KABARIKA.ID, LEBAK – Sebagai langkah serius dalam mempercepat penurunan angka stunting, Direktorat Jenderal Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengadakan uji coba aplikasi Webaksibangda di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Uji coba ini berlangsung di dua kecamatan, yakni Kecamatan Maja dan Kecamatan Rangkasbitung, pada Selasa (12/11/2024), dengan tujuan mengumpulkan masukan dari berbagai pihak untuk mengoptimalkan aplikasi dalam memantau dan merencanakan program penurunan stunting secara lebih efektif.
Praktek Uji Coba Aplikasi Kecamatan Maja Kabupaten Lebak
Camat Maja, Edy Nurhaedi, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya data yang akurat dalam penanganan stunting di daerahnya.
“Ini adalah Kesempatan untuk meningkatkan peran camat, Akan terbuka nanti dari tagging penandaan. Bagaimana peran kecamatan, terhadap situasi saat ini. Kalau mau efektif, sebagian kewenangan di limpahkan ke Kecamatan,” Tegas Edy.
Dalam Praktek uji coba ini, perwakilan dari berbagai sektor hadir, termasuk tenaga kesehatan, gizi, promkes (promosi kesehatan), PLKB, serta tim kecamatan yang turut berpartisipasi dalam simulasi penginputan data. Fitur baru dalam Webaksibangda memungkinkan kecamatan memasukkan data secara langsung, yang diharapkan dapat meningkatkan akurasi data sebagai dasar bagi semua pemangku kepentingan dalam melakukan intervensi lebih tepat sasaran.
“Kami dari kecamatan support dengan apa yang sudah dilakukan kader posyandu, namun agak miris melihat angka stunting, Sudah banyak upaya yang dilakukan, Kami berharap Webaksibangda dapat menjadi solusi untuk memastikan data yang lebih terfokus dan intervensi yang lebih terarah,” ujar Edy. Ia juga menambahkan pentingnya peran kecamatan dalam menginput data sehingga intervensi dapat lebih sesuai dengan kondisi lapangan.
Sementara itu, Bu Iin Afriani dari Kemendagri menyampaikan bahwa uji coba ini bertujuan untuk menyempurnakan Webaksibangda sebelum diterapkan secara luas di seluruh Indonesia.
“Ada sejumlah inovasi baru yang kami tambahkan dalam Webaksibangda, salah satunya adalah peran kecamatan dalam memasukkan data di tingkat kecamatan. Ini akan memudahkan pemantauan dan memperkuat keakuratan data untuk intervensi,” terang Iin.
Simulasi penginputan data yang dilakukan bersama oleh pihak kecamatan, puskesmas, dan PLKB memungkinkan aplikasi diuji langsung oleh para pengguna di lapangan.
Selain simulasi, juga dilakukan diskusi Focus Group Discussion (FGD) yang menghasilkan beberapa rekomendasi penting, di antaranya terkait penetapan penanggung jawab operator, verifikator, dan pemberi persetujuan data di kecamatan. Diskusi ini juga mengangkat perbedaan definisi sasaran antara kementerian dan lembaga. Kesepakatan ini diharapkan dapat menghasilkan indikator yang lebih jelas dan definisi operasional yang seragam dalam intervensi stunting.
Pertemuan Koordinasi di Bappelitbangda Lebak
Sehari sebelum uji coba lapangan, tim Bangda dan LGCB-ASR disambut di kantor Bappelitbangda Kabupaten Lebak pada Senin (11/11/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai instansi terkait, seperti Dinas Kesehatan, PLKB, Dinas Sosial, Dinas PUPR, Dinas Kominfo, serta perwakilan dari beberapa kecamatan, termasuk Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, dan Cimarga.
Sekretaris Bappelitbangda Lebak, Widy Ferdian, SP., MA, dalam sambutannya menyoroti tantangan yang dihadapi Kabupaten Lebak dalam penurunan angka stunting, yang saat ini masih berada di angka 35,5 persen menurut data terbaru dari SKI (Survei Kesehatan Indonesia).
“Kami ada inovasi program stunting dari lebak. Namun bagaimana dinamika berdasarkan data EPPBGM dan SKI Cukup mencengangkan juga bagi kami, Kami kaget juga hasil dari data SKI, ditengah upaya kita bersama, keseriusan hampir tiap pekan atau setiap bulan kita ketemu, Namun angka stunting Lebak Sampai naik di angka 35,5%”. Jelas Widy.
Ia menambahkan Meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Dinamika data dan keterbatasan sumber daya manusia menjadi hambatan yang mempengaruhi pencapaian target. “Hal itu menjadi cambuk buat kami untuk berusaha lebih keras lagi. Melalui pertemuan ini, kami minta ditunjukkan apa yg bisa dilakukan untuk kedepannya,” Kata Widi.
Ia berharap, dengan kunjungan tim Kemendagri dan LGCB-ASR, daerah dapat memperoleh arahan konkret yang dapat diterapkan dalam upaya percepatan penurunan stunting di masa mendatang.
Pada kesempatan yang sama, Dalam sambutannya, Inez Ayu Dhamiera, Analis Kebijakan Ahli Muda dari Kemendagri, menekankan pentingnya sinergi antara pusat dan daerah.
“Penanganan stunting tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus melalui koordinasi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah pusat memiliki peran untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan kebijakan, sementara pemerintah daerah bertanggung jawab atas implementasi di lapangan,” jelas Inez.
Ia juga menyampaikan empat fokus utama yang perlu diperhatikan dalam program ini: pertama, penguatan koordinasi antara pusat dan daerah; kedua, pemanfaatan data yang akurat dan tepat waktu sebagai dasar perencanaan; ketiga, peningkatan efisiensi alokasi anggaran untuk penurunan stunting; dan keempat, pendampingan serta penguatan kapasitas kelembagaan di daerah agar program ini dapat berjalan dengan efektif.
Dilanjutkan dengan sesi FGD juga dipandu oleh Prabawa, Team Leader LGCB-ASR, yang menyoroti pentingnya data yang valid dan konsisten antara berbagai kementerian dan lembaga.
“Kami menyadari perbedaan data dan indikator antar lembaga sering kali menjadi kendala dalam pemantauan yang akurat. Mau tidak Mau kita harus bersepakat!! Oleh karena itu, ke depan kita berharap mendapatkan data yang VATM (Valid, Authentic, Terkini, Memadai), sehingga semua pihak dapat menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan,” kata Prabawa.
Dengan uji coba Webaksibangda ini, Kemendagri berharap dapat menyempurnakan aplikasi sebelum diterapkan secara luas sebagai alat pemantauan dan pengelolaan data stunting di seluruh Indonesia ,” Tandas Prabawa. (*)