KABARIKA.ID, JAKARTA — Perhelatan internasional BRICS+ Fashion Summit telah dimulai di Moskow, menyatukan para profesional industri mode dari lebih dari 100 negara untuk membahas isu-isu dalam pengembangan fesyen untuk negara berkembang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Summit ini mengeksplorasi topik-topik seperti penciptaan merek, manufaktur ramah lingkungan, dan masa depan fesyen dalam lanskap global yang berubah dengan cepat.

Acara ini tergolong unik dan menjadi yang terbesar di dunia, khususnya dalam industri fesyen negara-negara berkembang. Acara ini memiliki keragaman geografis yang mengesankan, dimana tahun lalu terdapat 60 negara yang berpartisipasi.

Kini jumlahnya jauh lebih banyak, bahkan mencapai lebih dari 100 negara dan untuk pertama kalinya, para ahli fesyen dari Laos, Kamboja, El Salvador, Zambia, Kepulauan Cayman, dan lainnya telah sama-sama berkumpul di Moskow.

Bagaimana transformasi ritel saat ini, apa tren utama pada pekan mode di berbagai negara, serta bagaimana teknologi dan bahan ramah lingkungan digunakan dalam produksi – hari pertama bagian bisnis BRICS+ Fashion Summit dimulai dengan diskusi mengenai hal tersebut dan isu-isu lainnya. Lebih dari 200 eksekutif industri mode dunia akan berpartisipasi selama tiga hari.

Hari pertama program Bisnis BRICS+ Fashion Summit dimulai dengan diskusi yang aktif mengenai beberapa isu mendesak yang sedang dihadapi industri mode saat ini.

Lebih dari 200 eksekutif mode berkumpul untuk mendalami topik-topik seperti transformasi ritel, tren terbaru yang muncul di pekan mode di seluruh dunia, dan penggunaan teknologi yang terus meningkat, dan bahan ramah lingkungan dalam produksi.

Pasar BRICS sangat besar, dan para ahli yang berpengaruh memastikan bahwa negara-negara berkembang akan menentukan tren fesyen dan berfokus pada merek lokal.

Summit ini memperluas geografi di luar BRICS – salah satu pasar utama adalah Indonesia, yang memiliki penerbangan langsung ke Rusia: Pesawat-pesawat maskapai penerbangan nasional Russian Federation Aeroflot PJSC terbang ke Bali.

Ali Charisma, Ketua Indonesian Fashion Chamber, menjadi salah satu pembicara utama dalam topik industri mode global yang berkelanjutan.

Dengan perluasan BRICS dan munculnya kelompok persatuan geopolitik negara-negara berkembang, isu-isu produksi dan pemasaran produk tekstil juga menjadi lebih relevan dari sebelumnya.

“BRICS+ Fashion Summit memainkan peran penting dalam membentuk lanskap fesyen global dengan memfasilitasi kolaborasi lintas batas dan berbagi pengetahuan,” ujar Ali Charisma.

“Bagi negara-negara berkembang, acara ini menawarkan platform untuk menampilkan kontribusi fesyen mereka yang unik, mengakses pasar baru, dan membangun kemitraan strategis. Summit ini mempromosikan keberagaman dan inovasi dalam fesyen, yang dapat membantu negara-negara ini mendapatkan visibilitas dan meningkatkan daya saing global mereka,” tambahnya.

Industri tekstil dan pakaian Indonesia dianggap sebagai salah satu yang terbesar di dunia, yang mempekerjakan jutaan warga negara.

Mode adalah salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Menurut situs penelitian Statista, produksi tekstil di Indonesia mencapai $13,5 miliar pada tahun 2023.

Menemukan cara untuk memasuki pasar internasional, termasuk pasar Rusia, adalah salah satu tugas yang harus dilakukan. Indonesia dapat memasok seluruh wilayah dunia dengan kain berkualitas tinggi.

“Indonesia memiliki tradisi yang kaya akan slow fashion, ditandai oleh tekstil buatan tangan dan mode kerajinan tangan. Pendekatan unik ini dapat menawarkan perspektif baru bagi pasar Rusia, terutama dalam koleksi musiman yang cocok untuk musim panas,” ucap Ali Charisma.

Sebaliknya, tren fesyen Rusia yang terus berkembang dan permintaan pasar dapat memberikan peluang baru bagi para desainer Indonesia untuk tumbuh dan berinovasi, mendorong pertukaran dinamis antara kedua pasar tersebut.

Internasional Moscow Fashion Week berlangsung bersamaan dengan Summit. Pada tanggal 4 Oktober, Moscow Fashion Week dibuka dengan peragaan busana dari jenama RAEGITAZORO asal Jakarta.

Desainer Indonesia ini menciptakan koleksi dari kain sisa produksi yang tidak terpakai. Keberlanjutan ekologi dari merek Indonesia sangat selaras dengan diskusi di BRICS+ Fashion Summit, yang memberikan perhatian khusus pada keberlanjutan dalam mode. Warna-warna neon, hitam, dan putih turut mendominasi koleksinya.