KABARIKA.ID, JAKARTA — Persoalan di sektor kelautan dan perikanan diantaranya adalah terkait dengan rantai dingin dan distribusi logistik.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna berharap peranan pemuda dapat dioptimalkan untuk menjawab tantangan tersebut.
“Kehadiran pemuda sebagai bonus demografi harus terus diperankan dalam sektor kelautan perikanan, jangan sampai karena kemarin ada soal isu fraud startup eFishery menjadikan sektor ini semakin tidak dilirik oleh pemuda,” jelas Hendra di Jakarta, Senin (17/2/2025).

Menurutnya, laut sampai saat ini masih menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan. Namun, tentu perlu adanya perbaikan tata kelola dan dukungan nyata dari pemerintah untuk menjadikan laut ini sebagai jalan kesejahteraan bersama.
“Sebut saja di Kabupaten Pulau Morotai, pada saat memasuki puncak musim Ikan Tuna justru nelayan tidak dapat menikmatinya. Hal ini terjadi karena infrastruktur yang kurang memadai, mulai dari minimnya kapasitas cold storage hingga berkurangnya jumlah kapal tol laut yang beroperasi,” papar Hendra.
Lebih lanjut Hendra menyampaikan tentang peranan pelabuhan perikanan baik dari segi jumlah maupun pelayanannya, terutama kaitannya dengan layanan SPBUN.
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan data pertamina akhir 2024, jumlah SPBUN baru ada 414 unit. Tentu hal ini tidak sebanding dengan jumlah desa pesisir yang jumlahnya mencapai 12.510 desa.
“Kami berharap soal infrastruktur ini segera dihadirkan, karena kami yakin bila hal ini terpenuhi maka sektor kelautan perikanan akan lebih maju sekaligus mendorong perekonomian tumbuh, pun demikian dengan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain itu, bukan tidak mungkin akan tumbuh pengusaha-pengusaha muda di sektor kelautan perikanan,” ujarnya.
Ia menuturkan, bahwa selama ini tantangan pemuda bergerak di sektor usaha kelautan perikanan selain permodalan seperti para pengusaha pemula pada umumnya, persoalan lainnya adalah akses informasi dan kemampuan manajemen bisnis.
“Pemuda-pemuda yang hidup di pesisir mengerti persoalan, namun kadang enggan melangkah lebih jauh karena keterbatasan. Mulai dari permodalan, hingga kemampuan merencanakan sebuah kegiatan usaha. Padahal ada potensi para pemuda pesisir ini untuk dapat berperan dalam menambah nilai dari produk kelautan perikanan,” terang Hendra.
Sederhana saja, bagaimana misalnya para pemuda ini mampu menampilkan kekhasan produk kelautan perikanan daerah masing-masing.
Maka dari itu, Hendra berharap adanya agenda pemerintah untuk mencetak pengusaha muda atau koperasi pemuda di desa-desa pesisir yang bergerak di sektor kelautan perikanan. (*)