KABARIKA.ID, JAKARTA- Agricola Medal yang diterima Presiden Joko Widodo dari FAO menurut Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor adalah bukti bahwa pemerintah memiliki komitmen kuat melaksanakan pertanian berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“KTNA tentunya sangat menyambut baik dan turut bahagia. Artinya setelah sekian tahun dunia mengakui dan mengapresiasi kekuatan pertanian Indonesia,” kata Sofyan, saat dihubungi, Minggu (1/9/2024).
Agricola Medal merupakan penghargaan tertinggi dari FAO dalam bidang pangan dan pertanian.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menerima penghargaan tersebut langsung dari Direktur Jenderal FAO, Dr. Qu Dongyu, di Istana Negara, Jumat, 30 Agustus 2024.
Menurut Sofyan, komitmen dan kerja keras pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan dengan melakukan berbagai program apalagi di tengah anonali iklim membuatnya optimis bahwa produksi beras akan mencukupi kebutuhan nasional.
“Kalau data proyeksi KSA BPS yang menunjukkan bahwa produksi beras bulan Agustus, September dan Oktober 2024 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya maka salahsatu langkah peningkatan produksi lewat pompanisasi tidak ada alasan untuk tidak dilanjutkan,” ungkapnya.
Optimisme KTNA sehubungan dengan program-program yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam mewujudkan swasembada beras melalui penambahan areal tanam (PAT) melalui pompanisasi, irigasi perpompaan, tumpang sisip padi gogo serta optimasi lahan rawa.
“Untuk peningkatan produksi beras, KTNA prinsipnya selalu mendukung,” imbuhnya.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman yang hadir pada penyerahan penghargaan tersebut mengatakan bahwa sektor pertanian Indonesia telah menjadi sektor strategis yang berperan penting dalam menjaga inflasi.
Selain itu, berhasil menunjukkan tren penurunan angka kemiskinan dan mencapai swasembada sempurna tanpa impor beras medium pada tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021.
Di tahun 2024 ini, selain Presiden Jokowi, Agricola Medal juga diberikan kepada dua pemimpin negara lainnya, yaitu Presiden Irlandia Micheal D Higginis dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali.