Banyak hal yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro saat bertemu dengan Menteri Pertanian (Mentan ) Andi Amran Sulaiman dan Forum Diskusi Rektor di kantor Kementerian Pertanian, pekan lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di antaranya terkait kesetaraan ilmuwan di berbagai aspek. Satryo menyatakan bahwa di kampus itu bermacam-macam sekali jenis dosennya, jadi silakan berkarier sesuai kompetensinya.

“Tidak boleh ada yang mengatakan bahwa ahli fisika, misalnya, lebih keren dari ahli alat mesin pertanian (Alsintan). Ahli Alsintan dengan produk yang berguna untuk masyarakat, juga layak mencapai guru besar,” ujar Satryo.

“Silakan pilih bidang apa yang dikuasai, capailah dengan kemampuan maksimal. Yang fisika dengan Scopus, misalnya, yang seniman dengan karya seni yang monumental, bayangkan kalau seniman ditarget Scopus, kasihan dia, bisa stres,” ujar salah satu anggota tim perencanaan Fakultas Teknik Unhas Gowa ini.

Satryo mempersilakan kepada perguruan tinggi untuk fokus dengan yang simpel seperti benih dan Alsintan.

Satryo menyampaikan akan memberi keleluasaan pada kampus untuk berkarya, mudah-mudahan berdampak secara luas, skala nasional, itu pasti akan diupayakan dapat diklaim untuk peningkatan karier hingga mencapai guru besar.

Kemendiktisaintek akan mengkaji lagi berbagai aturan itu. Keahlian masing-masing individu harus dihargai, tidak ada yang lebih hebat, berwibawa dan bergengsi dari yang lain.

Satryo menekankan bahwa disiplin ilmu itu beraneka ragam, jangan malu jadi ahli Alsintan, mungkin tidak ada Scopus-nya, tapi insya Allah bisa jadi guru besar karena keahlian dan keilmuannya.

Begitu pula untuk mahasiswa, supaya bisa maksimal membantu program ini, kampus disilakan merancang program secara fleksibel.

Satryo mengharapkan agar mahasiswa diberi peluang sebesar-besarnya untuk bergabung di program ini dan diakui dalam kurikulum.

Satryo lalu menjelaskan bahwa Program Merdeka Belajar itu harus betul-betul Merdeka.

“Apa itu Merdeka, the choice is yours. Jadi mau tidak ikut karena belum siap, mau memilih pertanian, mau memilih yang lain silakan, mereka dapat memilih secara Merdeka,” ucapnya yang disambut tepuk tangan para rektor.

Satryo juga menyatakan akan melonggarkan dan fleksibel pada kampus.

“Jangan takut berinovasi dalam pembelajaran, sekarang ada target swasembada pangan, silakan kurikulumnya disesuaikan,” tegas pria kelahiran Delft, Belanda ini.

Proses evaluasi dosen juga akan dikaji kembali, jangan sampai dosen takut terlibat karena kekakuan sistem.

Unsur pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat juga harus diseimbangkan sesuai keunggulan dosen. Intinya Kemendiktisaintek akan mengakomodasi semua keahlian asal dapat mencapai swasembada pangan yang dinakhodai Mentan Andi Amran.

Arahan Mendiktisaintek Satryo ini sangat diapresiasi oleh Mentan Andi Amran yang mengucapkan terima kasih akan dukungannya.

“Kalau kampus sudah bergerak, swasembada dalam waktu tiga tahun bukan hal yang mustahil,” tandas Mentan Andi Amran.

Pertemuan ini dihadiri oleh para rektor yang tergabung dalam Forum Diskusi Rektor yang dinakhodai oleh Rektor IPB, Arif Satria. Rektor Unhas Jamaluddin Jompa dan rektor UMI Makassar juga hadir. (uca)