Site icon KABARIKA

Mappatoppo, Tradisi Wisuda Haji yang Penuh Makna dari Sulawesi Selatan

KABARIKA.ID, MINA – Di tengah perjalanan spiritual yang mendalam ini, mereka menggelar tradisi unik yang dikenal dengan nama mappatoppo atau wisuda haji.

Setelah menjalani puncak ibadah haji di Arafah, suasana haru dan bahagia menyelimuti tenda jamaah haji Kloter 6 Embarkasi Ujung Pandang (UPG).

Ritual yang sarat makna ini dilaksanakan secara sederhana namun penuh khidmat, tepat setelah jemaah melontar jumrah aqabah di Mina pada Jumat, 10 Zulhijjah 1446 H.

Dalam momen bersejarah ini, para jemaah mengenakan pakaian rapi, dengan sebagian di antaranya mengenakan baju putih yang melambangkan kesucian.

Satu per satu, mereka “diwisuda” dengan disematkan jilbab atau sorban di kepala, sebagai simbol penghormatan atas gelar “Haji” yang telah sah disandang.

Tradisi mappatoppo bukan sekadar seremonial; ia merupakan ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur, serta pengesahan simbolik terhadap gelar haji yang telah diraih.

“Tradisi ini tidak sekadar seremonial. Ia adalah ungkapan syukur dan wujud kekhusyukan atas nikmat Allah yang telah memperkenankan kita menyelesaikan rangkaian haji dengan selamat,” ungkap H. Musriadi, Pembimbing Ibadah Kloter 6 UPG.

Suasana haru semakin terasa saat kegiatan berlangsung, diiringi shalawat dan doa bersama, menciptakan momen yang tak terlupakan bagi setiap jamaah.

Mappatoppo juga berfungsi sebagai wadah untuk mempererat kebersamaan di antara jamaah, serta sebagai ekspresi suka cita setelah menyelesaikan salah satu rukun Islam yang paling agung.

Wardiah, Ketua Kloter 6 UPG, menyatakan kebanggaannya melihat semangat dan kekompakan jamaah. “Mappatoppo ini menjadi simbol bahwa perjuangan spiritual mereka telah mencapai puncaknya. Semoga menjadi haji yang mabrur,” tuturnya dengan penuh harapan.

Meski dilaksanakan di tenda yang sederhana, tradisi ini mencerminkan kearifan lokal yang terus dilestarikan oleh masyarakat Bugis-Makassar, bahkan ketika mereka berada ribuan kilometer dari tanah air.

Dengan menjaga keberlangsungan tradisi mappatoppo, diharapkan soliditas antar jamaah semakin kokoh, dan semangat haji yang penuh berkah dapat dibawa pulang, tidak hanya dalam bentuk gelar, tetapi juga dalam perilaku dan keteladanan sebagai insan yang telah menunaikan ibadah haji.

Mappatoppo, dengan segala keindahan dan maknanya, menjadi pengingat bahwa ibadah haji bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam, yang menghubungkan setiap jamaah dengan akar budaya dan nilai-nilai luhur yang mereka anut.

Tradisi ini akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan haji masyarakat Sulawesi Selatan, mengukir kenangan indah yang akan dikenang sepanjang hayat. (*)

Exit mobile version