnya menggunakan sapaan khas orang Bugis tersebut.
Semua yang mau bertemu dan ditemui oleh Menteri diatur oleh bagian protokol ini. Kecuali kalau Menteri langsung yang menghubungi seseorang dan minta bertemu, itu berlaku khusus. Yang lain, tanpa membuat janji dengan protokol, tentu takkan difasilitasi dan diakomodasi untuk bertemu.
Selanjutnya, yang dapat dikategorikan orang dalam adalah para tenaga ahli dan staf khusus, mereka memberikan masukan dan saran terhadap Menteri jika ada hal yang dianggap urgen untuk segera dicarikan solusi.
Berbeda dengan Dirjen yang bekerja secara teknis mengimplementasikan arahan Menteri, tenaga ahli ini sifatnya lebih ke konsultansi, meski tak jarang mereka juga bertindak sebagai peramu dari ide-ide Menteri lalu dikemas menjadi sebuah paparan yang akan dipresentasikan.
Setiap kali Menteri melakukan perjalanan dinas, paling tidak ada satu sampai dua orang Tenaga Ahli yang mendampingi. Terkadang sampai tiga, satu dari unsur militer, satu akademisi dan satu lagi riset. Mereka saling bergantian mem-back up kebutuhan Menteri untuk konsultansi, diskusi dan bertukar pikiran.
Tenaga ahli dari unsur militer ini tak tanggung-tanggung, sampai purnawirawan bintang tiga. Hal ini memang diperlukan mengingat dalam kesuksesan pompanisasi, optimalisasi lahan dan perluasan areal tanam, Kementan menggandeng unsur TNI sebagai mitra di lapangan. Dengan sistem komando, program tersebut lebih cepat terkoordinasi dan berjalan tanpa hambatan yang berarti.
Terkadang juga obrolan Mentan AAS dengan pendamping ini menjadi penuh tawa, terlebih ketika sang Tenaga Ahli melakukan kekeliruan yang dapat menjadi bahan tertawaan sang Menteri. Seperti ketika sang Tenaga Ahli tak sengaja menjatuhkan sampah bungkus cemilan di dalam pesawat, owner Tiran Group ini bercanda “sudah saya traktir naik private jet, eh, mau lagi kotor-kotori pesawat ini” yang disambut tawa oleh seisi pesawat.
Seperti diketahui, Mentan Amran melakukan perjalanan dinas ke daerah menggunakan pesawat jet tanpa menggunakan anggaran negara, semua memakai dana pribadi. Bahkan gaji dan tunjangannya pun diserahkan untuk mereka yang membutuhkan.
Dari unsur pengurus PP IKA Unhas yang dinakhodainya, juga terdapat beberapa orang yang intens diajak berkomunikasi, terkait urusan organisasi dan pendelegasian dikarenakan kesibukannya sebagai orang nomor satu di Kementan. Direktur Eksekutif, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Wakil Ketua Umum dan beberapa pengurus lainnya.
Lalu apa sebenarnya yang diharapkan dari orang dalam ini? Jika dalam bahasa Arab ada istilah shadiiq yang berarti ‘orang kepercayaan atau sahabat sejati’, maka tentu orang dalam ini diharapkan menjadi orang yang dapat dipercayai, menjaga rahasia dan tidak khianat terhadap amanah yang diberikan.
Shadiiq ini juga diharapkan tidak asal bersikap Yes Man, namun juga dapat memberikan pertimbangan jangan sampai ada yang dapat membahayakan bagi sang Menteri, baik dari sisi dunia terlebih lagi akhiratnya.
Di Arab sana ada pepatah, “Shadiiquka man shadaqaka laa man shaddaqak”, sahabat sejati itu mereka yang jujur kepadamu (jika ada kekeliruanmu), bukan yang selalu membenarkanmu (meskipun keliru).
Meskipun dengan pengalamannya selama lima tahun pada periode pertama pemerintahan Jokowi yang sukses dan tanpa masalah, terutama dari sisi pemberantasan korupsi, tentu dengan tantangan yang semakin berat akibat cuaca ekstrem dan guncangan internal Kementan sendiri, beliau tetap perlu didampingi dan dibantu dalam hal-hal kecil yang tak sempat lagi terpikirkan oleh beliau karena kesibukannya.
Orang dalam ini diharapkan dapat menjadi teman di dunia dan di akhirat, di surga tentunya. Itu juga yang sering diingatkan oleh Ketua Umum IKA Unhas ini kalau bertemu dengan pengurus di hari libur.
“Jaga salatnya semua yah, rajin tahajjud. Kita perbanyak berbuat baik, sedekah, saling tolong-menolong,” pesannya dalam setiap momen pertemuan.
Seperti yang banyak dikhawatirkan pada tokoh-tokoh besar, ‘orang dalam’ ini hendaknya tidak memanfaatkan kedekatannya untuk hal yang keliru, apalagi menumpuk harta dan meminta upeti dengan mengatasnamakan Menteri; juga tidak menjanjikan akan mempertemukan seseorang dengan Menteri, lalu berharap imbalan jabatan atau materi dari orang lain tersebut.
Sekadar mengingatkan bagi pihak yang berkepentingan di Kementan, bahwa Mentan Amran ini sangat memegang teguh prinsip meritokrasi. Jadi, mendekati ‘orang dalam’ bahkan mendekati beliau pun bukan menjadi jaminan untuk mendapatkan sesuatu dari Kementan.
Bahkan ada staf yang batal dilantik menjadi eselon II karena mengirimkan foto bersama keluarga Mentan melalui pesan Whatsapp ke ketua umum IKA Unhas ini.
“Ada yang kirim foto. Foto bersama orang dekat saya. Tadinya dia sudah berada dalam daftar yang akan dilantik, tapi saya coret, karena orang yang dititip begini, nanti dia loyalnya kepada yang menitip, bukan loyal pada negara. Inilah yang kelak akan merusak,” ungkap Mentan Amran saat acara pelantikan pejabat eselon II lingkup Kementan, 18 Juli 2024.
‘Orang dalam’ ini biasanya menghindari untuk mempublikasikan kedekatannya, karena paham akan konsekuensi psikologisnya. Dengan status Mentan, Amran yang merupakan orang terkaya se-Sulawesi Selatan berdasarkan LHKPN KPK, tentu mengaku orang dalamnya juga akan berimbas kepada persepsi orang terhadap kemampuan finansial ‘orang dalam’ tersebut.
Kalau Mentan AAS selalu mentraktir orang, maka menjadi orang dekatnya juga harus belajar bermurah hati. Karena akan menjadi bahan candaan bagi kawan-kawan di Warkop jika orang dekat tersebut malah minta ditraktir.
Mereka juga harus siap bertindak ketika ada kawan yang mendadak minta bantuan tanpa perlu lagi melapor ke Menteri. Karena beliau dikenal sangat dermawan, maka sepatutnya kedermawanan itu menular termasuk ke ‘orang dalam’ tersebut.
Tentu tanpa perlu memaksakan diri. Karena meskipun Mentan Amran selalu membekali orang dekatnya dengan “dana khusus traktir”, tentu orang dalam ini juga harus menyisihkan untuk mentraktir orang tua, istri, saudara dan kerabat lainnya. Semangat berbagi!!!