KABARIKA.ID, BONE — Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka atau Perwira La Patau akan melakukan serangkaian kegiatan Haul ke-310 Raja Bone ke-16 dan Datu Soppeng ke-19 La Patau Matanna Tikka di Nagauleng, Cenrana, Kabupaten Bone, Minggu, 15 September 2024.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Haul merupakan tradisi peringatan kematian seseorang. Haul berasal dari bahasa Arab, al-haul yang berarti telah lewat, berlalu, atau tahun. Haul merupakan salah satu tradisi dalam budaya Islam di Indonesia yang biasanya diadakan setahun sekali.

Menurut Koordinator Pengarah atau Koster acara ini, Andi Ahmad Saransi, tujuan haul ini untuk mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima Allah sekaligus mengenang keteladanan semasa hidup dari tokoh yang diperingati tersebut.

Sebagaimana diketahui, La Patau Matanna Tikka adalah Raja Bone XVI yang mangkat pada tanggal 16 September 1714.

Ketika itu, La Patau juga menjabat Datu Soppeng XVIII serta Ranreng Tuwa (Wajo) XVII yang menggantikan Arung Palakka.

Menurutnya, kepribadian yang melekat pada diri Puatta’ La Patau memiliki kelayakan yang sangat kuat untuk diperingati dengan menggunakan terminologi haul.

Selain sebagai raja, La Patau juga tampil sebagai sosok yang menguatkan praktik syariat Islam dengan ketat di Sulawesi Selatan.

“Beliau pula yang memiliki jasa terbaik dalam mengintegrasikan genealogi atau nasab keturunan antarbangsawan Bugis dan Makassar,” jelas Ahmad Saransi.

Sementara itu Koordinator Panpel Andi Pallawagau menambahkan bahwa acara Haul dimulai dengan perjalanan napak tilas mulai dari Makam kedua orang tua La Patau yaitu La Pakokoe dan We Mappolo Bombang.

Kemudian berlanjut ke kompleks Istana Cenrana dan Masjid Musysidul Awwam di Kecamatan Cenrana, Bone, yang dibangun oleh La Patau.

Napak tilas berakhir di kompleks makam Nagauleng dengan ditutup berkumpul bersama masyarakat di masjid untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul La Patau Matanna Tikka.