KABARIKA.ID, JAKARTA – Peneliti Senior dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Riyanto menyebut program food estate yang dikerjakan pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan perlahan tapi pasti mulai menunjukkan hasil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia pun optimis program tersebut bisa memperkuat capaian swasembada seperti yang dicanangkan pemerintah RI dibawah Presiden Prabowo Subianto.

Bagi Riyanto, food estate dengan optimasi lahan rawa (oplah), maupun cetak sawah adalah program strategis masa depan bangsa yang dapat mendukung capaian swasembada. Dengan capaian tersebut, maka swasembada pangan bukan hanya jargon politik, tetapi hal yang memang bisa dicapai.

“Poinnya adalah kita sedang menuju swasembada. Kenapa? Swasembada itu bisa dicapai, karena pemerintah serius mengerjakan berbagai program strategis nasional seperti food estate, oplah maupun cetak sawah,” ujar Riyanto, Jumat, 1 November 2024.

Sebagai informasi, pertanian Indonesia sempat terganggu akibat el nino berkepanjangan yang berdampak pada bergesernya Musim Tanam (MT) 1. El Nino menyebabkan suhu udara lebih tinggi dan curah hujan berkurang secara signifikan, yang memperparah kekeringan di berbagai wilayah. Akibatnya, sejumlah daerah mengalami keterlambatan dalam persiapan lahan dan tanam. Pergeseran Musim Tanam 1 ini sangat berdampak pada penurunan produksi padi pada subround I (Jan-Apr) 2024.

Karena itu, Riyanto mengatakan capaian swasembada harus dilihat secara utuh mulai dari konsep, proses, tantangan hingga target yang telah ditetapkan. “Tidak bisa bicara swasembada hanya dari satu sisi. Misalnya kita bicara hasil tanpa tau prosesnya seperti apa,” katanya.

Menurut Riyanto, swasembada pangan sudah melalui berbagai tahap penelitian panjang, di mana pemerintah terjun langsung menentukan unsur tanah, melakukan uji kelayakan sampai pada penentuan benih yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

“Hasilnya bagus. Ambil contoh yang di Papua sudah dilakukan optimasi lahan rawa dan sudah panen dengan provitas 5 ton per hektare. Kemudian juga food estate di Kapuas yang sudah panen di atas 5 ton. Ini bukti bahwa swasembada bisa tercapai dalam waktu cepat,” jelasnya.

Berdasarkan data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 mencapai 19,22 juta ton, turun 14,75 persen atau 3,33 juta ton bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Sementara pada Subround II (Mei-Agustus) 2024, produksi padi mencapai 18,76 juta ton, meningkat 1,45 persen atau setara 270 ribu ton dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Sebagai informasi, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berhasil mewujudkan swasembada beras pada tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021. Keberhasilan ini tidak bisa dilepaskan dari berbagai terobosan Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian saat itu, antara lain refocusing anggaran pertanian dengan pemberian alat dan mesin pertanian (alsintan) secara masif, alokasi pupuk subsidi diperbesar, dan perbaikan infrastruktur pertanian.

Kini, memasuki pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, program-program tersebut akan terus dilanjutkan dengan akselerasi yang lebih cepat dan akurat. Program yang juga akan dikedepankan adalah cetak sawah dengan memanfaatkan lahan-lahan suboptimal.

Kementerian Pertanian telah berencana mencetak hingga 3 juta hektare sawah dalam beberapa tahun ke depan, dengan integrasi teknologi modern seperti benih unggul, sistem irigasi canggih, dan mekanisasi pertanian. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan memperluas lahan, tetapi juga meningkatkan produktivitas agar mampu memenuhi kebutuhan domestik dan mengurangi ketergantungan impor pangan. (*)