𝕃𝕖𝕟𝕤𝕒 𝕁𝕦𝕣𝕟𝕒𝕝𝕚𝕤𝕥𝕚𝕜 𝕀𝕤𝕝𝕒𝕞𝕚 𝗠𝗔𝗞𝗔𝗡𝗔𝗡 𝗛𝗔𝗟𝗔𝗟 & 𝗧𝗛𝗔𝗬𝗬𝗜𝗕

Oleh 𝙎𝙪𝙛 𝙆𝙖𝙨𝙢𝙖𝙣

KABARIKA.ID–MUNGKIN pembaca sepakat denganku, bahwa tidak ada cinta begitu tulus selain cinta terhadap makanan saat lapar.

Apalagi bila makanan yang ingin disantap ‘nikmat-nya luar negeri’, pasti tambahnisasi.
Sokko Pulu’ Bolong Na Likku Manu’ Kampong, Hai Terpassa Mattombong!

Makanan enak tentu diakhiri pembicaraan yang baik. Begitu juga sebaliknya, makanan kurang lezat, niscaya menjadi pembicaraan buruk.

Dalam Islam, makanan yang dikonsumsi harus memenuhi kriteria halal dan thayyib.

Makanan halal adalah makanan yang diberi lisensi BOLEH, sedangkan thayyib berarti baik, sehat, dan bermanfaat bagi tubuh.

Mengonsumsi makanan halal dan thayyib dipercaya dapat membawa berkah dan kebaikan bagi tubuh dan jiwa.

Islam memberi rambu-rambu, bukan hanya makanan halal dikonsumsi, tapi juga kadarnya thayyib. Atau kebalikannya, tidak hanya makanan dosisnya thayyib disantap, tapi yang halal juga.

Contoh

Balê Bolong yang digoreng menggunakan minyak berulang kali, hingga kualitas minyaknya menghitam seperti oli mesin pemakaian 6 bulan. Status hukumnya halal, tapi tidak thayyib lagi.

Sementara makanan baik tapi tidak halal dilahap, yaitu cara mengkonkretkannya dengan cara tidak benar. Mis

Singgah makan semangkuk coto daging-paru di warung Paraikatte plus 5 ketupat, namun lapor di kasir hanya 3 buah ketupat. Ini bukan hanya gelagatnya Pêmmali, tapi haram.

Perpaduan halal dan thayyib senantiasa menyatu, berjalan beriringan merupakan kunci diperkenankan dalam Islam.

Lantas,

Bagaimana status hukumnya seseorang usai mengkonsumsi makanan halal dan thayyib, tapi rupanya salah masuk gedung pernikahan. Ini factual.

Hanya saya memberi nama samara saja, sebutlah La Cukka Ulu.

Tiba-tiba La Cukka Ulu Manjulung-Julung Tama Pesta Ê, langsung mendekati jamuan makan saking laparnya. Menurutnya, mumpung belum ada tamu undangan mengenalinya di walimah; beberapa jenis makanan dicampur di piringnya (food plating);

Ada mi sate Madura, kambing guling disikat, ayam goreng direbut, nasu lênrong ditimbun, udang goreng crispy berjejer, kentang balado ikut meramaikan. Betul-betul piringnya superbocco na tabbollo-bollo.

Plong dan kekenyangan dirasakan La Cukka Ulu usai menikmati aneka sajian masakan pesta. Siapa dulu makanan di pesta pernikahan yang selalu jadi incaran lintas generasi.

Baru tersadar jika La Cukka Ulu salah masuk gedung pernikahan.
La Cukka Ulu memang bertujuan ke pesta pernikahan, tapi salah sasaran (keliru masuk resepsi). Artinya, La Cukka Ulu tidak termasuk diundang hadir.

Memang, kerap terjadi di kota metropolitan, satu hotel biasanya mampu menyediakan ruang pernikahan bersamaan sampai 3 (tiga) hari itu.

Sekali lagi, “Bagaimana status hukumnya La Cukka Ulu itu, aneka makanan milik orang sudah dismackdown?”

𝟮𝟬 𝗥𝗮𝗺𝗮𝗱𝗵𝗮𝗻 𝟭𝟰𝟰𝟲 𝗛