KABARIKA.ID, JAKARTA — Saat memimpin sidang kabinet paripurna perdana, Rabu (23/10/2024), di hadapan jajaran Menteri Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa kita harus swasembada pangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Itu prioritas dasar karena situasi global, perang besar bisa pecah setiap saat. Kita harus jamin kemampuan kita memberi makan rakyat kita sendiri,” tandas Presiden Prabowo.

Menanggapi hal itu, pakar pertanian, agro-meteorologi, dan perubahan iklim UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D optimis Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dalam periode kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

“Saya optimis swasembada pangan dapat dicapai. Ini sudah dimulai dengan komitmen pemerintahan baru Presiden Prabowo,” kata Bayu dalam perbincangannya dengan RRI Pro 3 Jakarta, Kamis (24/10/2024).

Pakar pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho. (Foto: staff.ugm.ac.id)

Namun Bayu mengingatkan, untuk mencapai swasembada pangan tidak hanya dibebankan kepada Kementerian Pertanian, tetapi juga masing-masing kementerian terkait harus terlibat memberi dukungan penuh, sesuai arahan Presiden Prabowo.

Menurut Bayu, keterlibatan sejumlah kementerian dalam mewujudkan swasembada pangan, akan menciptakan satu ekosistem pertanian dari hulu sampai ke hilir.

Ekosistem pertanian tersebut akan melahirkan lumbung pangan Indonesia.

“Misalnya, Kementerian Pertanian fokus pada aspek budi dayanya dan bekerja sama dengan Kementerian BUMN untuk penyediaan pupuknya, seperti itu,” ujar Bayu.

Meski demikian, kata Bayu, untuk mencapai swasembada pangan juga diperlukan inovasi dan teknologi pertaninan.

Seperti, melakukan penelitian untuk menemukan varietas yang cocok dengan lahan pertanian yang tidak membutuhkan air banyak.

”Artinya, varietas yang tidak membutuhkan waktu yang panjang. Kalau biasanya butuh 110 hari, varietas baru itu cukup 80 hari sudah bisa panen,” kata Bayu.

Dengan demikian, lanjut Bayu, frekuensi untuk panen dapat mencapai empat kali dalam satu tahun. Selain itu, pemerintah juga harus mengembangkan pertanian ini di luar pulau Jawa.

“Ini karena lahan pertanian di pulau Jawa sudah semakin menyempit. Makanya dikembangkanlah lumbung pangan di luar pulau Jawa,” lanjut Bayu.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto meminta kabinetnya bersinergi untuk dapat meraih swasembada pangan dan swasembada energi pada periode kepemimpinannya selama 2024-2029.

Menurut Presiden Prabowo, kedua hal itu harus diwujudkan karena kondisi geopolitik global saat ini yang tidak menentu.

Kemandirian dari sisi energi dan pangan diperlukan oleh Indonesia agar dapat bertahan pada situasi yang tidak menentu ini. (rus)