Site icon KABARIKA

Meriahkan Reuni, Alumni Teknik Unhas Angkatan 1987 Kampanyekan Pelestarian Alam, Tanam Pohon dan Donasikan Pompa Air Tenaga Surya di Lereng Merapi

Para peserta reuni yang merupakan alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 1987 melakukan penanaman pohon di kawasan lereng Gunung Merapi (Fahmi Fahriza)

Para peserta reuni yang merupakan alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 1987 melakukan penanaman pohon di kawasan lereng Gunung Merapi (Fahmi Fahriza)

Reuni ke-8 alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 1987 kali ini berbeda dari biasanya.

Alih-alih hanya menggelar pertemuan atau wisata santai, sebanyak 80 alumnus memilih mengusung semangat Back to Nature, dengan menanam pohon di lereng Gunung Merapi dan memberi bantuan teknologi ramah lingkungan kepada masyarakat di Desa Gayamharjo, Prambanan Kabupaten Sleman, DIY.

Selama tiga hari, dari 27 – 29 Juni 2025, rombongan alumni Teknik Unhas angkatan 1987 menggelar sejumlah kegiatan yang berfokus pada pelestarian lingkungan.

Salah satu kegiatan utamanya yakni penanaman 100 pohon di area depan Kalikuning Park, Padukuhan Pangukrejo, Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan.

Tak hanya itu, alumni juga menyerahkan bantuan berupa Pompa Air dan PLTS kepada masyarakat Desa Gayamharjo Prambanan Sleman

Ketua Panitia Reuni, Ricky Parera menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian alumni terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan.

“Ada penanaman pohon, lalu dilanjutkan pemberian pompa air dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Total ada 100 bibit pohon yang kami siapkan. Bahkan ada dua guru besar alumni yang ikut hadir dan terlibat langsung,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Sabtu (28/6).

Menurutnya, pemilihan lokasi di kawasan lereng Merapi bukan tanpa alasan. Secara konsep, pihaknya ingin menikmati alam sekaligus memberi manfaat nyata bagi lingkungan.

“Harapannya kegiatan ini bisa menular ke alumni lain yang belum sempat terlibat,” ucap Ricky.

Dalam praktiknya, kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari warga setempat.

Kepala Dukuh Pangukrejo, Subagyo, menyampaikan rasa terima kasih atas inisiatif dari para alumni.

Ia menyebut penanaman pohon sebagai langkah penting dalam menjaga kelestarian alam di wilayah yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana.

“Resapan air di wilayah ini cukup baik, debitnya juga lumayan besar. Sejak erupsi Merapi 2010, penanaman pohon memang terus digiatkan,” paparnya.

Secara garis besar, Subagyo berharap pohon-pohon ini akan tumbuh subur dan bisa dinikmati hasilnya di masa depan.

Ia juga menambahkan, bahwa masyarakat akan turut berperan aktif dalam merawat pohon-pohon tersebut sebagai bentuk gotong royong dalam pelestarian alam.

“Setelah ditanam hari ini, para warga juga akan berperan menjaga dan merawatnya pohon-pohon ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Ikatek Unhas) yang juga Dirut BUMN IK, Muhammad Sapri Pamulu menyampaikan, bahwa Jogja dipilih sebagai lokasi reuni karena memiliki kekayaan budaya dan alam yang luar biasa.

Namun lebih dari itu, Sleman dipilih sebagai lokasi utama kegiatan karena menawarkan suasana yang lebih dekat dengan alam.

“Kami ingin reuni ini bermakna, tidak hanya ajang rekreasi. Tema Back to Nature sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang, di mana alam perlu terus dilestarikan,” katanya.

Sapri Pamulu juga menambahkan, bahwa ini merupakan reuni ke-8 yang telah dilakukan oleh alumni angkatan 1987.

Sebelumnya, mereka pernah melakukan kunjungan ke sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Bali, Bandung, Malang dll.

Namun kali ini, konsep kegiatan dibuat lebih edukatif dan ramah lingkungan, bukan sekadar rekreasional.

Selanjutnya, salah satu peserta reuni, Prof. Nurlita Pertiwi, Guru Besar di bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Universitas Negeri Makassar, turut memberikan pandangan terkait pentingnya pelestarian kawasan Merapi.

Ia menilai bahwa aktivitas wisata dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali bisa mengganggu keseimbangan ekologis kawasan ini.

“Kawasan ini penting dan harus dijaga. Selain sebagai tujuan wisata, Merapi ini kawasan penyangga air bagi wilayah di bawahnya, termasuk sebagian besar wilayah Jogja. Kalau tidak dilindungi, bisa merusak cadangan air dan ekosistem,” ujar Nurlita.

Menurutnya, pemerintah juga perlu hadir dengan kebijakan yang seimbang, tidak hanya mendorong kawasan ini sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai kawasan konservasi.

Ia berharap kehadiran alumni dan aksi nyata seperti penanaman pohon dapat menjadi contoh kontribusi kalangan profesional terhadap lingkungan.

“Kami harap pohon yang ditanam hari ini tumbuh dan bermanfaat bagi warga. Semoga beberapa tahun ke depan, kami bisa kembali menengok dan melihat bagaimana kontribusi ini memberi dampak yang besar,” pungkasnya.

Exit mobile version