Site icon KABARIKA

Champion Kementan Gerakkan Aksi Stabilkan Harga Cabai di Lombok

KABARIKA.ID, LOMBOK – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura bergerak cepat dalam merespons gejolak harga cabai di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Champion cabai Kabupaten Lombok Timur, Haji Subhan, bersama para petani mitra yang tergabung dalam Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) menggelar aksi stabilisasi harga dengan menghadirkan cabai langsung dari petani.

“Sebagaimana penugasan dari Ditjen Hortikultura, saya selaku Champion Cabai di wilayah Lombok, tepatnya Lombok Timur langsung mengambil tanggung jawab melakukan aksi. Hari ini Kita gelar aksi dengan volume 300 kilogram, kita jual dengan harga Rp56.000/kg. Aksi kita langsung disambut antusias kaum emak-emak,” ujar Subhan saat dihubungi pada Kamis (6/3/2025).

Aksi ini disambut baik oleh masyarakat. Pagelaran bazar yang digelar Kamis (6/3) di Lombok Timur tersebut dipenuhi masyarakat yang mencari cabai murah. Subhan mengonfirmasi bahwa aksi serupa akan digelar di Lombok Tengah dan Kota Mataram pada Jumat (7/3).

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Andi Muhammad Idil Fitri, menjelaskan bahwa kenaikan harga cabai di Lombok Tengah disebabkan oleh libur petik petani, yang berdampak pada pasokan di pasar.

“Pemicu kenaikan harga cabai diakibatkan petani libur petik, hingga stok di pedagang dan pasar terganggu, terutama pada saat hujan turun dan awal bulan puasa. Petani champion binaan sudah langsung menggelar aksi, Insya Allah harga akan segera normal,” ungkapnya.

Berdasarkan panel harga per Kamis (6/3), harga cabai rawit merah di Lombok Tengah turun signifikan menjadi Rp77.000/kg dari Rp92.500/kg di hari sebelumnya.

Idil tidak menampik terjadinya gejolak harga di berbagai daerah karena memang sedang libur petik awal Ramadan. Ia mengungkapkan bahwa distribusi cabai yang merata dapat menjadi solusi yang efektif untuk stabilnya harga dan pasokan.

“Memang saat ini terjadi gejolak harga cabai namun segera normal. Ada juga terjadi penurunan harga karena serapan pasar stagnan, mau tidak mau harus dipikirkan pemasaran lainnya, bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah atau bisa juga bekerja sama dengan pemerintah untuk mendukung penyerapannya,” pungkasnya. (*)

Exit mobile version