KABARIKA.ID, MAKASSAR — Empat Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas) yang dikukuhkan, pada Selasa (15/10/2024), masing-masing telah menyampaikan pidato pengukuhan dengan topik yang berbeda sesuai dengan kepakaran mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Secara keseluruhan, keempat guru besar tersebut menyajikan keragaman pengetahuan yang menarik dan aktual, karena masalah itu hadir dalam realitas kehidupan masyarakat masa kini.

Mari kita dedah substansinya masing-masing.

Prof. Dr. Asriani Abbas, M.Hum

Dosen tetap Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ini menyajikan pidato pengukuhan guru besar dengan topik, “Bahasa Gaul sebagai Refleksi Kreativitas Berbahasa Lintas Generasi: Kajian Morfologi”.

Menurut Prof. Asriani, bahasa gaul merupakan ragam bahasa yang populer pada kalangan generasi Z di Indonesia.

Foto: Tangkapan layar YouTube Senat Akademik Unhas

Ini merupakan hasil modifikasi bahasa Indonesia standar atau bahasa baku yang digunakan oleh kalangan remaja, sebagai bentuk ekspresi diri dan penanda identitas.

Bahasa gaul memiliki daya tarik karena mencerminkan kreativitas komunitas penggunanya.

Bahasa generasi Z di media sosial selalu menjadi arena pertarungan antargenerasi. Masing-masing berkreasi memplesetkan bahasa Indonesia dengan menciptakan kode tertentu yang hanya dipahami oleh generasi yang sama.

Pemanfaatan kepakaran ini terkait dengan perspektif morfologi pada fenomena kata bahasa gaul, menjadi aset berharga dalam menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang senantiasa beradaptasi pada perubahan teknologi dalam spektrum lintas generasi.

“Kreativitas dan inovasi bahasa yang diciptakan oleh generasi Z, menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia mampu bertahan dan beradaptasi di tengah arus interaksi global secara personal-kontekstual. Kehadiran bahasa gaul menambah kevariasian kosa kata bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nonformal,” jelas Prof Asriani.

Ia menambahkan, pada umumnya ciptaan bahasa gaul pada proses morfologi yang berupa abreviasi (pemendekan) ditemukan empat tipe, yaitu singkatan, akronim, penggalan, dan kontraksi yang terbentuk dari bahasa Indonesia, bahasa lokal dan bahasa Inggris.

Eksistensi bahasa nasional dan bahasa negara perlu dijaga dan dilestarikan melebihi eksistensi bahasa asing dan bahasa gaul, melalui pemikiran yang cemerlang dari semua pihak.

Prof. Dr. Ir. Sitti Nur Faridah, M.P.

Prof Sitti yang merupakan dosen Fakultas Pertanian, menyajikan hasil penelitiannya melalui pidato pengukuhan guru besar dengan judul, “Teknologi Pengelolaan Air sebagai Adaptasi Perubahan Iklim untuk Pertanian Berkelanjutan”.

Foto: Tangkapan layar YouTube Senat Akademik Unhas

Dia menjelaskan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air akan berkejaran dengan laju pertumbuhan penduduk.

Peningkatan jumlah penduduk berkorelasi dengan kebutuhan air. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada kelangkaan air yang semakin tinggi.

Eksploitasi air akan mengakibatkan kelangkaan air dan akses air bersih terbatas. Pengelolaan sumber air terpadu menjadi salah satu kunci peningkatan indeks pertanian dalam menghadapi kelangkaan air.

“Teknologi hemat air menjadi salah satu upaya penggunaan air yang dapat meningkatkan produksi. Teknologi hemat air dapat diterapkan pada irigasi micro dripper dengan penghematan air hingga 67%. Pemberian kadar air pada tanaman dengan tepat bisa meningkatkan produksi tanaman,” jelas Prof Sitti.

Secara global, penggunaan air utama sebesar 70% berada di sektor poertanian. Oleh karena itu, penggunaan teknologi hemat air menjadi suatu keharusan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini.

Penerapan smart farming atau pertanian presisi dapat menjadi peluang pengembangan peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya air untuk mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Prof. Dr. Syamsuddin, S.E., M.Si., AK., CA., C.R.P.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini menguraikan hasil penelitiannya yang menarik dalam bentuk pidato pengukuhan guru besar.

Topik yang diangkat diberi judul, “Hedonisme dalam Keluarga Berpotensi Memicu Fraud”.

Prof. Syamsuddin menjelaskan, fraud merupakan kecurangan terstruktur yang melibatkan tindakan hukum dengan niat atau kesengajaan untuk memperoleh keuntungan pribadi, baik material maupun nonmaterial.

Foto: Tangkapan layar YouTube Senat Akademik Unhas

Gaya hidup hedonistik berhubungan erat dengan fraud, sejalan dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya dan diperkuat dengan kasus-kasus yang dirilis oleh KPK dan ICW di Indonesia.

Diperlukan aplikasi Whistleblowing System (WBS) yang dapat diakses oleh publik sebagai media untuk melaporkan indikasi fraud di lingkungan pemerintah.

“Untuk itu, pentingnya mitigasi risiko fraud mengharuskan setiap lembaga pemerintah memperkuat sistem pengawasan internal dengan melakukan pengawasan melekat (Waskat) atau Sistem Pengendalian Internal (Internal Control) dan melaksanakan manajemen risiko sebagai peringatan dini,” papar Prof Syamsuddin.

Sebagai Auditor Internal, Prof Syamsuddin mengatakan penting untuk mengkaji lebih dalam akar permasalahan dan mengidentifikasi faktor yang memicu perilaku fraud.

Pemahaman mendalam tentang faktor perilaku tersebut dapat membantu dalam merancang strategi yang efektif untuk mencegah dan menindaklanjuti praktik fraud.

Prof. Dr. Ir. Fachirah Ulfa, M.P.

Pidato pengukuhan guru besar yang terakhir disajikan oleh Prof Fachirah, dosen Fakultas Pertanian dengan judul, “Hortikultura Inovatif: Optimalisasi Pekarangan untuk Kemandirian Pangan Keluarga di Era Perubahan Iklim Global”.

Foto: Tangkapan layar YouTube Senat Akademik Unhas

Menurut Prof Fachirah, hortikultura merupakan solusi dalam menghadapi tantangan global, terutama perubahan iklim.

“Optimalisasi pekarangan rumah dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Inovasi teknologi dalam mendukung pertanian berkelanjutan juga penting untuk dikembangkan,” tandas Prof Fachirah.

Ia juga memberikan gambaran tentang penerapan teknologi digital dan Internet of Things (IoT) dalam pertanian presisi.

“Tidak hanya itu, peran hortikultura juga bisa membantu dalam menghasilkan produksi pangan yang berkelanjutan. Kehadiran hortikultura akan membantu keluarga dalam mencapai kemandirian pangan,” tegas Prof. Fachirah. (*/mr)