KABARIKA.ID, MAKASSAR — Setelah perhelatan Indonesia – Africa Forum ke-2 selesai dan mengantar Presiden Rwanda Paul Kagame kembali ke negaranya dari ruang VIP Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Selasa (3/09/2024), Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali ke Makassar sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta untuk melaksanakan tugas rutin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari Bandara Sultan Hasanuddin, Andi Amran langsung menuju kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk memberikan kuliah kepada mahasiswa Fakultas Pertanian bertempat di ruang kuliah LT 6 Fakultas Pertanian Unhas.

Ada tiga mata kuliah yang dibawakan, yaitu Smart Farming, Pertanian Presisi, dan Pertanian Masa Depan.

Sebelum memulai panyajian materi kuliah, Ketua Umum PP IKA Unhas itu mengatakan bahwa ada kabar gembira bagi Unhas.

Kabar gembira itu adalah Medali Agricola yang baru saja diberikan oleh Organisasi Badan Pangan PBB (FAO) kepada Presiden RI Joko Widodo.

Saat penyerahan medali bergengsi tersebut dari perwakilan FAO di Indonesia, Presiden RI Joko Widodo didampingi oleh Mentan Andi Amran di Istana Negara.

Andi Amran menjelasan, Medali Agricola terakhir kali diperoleh Indonesia pada tahun 1984 yang saat itu diberikan kepada Presiden Soeharto.

Selang 40 tahun kemudian baru Indonesia kembali meraih penghargaan tersebut.

“Penghargaan ini baru diperoleh kembali di saat Menteri Pertaniannya alumni Fakultas Pertanian Unhas,” ujar Andi Amran dengan nada bercanda.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengantar Presiden Rwanda Paul Kagame kembali ke negaranya dari ruang VIP Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, setelah mengikuti Indonesia – Africa Forum ke-2, Selasa (3/09/2024). (Foto: Ist)

Medali Agricola adalah penghargaan tertinggi FAO di bidang pangan dan pertanian global.

Dalam materi kuliahnya, owner PT Tiran Group ini dalam menjelaskan materi smart farming, bahwa kalau sudah mentok dengan ahli, dia akan berdiskusi dengan alam.

Terkait smart farming Andi Amran menjelaskan bagaimana keberhasilan penerapan teknologi yang menghemat air, namun meningkatkan produksi pada tanaman tebu yang telah ia praktikkan.

Pada awalnya tanaman tebunya kerdil, namun melalui dialog dengan alam, Andi Amran akhirnya paham bahwa tanaman ini cara pemberian airnya boros, namun tidak efektif. Juga tanahnya kurang unsur mikro Magnesium (Mg).

Andi Amran menjelaskan, sebagai ilmuwan kita harus selalu bertanya pada ahli. Tapi jangan bertanya pada ahli yang gagal di pekerjaan tersebut.

“Karena dia hanya akan membuat Anda pesimis,” ujar Andi Amran.

Usai menyajikan materi kuliahnya, Andi Amran mempersilakan mahasiswa mengajukan pertanyaan.

Salah seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan tentang peran Menteri dalam Pertanian dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis yang merupakan program dari Presiden yang akan datang.

Andi Amran menjawab bahwa program pekarangan pangan bergizi akan mendukung program tersebut secara merata di seluruh Indonesia. Jika program pekarangan pangan bergizi dilaksanakan setiap rumah tangga, maka semua kebutuhannya dibeli dari rumah tangga.

Penanya berikutnya bertanya tentang cara mengatasi kesenjangan literasi digital antara petani di desa dan petani di daerah maju.

Mentan memberikan jawaban dengan contoh program Kementan yang dilaksanakan di Merauke melalui pembangunan klaster pertanian modern, agar tak ada lagi kesenjangan antara Papua dengan daerah lainnya.

Penanya ketiga minta tanggapan Mentan tetang predikat Indonesia sebagai negara subur, tapi kenyataannya Indonesia baru saja mengimpor beras sebanyak 2,2 juta ton.

Mentan Andi Amran menjelaskan bahwa ada El Nino datang menghantam sehingga kekeringan melanda.

“Negara ini butuh makan, sedangkan produksi berasnya tidak mencukupi. Inilah yang dihadapi negara kita,” ujar Andi Amran.

Makanya, lanjut Mentan, program pompanisasi dilakukan sebagai upaya cepat untuk mengatasi kekeringan ekstrem akibat El Nino.

Selanjutnya, program cetak sawah diharapkan kebutuhan dalam negeri akan dapat disuplai dari produksi sendiri.

“Dan semoga ke depan, justru kita yang dapat mengekspor beras ke negara lain,” tandas Mentan Andi Amran.

Pada bagian paparan kuliahnya, Mentan berpesan kepada seluruh mahasiswa agar belajar baik-baik.

Ia menuturkan bagaimana lelahnya dalam menjalankan tugas rutin negara, namun karena cintanya pada Unhas dan besarnya harapan pada adik-adik mahasiswa, Andi Amran menyempatkan diri dari Bali ke Makassar untuk mengajar, sebelum kembali ke Jakarta. (uca)