KABARIKA.ID, JAKARTA— Kabar baik peningkatan produksi beras sesuai proyeksi KSA Badan Pusat Statistik (BPS) yang akan terjadi pada bulan Agustus,September dan Oktober 2024, bukanlah hal yang seketika terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Moch Arief Cahyono menjelaskan produksi yang tinggi ini berkat perjuangan para petani, penyuluh, TNI bersama para pejabat Kementan yang sudah berbulan-bulan di lapangan memasang pompa air.
“Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, semua jajaran Kementan turun ke lapangan tidak mengenal libur. Begitupun petani, penyuluh, dan semua pihak terkait, bahu-membahu dalam percepatan pompanisasi sehingga pompa bisa dirasakan manfaatnya, terutama di wilayah rentan kekeringan,” ungkap Arief, dalam keterangan pers, Minggu (25/08/2024).
Menurut Arief, Menteri Pertanian telah menyebutkan bahwa pompanisasi solusi tercepat menghadapi kekeringan.
Program ini efektif karena dapat segera diterapkan dan tidak memerlukan biaya yang terlalu besar dibandingkan dengan solusi jangka panjang lainnya.
“Sepanjang tahun 2024, kita telah mengalokasikan sebanyak 62.091 unit pompa air di seluruh Indonesia. Kami berusaha secepatnya sawah-sawah yang sedang dilanda kemarau dan kekurangan air, mendapatkan suplai yang cukup. Petani harus terus dapat bertani, berproduksi karena makan tidak boleh berhenti,” kata Arief.
Pompa air yang begitu banyak ini mengambil air dari sumber-sumber air yang ada, entah itu sungai besar yang melintas wilayah persawahan, maupun irigasi perpompaan berupa sumur dalam.
Pemerintah tidak mau sedikitpun melewatkan sisa air di tengah el nino ini tidak dimaksimalkan untuk pertanian.
“Pemerintah sudah membuat kebijakan pupuk bersubsidi jumlahnya kembali pada 9,55 juta ton, seperti halnya waktu kita mencapai swasembada pada 2017. Tentu adanya air menjadi penting agar proses produksi tidak terhenti,” lanjutnya.
Arief menyebutkan baik pompanisasi maupun penambahan alokasi pupuk bersubsidi berdampak langsung pada produksi beras. Berdasarkan data proyeksi BPS, berturut-turut dapat dilihat terjadi kenaikan produksi beras pada bulan Agustus 2024 sebesar 2,84 juta ton, September 2,87 juta ton, dan Oktober 2,59 juta ton.
“Ini merupakan kabar baik karena pada tahun 2023, produksi bulan Agustus – Oktober, kita defisit. Tapi tahun ini kita bisa balikkan keadaan sehingga periode kritis ini kita malah bisa surplus,” sebut Arief.
Berdasarkan proyeksi BPS tersebut, produksi Agustus, September, dan Oktober pada tahun ini berselisih signifikan bila dibandingkan produksi bulan yang sama pada 2023, secara berurutan selisihnya mencapai 325.673 ton, 356.329 ton, dan 396.604 ton.
Arief pun mewakili Kementan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terlibat seraya meminta untuk tetap tidak mengendurkan gerak mereka.
“Proyeksi ini tentunya menjadi buah manis dari kerja keras semua pihak. Tapi perjalanan kita belum selesai. Kita harus terus bekerjasama dan optimistis, semoga produksi bisa terus meningkat,” sebutnya.
Menambahkan, Arief menyebutkan percepatan ini tidak boleh berhenti karena pemasangan pompa terus berlanjut.
“Harapannya dengan pompanisasi ini akan ada penambahan areal tanam seluas 1,1 juta hektare. Ini artinya bila kita bisa kejar dua kali tanam, maka akan ada potensi tambahan produksi gabah sebanyak 11 juta ton GKG,” pungkasnya.