KABARIKA.ID, BRASIL-Tidak tercantum pada jadwal, namun Direktur Jenderal Food and Agriculture Organization (FAO) PBB, Qu Dongyu menjadi pembicara di pembukaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dirjen FAO menekankan pentingnya real future (masa depan sebenarnya) yaitu para petani muda.

“Kita selalu bicara pertanian berkelanjutan (sustainability) tapi kita lupa keberlangsungan dan keberlanjutan petani muda,” kata Qu Dongyu.

Pernyataan Dirjen FAO tersebut sejalan dengan misi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang selalu menyatakan bahwa kalau mau lihat anak muda bertani, buat pertanian modern.

“Beri mereka penghasilan di atas rata-rata, maka pemuda kita akan bangga menjadi petani,” kata Mentan dalam beberapa kesempatan.

Selain itu Dirjen FAO juga menekankan pentingnya belajar dari sejarah pertanian masa lalu, kita tidak boleh melupakan sejarah, karena kita belajar dari sejarah.

Dirjen FAO juga menaruh keprihatinan yang besar atas krisis pangan yang terjadi akibat konflik berkepanjangan di berbagai negara seperti Sudan Selatan, Myanmar, Gaza dan lainnya.

Agricola Medal

Keberhasilan Indonesia di sektor pertanian diapresiasi oleh FAO dengan menganugrahi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Agricola Medal

Agricola Medal merupakan penghargaan tertinggi FAO di bidang pangan dan pertanian global yang diberikan oleh FAO sejak tahun 1977.

Salah satu torehan prestasi terbesar Presiden Jokowi saat memimpin Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir adalah berhasil mencapai swasembada beras sebanyak empat kali pada tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021.

“Kepemimpinan beliau luar biasa karena swasembada beras dicapai pada saat terjadi ancaman krisis pangan dunia dan tantangan krisis iklim,” ungkap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pada keterangan pers, Jumat, 30 Agustus 2024.

Presiden Jokowi menoreh prestasi yang sama dengan Presiden Soeharto saat berhasil membawa Indonesia swasembada beras pada tahun 1984.

“Raihan swasembada beras yang ditorehkan Indonesia tersebut terbilang sempurna karena selama empat kali tersebut kita sama sekali tidak mengimpor beras medium,”tutur Amran.

Amran mengungkapkan bahwa sejak Presiden Jokowi menunjuk dirinya menjadi Menteri Pertanian pada akhir tahun 2014, pemerintah telah menetapkan program prioritas berupa percepatan dan peningkatan produksi komoditas strategis nasional.

“Percepatan dan peningkatan produksi dicapai dengan mengoptimalkan lahan pertanian dengan hasil rendah dan sedang, seperti lahan rawa, tanah tadah hujan, dan lahan tidur untuk mendorong peningkatan produksi padi dan sejumlah komoditas pangan strategis lainnya,” jelas Amran.

Program ini dilakukan dengan memberikan dukungan sarana prasarana (infrastruktur) di bidang pertanian, diantaranya pompanisasi, embung, hingga jaringan irigasi guna mendukung peningkatan hasil produksi pertanian nasional.

Selain pembangunan infrastruktur, pemerintah juga memanfaatkan varietas-varietas unggul padi, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi.

Dukungan akses ke lembaga dan layanan pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat dan asuransi pertanian juga terus ditingkatkan.

Dirjen FAO, Qu Dongyu pada pertemuan dengan Mentan Amran saat welcome dinner delegasi
Agriculture Ministerial Meeting di Chapada dos Guimaraes memberi respek positif terhadap capaian Indonesia di bidang pertanian.