KABARIKA.ID, JAKARTA — Kesan resah dan gelisah menyelimuti panggung DEWI Fashion Knights (DFK) 2024 pada gelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2025 saat Sejauh Mata Memandang memamerkan koleksi istimewa bertajuk “Republik Sebelah Mata”, Senin (4/11/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejauh Mata Memandang (SMM), jenama tekstil yang mengusung konsep slow fashion dan skema bisnis sirkularitas, kali ini menggandeng Eko Nugroho, seniman rupa kontemporer ternama Indonesia sebagai kolaborator, dan juga Felix Tjahyadi sebagai Co-Creative Director koleksi istimewa ini.
Melalui koleksi ini, mereka bertiga menyuarakan berbagai keresahan akan isu sosial politik tanah air saat ini yang sering dipandang sebelah mata. Ini adalah kali ketiga SMM terpilih sebagai desainer DEWI Fashion Knights, dan tahun ini juga menandai 10 tahun SMM berkarya.
Koleksi ini adalah perpaduan antara fesyen dan seni visual yang tertuang dalam kain, pakaian, dan instalasi. Dalam koleksi istimewa ini, kita akan menemukan berbagai gambar yang menjadi ciri khas Eko Nugroho, dipadukan dengan motif-motif ikonik Sejauh Mata Memandang seperti “Ayam”, “Bija”, “Wiji”, dan “Onde”.
Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang mengungkapkan, “‘Republik Sebelah Mata’ tidak hanya sekadar koleksi kain dan busana, namun juga sebuah pernyataan dari kami agar kita semakin peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, serta harapan agar pelaku politik lebih berempati dan berpihak kepada khalayak luas. Sebuah suara dan pengingat untuk bersama-sama menciptakan bumi Indonesia yang lebih baik.”
“Kami senang sekali dapat menghadirkan karya yang tidak sekadar baru tetapi juga membawa pesan penting. Mudah-mudahan karya ini bisa menerjemahkan keresahan kita semua akan kondisi tanah air saat ini,” tambah Chitra.
Eko Nugroho, selaku kolaborator pada koleksi ini mengatakan, sebagai pekerja seni, senang sekali saya dapat berkolaborasi bersama SMM dalam menyuarakan berbagai hal yang menjadi perhatian banyak orang melalui karya bersama. Pada koleksi ini, kami turut memadukan hasil karya seni visual pada medium lain, yakni fesyen, sehingga bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan.
Koleksi istimewa ini menampilkan 30 looks yang didominasi warna hitam dan putih dengan sentuhan warna merah, terdiri dari berbagai potongan pakaian yang terinspirasi dari busana Indonesia seperti kebaya, baju bodo, dan kain yang diterjemahkan dengan bahasa desain SMM.
Pada proses produksinya, SMM secara konsisten menerapkan prinsip sirkularitas sebagai fokus utama, di mana koleksi kolaborasi ini menggunakan material dan proses yang bertanggungjawab yang melibatkan sejumlah mitra produksi SMM dan Studio Sejauh di berbagai daerah di Indonesia, antara lain material TENCEL yang diproses cetak digital menggunakan pewarna buatan bersertifikat ECO PASSPORT by OEKO-TEX® yang dikerjakan oleh mitra pengusaha printing tekstil di Tangerang, Banten, katun dengan teknik cetak saring (hand screen-print) dikerjakan oleh mitra artisan di Denpasar, Bali, batik tulis yang dikerjakan oleh Mugi Batik di Pekalongan, Jawa Tengah, batik cap yang dikerjakan oleh mitra artisan batik di Banyuwangi, Jawa Timur serta coffee leather M-Tex yang terbuat dari limbah kulit kopi yang diproses dengan bantuan bakteri produksi Bell Living Lab di Bandung, Jawa Barat.
Selain itu, SMM juga turut menggandeng sejumlah mitra penenun antara lain tenun jacquard dari 100% benang katun daur ulang yang diolah oleh mitra Studio Sejauh di Solo, Jawa Tengah dan tenun kapas putih dari kapas yang dipanen oleh mitra petani Sekar Kawung di Tuban, Jawa Timur. Kedua material ini ditenun oleh Craft Denim di Pekalongan, Jawa Tengah dan diwarnai secara alami dengan pewarna nabati indigo dari tanaman Strobilanthes cusia oleh Shibiru dari Temanggung, Jawa Tengah.
Di samping kolaborasi dengan mitra-mitra di atas, lebih dari 50% material yang digunakan dalam koleksi ini berasal dari pemanfaatan kembali (upcycle) kain deadstock Sejauh Mata Memandang dan Sharon Jap Atelier (mitra produksi).
Felix Tjahyadi, Co-Creative Director koleksi istimewa ini menyampaikan “Untuk koleksi ini, saya dan Chitra ‘mengunjungi kembali’ kain-kain koleksi archive Sejauh Mata Memandang dari 10 tahun lalu yang ditransformasi menjadi koleksi busana istimewa dengan beberapa proses, di antaranya pakaian yang dikreasikan tanpa pemotongan kain sebagai bentuk apresiasi terhadap wastra serta kreasi patchwork menggunakan kain perca, kain kurang sempurna (reject), dan kain sisa produksi sebagai upaya mengurangi limbah dan jejak karbon.” (*)