KABARIKA.ID, MAKASSAR — Tamsil Linrung dan sejumlah akademi Universitas Hasanuddin Makassar berkumpul di acara halalbihalal Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Makassar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hotel Claro Jalan AP Pettarani Makassar jadi lokasi pertemuan.
Akademisi yang hadir yakni Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa, mantan Rektor Unhas Prof Idrus Paturusi, dan Ketua KAHMI Makassar Prof Andi Pangerang Moenta.

Sebelum jadi akademisi, mereka dulunya belajar dan pernah jadi aktivis HMI.
Turut hadir Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung yang juga mantan aktivis HMI.
Tamsil Linrung, menyerukan pentingnya konsolidasi peran strategis Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dalam menjawab tantangan kebangsaan dan keumatan di tengah dinamika nasional dan global yang semakin kompleks.
Hal ini disampaikan dalam pidatonya pada kegiatan KAHMI di Makassar, Senin (21/4).
Dalam sambutannya yang bertajuk “Penguatan Peran KAHMI untuk Memajukan Umat dan Bangsa”, Tamsil menekankan bahwa KAHMI bukan sekadar forum nostalgia para alumni HMI, melainkan simpul kekuatan moral-intelektual yang telah terbukti menjadi aktor penting dalam perjalanan republik.
“KAHMI bukan destinasi akhir, tapi tempat transit para anak ideologis yang telah tumbuh menjadi pemikir, penggerak, dan pemimpin di berbagai spektrum kehidupan,” ujar Tamsil di hadapan para alumni.
Tamsil mengajak seluruh elemen KAHMI untuk memperbarui komitmen kebangsaan melalui peran aktif dalam pembangunan, termasuk dengan menjadi mitra kritis dan konstruktif terhadap pemerintah.
Ia menyatakan bahwa KAHMI memiliki posisi strategis sebagai kelas menengah intelektual Muslim yang memiliki legitimasi moral, kapasitas keilmuan, serta jaringan sosial-politik luas.
Merujuk pada visi pembangunan nasional yang dirumuskan dalam Asta Cita—delapan agenda prioritas Presiden Prabowo Subianto—Tamsil menilai bahwa semangat keadilan distributif yang dikandung dalam Asta Cita selaras dengan doktrin perjuangan HMI: keadilan, keberdayaan, dan pengabdian.
“Asta Cita bukan sekadar kebijakan teknokratis, tetapi kontrak sosial antara negara dan rakyat. Tugas KAHMI adalah mengawal agar kebijakan itu tetap berpijak pada keadilan sosial dan kemaslahatan umat,” imbuhnya.
Dalam pidatonya, Tamsil juga menyinggung kebutuhan mendesak akan hadirnya kepemimpinan kultural dalam dunia Islam.
Menurutnya, dunia Islam saat ini mengalami krisis jangkar moral dan kehilangan figur pemersatu umat yang mampu bersuara di tingkat global.
“Kita rindu tokoh seperti Malik bin Nabi, Muhammad Iqbal, atau Buya Hamka. KAHMI memiliki tanggung jawab historis untuk mencetak kembali pemimpin-pemimpin seperti mereka,” katanya.
Ia menyerukan agar KAHMI membangun pusat-pusat kepemimpinan unggulan, menjadi rumah ide yang bukan hanya berdampak secara nasional, tetapi juga global.
“Kepemimpinan kultural tidak mengenal masa kadaluarsa. Ia dituntun oleh nurani dan akhlak. Sudah saatnya KAHMI menjadi penyambung lidah umat kepada dunia,” tegasnya.
Menutup pidatonya, Tamsil mengajak seluruh kader dan alumni untuk tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi aktif menciptakan masa depan yang lebih baik.
“KAHMI bukan sekadar organisasi alumni. Ia adalah platform kebangsaan dan keumatan yang lahir dari kesadaran sejarah dan misi peradaban,” pungkas Tamsil. (*)