KABARIKA.ID, JAKARTA- PT. Pupuk Indonesia (persero) tetap fokus mendukung upaya swasembada, apalagi jumlah dan anggaran pupuk bersubsidi naik hampir dua kali dibanding sebelumnya, yakni dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penambahan alokasi pupuk ini karena Pemerintah tengah mengejar swasembada pangan, diantaranya beras di tahun 2025 dan gula konsumsi di tahun 2028.

Target itu, diyakini dapat tercapai dengan berbagai strategi, termasuk lewat program Makmur yang tengah digencarkan BUMN.

Di sisi lain, Wakil Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Gusrizal mengakui, ada sejumlah tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan tantangan tersebut.

Namun, imbuh dia, Pupuk Indonesia akan tetap fokus mendukung upaya swasembada di tengah tantangan yang ada.

“Kita optimistis itu bisa dijalankan. Dan itu harapan Pupuk Indonesia juga. Sekarang pemerintah melakukan intensifikasi, yang tadinya saat musim tanam hanya 1 kali, jadi bisa 2 kali,” katanya beberapa waktu lalu di dalam suatu acara di Jakarta.

Pemerintah melakukan intensifikasi lewat mekanisasi, pompanisasi. Jadi, tidak hanya lewat ekstensifikasi, tapi dijalankan bersamaan dengan intensifikasi,” katanya dalam Power Lunch, CNBC Indonesia, Jumat (13/09/2024).

“Intensifikasi lebih efektif. Karena kalau ekstensifikasi kan butuh waktu beberapa tahun untuk pematangan lahannya. Tapi, dua-duanya dijalankan juga,” tambah Gusrizal.

Gusrizal mengatakan, sederet tantangan yang ada diantaranya dari segi lahan dan cuaca.

“Kita memang negara agri dan lahan kita memang tersebar d seluruh Indonesia. Tantangannya, demand itu ada di pulau Jawa. Dan lahan, sejak zaman Belanda, memang pertanian itu dikembangkan di pulau Jawa dan beberapa tempat,” sebutnya.

“Persaingan antara sektor pertanian dan yang lain juga jadi tantangan pengurangan lahan. Ini membutuhkan teknologi budidaya yang efektif yang bisa menaikkan produktivitas,” ucapnya.

Tantangan lain, kata dia, menyangkut cuaca. Gusrizal pun turut menyoroti potensi terjadinya La Nina di Indonesia. Yaitu fenomena iklim peningkatan cuaca hujan dari biasanya.

“Ini kan sudah kodrat kita, sudah fakta. Langkah efektif yang bisa kita lakukan sekarang adalah bekerja sama, terutama dengan BMKG. Fokus di daerah-daerah yang sedang musim tanam dan mana yang curah hujannya cukup,” kata Gusrizal.

Hal itu, kata dia, menyangkut penggunaan dan ketersediaan pupuk.

“Kita siapkan pupuk sesuai rencana penanaman petani. Itu yang kita lakukan. Bekerja sama dengan BMKG untuk daerah yang spesifik yang curah hujannya cukup. Termasuk juga seperti tahun lalu ada El Nino. Ini memang berkah, di sisi lain juga tantangan harus kita selesaikan,” ujarnya.

Hal itu, lanjutnya, sesuai dengan prinsip Makmur, program yang dicanangkan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakya), sebut Gusrizal, membangun ekosistem yang menghubungkan kerja sama lintas pihak.

Termasuk di dalamnya Pupuk Indonesia, pemerintah, Pemda, peneliti, hingga petugas pendampingan petani.

“Program Makmur ini tujuannya untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian, otomatis membantu menaikkan kesejahteraan petani, dan mendorong kemandirian petani dari pupuk subsidi,” kata Gusrizal.