KABARIKA.ID, JAKARTA — Betulkah penyelenggaraan ibadah haji tahun 1445 H./2024 M. carut marut dan jemaah telantar? Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) membantah sinyalemen itu.
Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) tahun 2024 mencapai 88,20 persen yang berarti masuk dalam kategori sangat memuaskan. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 2,37 dibandingkan dengan tahun 2023.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Sistem Informasi Statistik BPS, Joko Parmiyanto.
“Survei ini kita selenggarakan dengan metode ilmiah, dengan kita menggali berbagai aspek dimensi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan. Tiga aspek itu kemudian kita cek betul-betul ke lapangan, ke jemaah,” ujar Joko Parmiyanto di Jakarta, Jumat (20/09/2024).
Joko menjelaskan, survei dilakukan dengan pengisian kuesioner secara mandiri kepada 14.400 jemaah terkait kualitas berbagai pelayanan yang diterima.
Selain kuantitatif, dilakukan pula wawancara untuk mengumpulkan data kualitatif, serta observasi fasilitas dan proses pelayanan yang diterima jemaah.
“Nah, tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan jemaah, sehingga ini menjadi benchmark dan menjadi masukan buat teman-teman di Kementerian Agama,” tegas Joko.
Ia menegaskan bahwa survei ini dilakukan apa adanya. Meski indeks kepuasan jemaah haji Indonesia naik pada 2024 ini, namun indeks kepuasan juga pernah mengalami penuruan pada tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau dibilang selalu naik, enggak juga, karena ini independensi kami di BPS. Di dalam slide tadi saya perlihatkan bahwa ada naik turun, ada pernah tinggi secara indeks, pernah juga turun untuk indeks tersebut. Karena memang itu menunjukkan apa yang dirasakan oleh jemaah haji Indonesia,” papar Joko.
Ia menambahkan bahwa tingkat kepuasan jemaah haji Indonesia sempat beberapa kali terjadi penurunan, termasuk tahun 2023 yang juga mengalami penurunan.
Mungkin PHU (Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah), lanjut Joko, menjadikan hal itu sebagai pelajaran, sehingga melakukan beberapa inovasi yang hasilnya bisa meningkat pada tahun 2024 ini.
“Harus kami buktikan dari BPS bahwa kami itu independen. Itu kita lakukan apa adanya, kita potret, kita perlihatkan kalau turun, ya turun. Justru malah kalau turun ini menjadi masukan buat Kementerian Agama, apa yang mesti diperbaiki, begitu,” tandas Joko.
Sekali lagi ia menegaskan bahwa BPS tidak punya tendensi apapun dalam survei ini. BPS memotret apa adanya.
“Bukan karena kita kerja sama kemudian kami buat baik-baik, enggak! Kami potre apa adanya. Jadi ini independensi kami. Kalau ada yang mempertanyakan, itu sakitnya di sini, gitu ya,” tutur Joko. (*/mr)