KABARIKA.ID, MAKASSAR — Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek, Hilmar Farid, Ph.D memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin (Unhas), Senin (7/10/2024) di Auditorium Prof. A. Amiruddin Fakultas Kedokteran, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hadir dalam kegiatan ini,Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof. Drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM(K), Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia, Alumni dan Sistem Informasi, Prof. Dr. Farida Patittingi, M.Hum, sejumlah dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkup Unhas.
Mengawali kegiatan, Prof Ruslin menyampaikan sambutan yang memberi apresiasi atas terlaksananya kuliah umum tentang kerbudayaan ini.
Menurutnya, kebudayaan harus menjadi prioritas dan dilirik oleh generasi muda.
“Unhas terus berbenah, termasuk dalam hal kebudayaan dengan cara men-support, memperkaya melalui pengembangan ilmu pengetahuan budaya di kampus. Apalagi kami di Bugis-Makassar juga sangat kental budayanya, seperti budaya menyambut tamu yang khas dengan sajian manis,” Prof Ruslin.
Ia berharap kuliah umum yang mengangkat topik “Kepulauan dalam Memajukan Kebudayaan” ini, dapat dimanfaatkan mahasiswa Unhas untuk menggairahkan kebudayaan dan memajukan kebudayaan yang menjadi ciri khas Indonesia.
Dalam pemaparannya bertajuk “Reimajinasi Indonesia, Perspektif Arkipelagis”, Hilmar Farid mengawali kuliah umumnya dengan mengajak audiens untuk memahami pentingnya reimajinasi atau mengimajinasikan kembali Indonesia, karena tanpa imajinasi, Indonesia tidak merdeka.
“Mengapa reimajinasi? Karena menurut saya suatu problem yang sangat mendasar dalam imajinasi Indonesia selama ini, sehingga harus dibayangkan ulang,” ujarnya.
Hilmar juga menyoroti imajinasi geografis Indonesia yang kebanyakan menggambarkan Indonesia hanya berupa kumpulan pulau-pulaunya tanpa melihat batas lautnya.
“Waktunya kita reimajinasi di abad ke-21, jadi waktunya mempertimbangkan batas laut itu. Tapi banyak dari kita justru melihat laut sebagai penghalang,” tambahnya.
Terkait realitas Indonesia sebagai negara ketipulauan, Hilmar juga menyinggung keanekaragaman biokultural di mana geografi arkipelagis yang dominan dengan keragaman ekosistem dan endemisme (allopatric speciation) yang sangat tinggi. Indonesia juga termasuk Coral Triangle, pusat keanekaragaman laut dunia.
Selain itu, keragaman bahasa juga luar biasa, ada sekitar 400 bahasa daerah yang aktif digunakan berbagai suku bangsa dan komunitas lokal.
Termasuk Wallacea sebagai zona transisi Indo-Melayu dan Australasia (Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Nusa Tenggara).
Kuliah umum ini berlangsung interaktif yang dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab bersama mahasiswa hingga guru besar Unhas.
Diskusi dipandu oleh Dr. Andi M. Akhmar, M.Hum, dosen FIB Unhas yang kini menjabat sebagai Direktur Hubungan Alumni dan Dana Abadi Unhas.
Kuliah umum ini dihadiri mahasiswa, dosen dan peneliti kebudayaan hingga budayawan yang ada di Sulawesi Selatan. (*/mr)