KABARIKA.ID, MAKASSAR – Provinsi Sulawesi Selatan, dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Indonesia, maka wajar, jika daerah ini punya banyak bendungan baik yang ukurannya besar atau berupa bendung yang kecil.
Di provinsi dengan Ibu Kota Makassar ini, setidaknya 10 bendungan yang sudah beroperasi dan masih ada juga yang sedang dalam proses penyelesaian.
Di provinsi ini, musim tanam dan panen padi berlangsung sepanjang tahun.
Karena itu, Sulsel diberkahi alam yang mendukun pertanian, sehingga menjadi penopang ketahanan pangan nasional.
Meski demikian, di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, sebanyak enam bendungan dan irigasi dibangun, yang masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN).
Bendungan dan bendung yang ada di Sulsel yaitu Bendungan Bili-bili dan Karalloe di Kabupaten Gowa, Irigasi Baliase di Luwu Utara, Bendungan Ponre-ponre Kabupaten Bone, Bendungan Paselloreng di Wajo, Bendungan Pamukkulu di Takalar, Bendungan Tampangen di Sidenreng Rappang (Sidrap), serta Bendungan Jenelata di Gowa, yang masih dalam proses pembangunan.
Ada pun bendungan dan irigasi yang dibangun diera Presiden Jokowi, yaitu Irigasi Baliase di Luwu Timur, Bendungan Ponre-ponre di Bone, Bendungan Paselloreng di Wajo, Tampangeng di Sidrap, Pamukkulu di Takalar dan Jenelata di Gowa.
Data yang ada, pada 2015 irigasi di Sulsel berada di urutan keempat setelah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan luasan lebih dari 600 ribu hektare, dari luas lahan baku sawah yang ada sekutar 656.610 hektare.
Sehingga produksi padi di Sulsel rata-rata lima juta ton lebih Gabah Kering giling (GKG) atau setara dengan beras 2,8 juta ton lebih per tahunnya.
Terakhir, 5 Juli 2024, Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Pamukkulu, yang berada di Desa Pamakkulu, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
Bendungan yang sama berhubungan dengan Bendungan Pamukkulu di Kabupaten Jeneponto, yang dibangun sejak 2017.
Bendungan tersebut setinggi 65,5 meter, dibangun untuk pengembangan sumber daya air dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, yang diharapkan dapat menampung volume sebanyak 82,57 juta meter kubik air.
Juga akan digunakan untuk irigasi 6.432 hektare, PLTA 2,5 MW serta air baku 165 liter/detik.
“Air adalah sumber kehidupan. Bukan hanya untuk aktivitas sehari-hari, tapi penting sekali, karena semua negara aktivitas pertaniannya menurun. Ada potensi 500 juta orang akan kelaparan di seluruh dunia, sehingga air menjadi hal yang sangat penting,. Bendungan Pamukkulu kita manfaatkan naikkan produktivitas pertanian. Kita ingin mengelolah air kita, tidak kita biarkan masuk ke sungai dan langsung masuk ke laut. Tapi kita siapkan untuk pengairan,” urai Presiden Jokowi, saat meresmikan Bendungan Pamukkulu.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Irwan Darmawan Aras asal Sulsel menyebutkan, dalam lima tahun terakhir ini sudah ada tiga bendungan di Sulsel yang sudah diresmikan presiden Jokowi, yaitu Bendungan Karelloe Gowa, Bendungan Passeloreng dan Gilireng (Jaringan) di Wajo dan Bendungan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.
“Masih ada satu bendungan lagi yang belum rampung, yaitu Bendungan Jenelata di Gowa, yang diharapkan bisa selesai 2028. Dan yang pasti, bendungan-bendungan yang dibangun di Sulsel tidak hanya untuk membantu pengairan, tapi juga membantu menanggulangi banjir ” sebut Iwan beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Sekretaris Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air Pamukkulu Sejahtera, Nasir berharap, keberadaan bendungan tersebut, bisa meningkatkan intensitas tanam dalam satu tahun.
“Mudah-mudahan dengan air dari bendungan ini dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian di Takalar yang biasanya kisaran 5 ton per hektar menjadi 8 ton per hektar,” harapnya.
Khusus pembangunan Bendungan Jenelata, bertujuan untuk mengoptimalkan pengendalian banjir di Kota Makassar yang selama ini hanya mengandalkan Bendungan Bili-Bili berkapasitas 375 juta meter kubik, dengan waduk 40.428 hektare. Dahulu dibangun dengan dana pinjaman luar negeri sebesar Rp780 miliar kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar.
Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air , Cipta Karya dan Tata Ruang Andi Darmawan Bintang menyebutkan, Bili-bili merupakan bendungan terbesar di Sulsel. Tapi sudah tidak memadai untuk menampung air sebagai pengendalian banjir ketika curah hujan besar, seperti yang terjadi pada 2019 lalu, yang berdampak banjir sangat terasa di Kota Makassar.
“Sehingga Bendungan Jenelata juga akan dimanfaatkan untuk menahan luapan air Sungai Jenelata yang berhilir ke Sungai Jeneberang, sehingga dapat membantu Bendungan Bili-Bili yang juga membendung hulu Sungai Jeneberang,” sebut Darmawan.
Dengan keberadaan Bendungan Jenelata diharapkan akan lebih optimal untuk mereduksi banjir di Kota Makassar serta membantu saat kekeringan. Sehingga dengan adanya tampungan air ini, memberikan taman air ketika terjadi El Nino.
Selain sebagai pengendali banjir, Bendungan Jenelata juga berfungsi sebagai sumber air irigasi bagi lahan pertanian seluas 26.773 hektare, di Daerah Irigasi (D.I) Bili-bili 2.400 hektare, D.I. Bissua 13.916 hektare, dan D.I. Kampili 10.457 hektare.
Bendungan Jenelata juga berfungsi sebagai sumber penyediaan air baku berkapasitas 6,05 m3/detik untuk Bili-Bili, Jenelata, kebutuhan air pabrik gula dan lahan tebu di Takalar, dan Intake Sungguminasa.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (PTHBun) Sulsel, Imran Jausi menjelaskan, jika perubahan iklim memang sangat berpengaruh dengan musim tanam, sehingga perlu pengawalan khusus untuk dilakukan percepatan musim tanam di semua kabupaten/kota di Sulsel, terkhusus daerah yang merupakan sentra penghasil beras, untuk memastikan target produksi padi dapat tercapai.
“Kita perlu mengawal tanam padi di bulan September ini dan Oktober karena November dan Desember sudah mulai hujan. Dan setelah panen, kita tidak boleh terlalu lama menunggu, paling lama 2 minggu 10 hari, 14 hari lagi menanam kembali,” jelas Imran.
Untuk mencapai target, pemerintah telah melakukan beberapa upaya, tentu memanfaatkan jaringan irigasi yang telah ada, ynag sekarang dibantu dengan perpompaan (Pompanisasi) dari Kementerian Pertanian.
“Pompa air ini sangat membantu saat kemarau melanda,” tutup Imran. (*)
Data Bendungan di Sulsel:
– Bendungan Bili-bili Gowa
Bendungan dengan waduk 40.428 hektare ini dibangun dengan dana pinjaman luar negeri sebesar Rp 780 miliar kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar.
– Bendungan Kampili Gowa
Bendungan ini berada di Kecamatan Palangga Gowa. Tahun konstruksi bangunan ini adalah 1930 dengan luas wilayah 10.454 hektar.
– Bendunga Karet Jeneberang
Bendungan ini berada di Kecamatan Barombong, Kabupaten Takalar. Luas wilayah bendungan ini adalah 11.301 hektar.
-Bendungan Ponre-ponre
Bendungan bertipe Concrete Face Rockfill Dam dengan tinggi 55 m, volume 480.000 m³ dan luas genangan 295 Ha ini terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Bendungan Ponre-Ponre berfungsi sebagai sistem pengendalian sedimen dan banjir Sungai Tinco dan DAS Wallanae, meningkatkan lahan irigasi teknis seluas 4.411 Ha, serta digunakan untuk perikanan air tawar dan pariwisata.
– Bendungan Paselloreng
Bendungan Paselloreng dibangun 2015 dan rampung 2020 dengan anggaran Rp771,7 miliar. Dan Bendung Gilireng dibangun 2018, rampung 2021 dengan anggaran sebesar Rp200 miliar.
Keberadaan bendungan lanjutnya, bisa menjaga, memperkuat dan meningkatkan ketahanan pangan.
Bendungan Paselloreng disebut punya kapasitas tampung 138 juta meter kubik, dengan luas genangan 1.258 hektare, dan mampu mengairi 8.500 hektare lahan pertanian, serta menampung air baku 145 liter per detik, juga mampu mereduksi banjir 389 meter per detiknya.
– Bendungan Karelloe
Bendungan Karalloe yang terletak di Kabupaten Gowa, akan mengairi areal persawahan di Kabupaten Jeneponto seluas 7.004 hektar.
Bendungan Karalloe menjadi sumber air baku untuk masyarakat Jeneponto sebesar 440 liter per detik, potensi listrik sebesar 4.5 MW, sebagai pengendali banjir, konservasi air, dan tentunya potensi destinasi wisata serta pertumbuhan ekonomi untuk masyarakat sekitar.
– Bendungan Pamukkulu
Bendungan ini berada di Desa Pamakkulu, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
Adapun bendungan setinggi 65,5 meter ini dibangun untuk pengembangan sumber daya air dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, di mana nantinya diharapkan dapat menampung volume sebanyak 82,57 juta m3 air, yang akan digunakan untuk irigasi 6.432 hektar, PLTA 2,5 MW dan air baku 165 liter/detik.
– Bendungan Jenelata
Akan membantu bendungan bili-bili yang usianya sudah tua. pembangunan Bendungan Jenelata senilai Rp 4,4 Triliun dan akan mengkiri sekutar 26 ribu hektare lahan pertanian.
– Irigasi Baliase
Sistem irigasi ini merupakan salah satu proyek besar yang dirancang untuk mengairi sekitar 21.000 hektare lahan sawah di Luwu Utara. Irigasi Baliase membantu meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut, terutama di daerah Masamba.
– Bendungan Tampangeng
Bendungan ini untuk membantu mengairi ribuan hektare lahan pertanian serta berfungsi sebagai penyedia air baku bagi masyarakat Sidrap.