KABARIKA.ID, JAKARTA — Penggunaan sanggul tidak hanya estetis, tetapi juga mencerminkan status sosial, budaya, dan nilai keindahan dalam berbagai peradaban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sanggul adalah salah satu gaya rambut tradisional yang telah digunakan sejak zaman dahulu di berbagai budaya, termasuk di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia, serta di wilayah lain seperti Tiongkok dan India.

Sanggul biasanya melibatkan penggulungan atau pengikatan rambut di bagian belakang atau atas kepala. Sejarah dan bentuk sanggul berbeda-beda tergantung pada kebudayaan dan waktu.

Sanggul Nusantara merujuk pada berbagai gaya sanggul tradisional yang berkembang di wilayah Nusantara. Setiap daerah memiliki ciri khas dan bentuk sanggul yang berbeda, tergantung pada tradisi, adat istiadat, dan fungsi sosialnya.

Di Indonesia, sanggul dikenal sebagai bagian dari busana tradisional yang dikenakan dalam berbagai acara adat, pernikahan, atau upacara resmi.

Pada masa kerajaan-kerajaan Jawa, seperti Majapahit dan Mataram, wanita bangsawan sering mengenakan sanggul sebagai simbol status sosial dan kecantikan.

Sanggul juga sering dikaitkan dengan tradisi dan nilai keanggunan perempuan Jawa. Salah satu bentuk sanggul tradisional yang terkenal adalah Sanggul Konde yang masih populer hingga kini, terutama dalam pernikahan adat Jawa.

Berikut beberapa jenis sanggul dari Nusantara yang terkenal:

1. Sanggul Konde (Jawa)

Sanggul konde adalah gaya sanggul yang sangat populer di Jawa, terutama dalam pernikahan dan upacara adat. Sanggul ini biasanya berukuran besar dan bulat, ditempatkan di belakang kepala. Ada beberapa jenis konde, seperti:

Konde Cepol: Sanggul yang sederhana dan biasanya hanya diikat tanpa tambahan hiasan.

Konde Tekuk: Sanggul ini memiliki tekukan ke dalam, memberikan tampilan lebih elegan dan digunakan dalam acara formal.

Konde Bangun Tulak: Sanggul dengan bentuk melengkung ke atas yang biasa dipakai oleh wanita bangsawan.

2. Sanggul Bali

Sanggul Bali sering kali lebih rumit dan penuh dengan ornamen. Dalam adat Bali, sanggul ini sering dipadukan dengan bunga, perhiasan emas, dan hiasan rambut lainnya.

Sanggul Bali umumnya digunakan dalam upacara keagamaan dan acara adat seperti Ngaben (upacara kremasi) dan pernikahan.

3. Sanggul Minang (Sumatera Barat)

Wanita Minangkabau biasanya mengenakan Sanggul Limpapeh saat pernikahan adat. Sanggul ini besar dan ditempatkan di atas kepala dengan posisi tinggi, sering dihiasi dengan kain atau bunga. Dalam adat Minang, sanggul ini memiliki makna simbolis, mencerminkan kemuliaan dan kehormatan wanita Minang.

4. Sanggul Bugis (Sulawesi Selatan)

Di Sulawesi Selatan, khususnya di masyarakat Bugis-Makassar, sanggul disebut Sanggul Sipa’. Gaya ini memiliki bentuk bulat besar dan biasanya dihias dengan bunga melati atau emas. Sanggul Bugis sering dipakai dalam acara adat atau pernikahan.

5. Sanggul Batak (Sumatera Utara)

Wanita Batak Toba menggunakan sanggul tradisional yang disebut Sanggul Ulos. Ini sering kali dipadukan dengan kain ulos yang dililitkan di kepala, memberikan tampilan yang anggun dan khas. Sanggul ini digunakan dalam acara-acara adat seperti pesta adat Batak.

6. Sanggul Melayu

Di kalangan masyarakat Melayu, sanggul dikenal sebagai Cepol. Gaya ini lebih sederhana dibandingkan sanggul Jawa atau Bali, namun tetap elegan. Cepol sering dihiasi dengan bunga melati dan dipakai dalam acara pernikahan atau upacara keagamaan.

7. Sanggul Dayak (Kalimantan)

Sanggul dari suku Dayak Kalimantan biasanya lebih sederhana namun memiliki makna sakral. Mereka sering menghiasi rambut dengan manik-manik atau ornamen dari bahan alam seperti bulu burung, yang mencerminkan kedekatan dengan alam dan tradisi leluhur.

8. Sanggul Aceh

Dalam budaya Aceh, sanggul dikenal dengan nama Sanggul Pusaka, yang biasanya dipakai oleh wanita Aceh dalam acara pernikahan. Sanggul ini berukuran besar dan dihiasi dengan perhiasan emas, serta dilengkapi dengan kain songket atau kain tradisional Aceh.

Setiap jenis sanggul di Nusantara memiliki simbol dan makna tersendiri, mencerminkan status sosial, peran wanita dalam masyarakat, dan juga kekayaan budaya dari masing-masing daerah.