KABARIKA.ID, MAKASSAR – Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan, AI bukan lagi sekadar pilihan, tetapi kebutuhan bagi tenaga pendidik untuk berinovasi dan menciptakan dampak positif dalam proses pengajaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal itu diungkapkan Direktur Transdiva Ir. Sahriyanti Saad, pada Workshop Peningkatan Kompetensi Dosen dalam Pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI), di Hotel Aston Makassar, Sulawesi Selatan, yang berlangsung selama dua hari.

Kegiatan yang digelar Direktorat Transformasi Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran (Transdiva) Universitas Hasanuddin, Makassar itu disebutkan, bertujuan meningkatkan kapasitas dosen dalam mengaplikasikan teknologi AI secara efektif dan etis dalam berbagai kegiatan akademik.

Kegiatan tersebut pun menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten, seperti Prof Muhammad Roil Bin Bilad dari Universitas Brunei Darussalam, Ahmad Fahmi Taufik dari Microsoft Indonesia, dan Prof Wisnu Jatmiko, pakar dan guru besar bidang robotika dan kecerdasan buatan UI.

Prof Muhammad Roil Bin Bilad menekankan, bahwa penguasaan AI merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik agar dapat menuntun mahasiswa menggunakan AI dengan beretika.

Sementara Ahmad Fahmi yang bicara tentang Pemanfaatan Fitur AI pada Microsoft untuk Aplikasi Pembelajaran, memaparkan dan mendemonstrasikan copilot sebagai asisten AI pada Microsoft365 beserta fitur lainnya yang dapat diakses oleh dosen untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis teknologi.

Prof Wisnu Jatmiko sendiri menegaskan pentingnya menjaga integritas akademik pada pemanfaatan AI di dunia pendidikan dengan selalu melakukan validasi. Dengan berkembangnya AI di bidang pendidikan, menjaga keaslian dan kualitas hasil karya ilmiah menjadi krusial.

“Validasi hasil AI memungkinkan dosen dan mahasiswa menggunakan AI secara bertanggung jawab, sekaligus memastikan bahwa hasil akhirnya sesuai standar akademik. Oleh karena itu, pentingnya tiap perguruan tinggi untuk memiliki regulasi yang jelas mengenai penggunaan AI dalam lingkup akademik,” jelas Prof Jatmiko, dalam keterangan resmi Humas Unhas, Senin (28/10/2024).

Ia juga menyoroti beberapa tantangan dalam etika penggunaan AI, terutama terkait model generatif seperti ChatGPT. AI generatif memiliki potensi besar dalam membantu tugas-tugas administratif dan analitis.

“Namun itu, tetap memiliki beberapa risiko, termasuk bias dan halusinasi informasi yang diberikan yang disebabkan oleh keterbatasan AI dalam memastikan objektivitas dan keakuratan data yang dihasilkan, ataupun disebabkan kurang detailnya perintah prompt yang dituliskan,” ungkap Prof Jatmiko.

Bahkan, ada sesi mendemonstrasikan penggunaan prompt untuk menyusun Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Prodi, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah, bahan ajar dan tugas mata kuliah menggunakan ChatGPT. (*)