KABARIKA.ID, JAKARTA — Isu gender selalu menjadi perhatian dalam pembangunan nasional karena kemajuan bangsa tidak boleh mengabaikan kesetaraan gender. Pemerintah terus berusaha memperkecil Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dan meningkatkan Indeks Pembangunan Gender (IPG).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut data statistik, IPG Indonesia pada periode 2010-2023 terus meningkat dari 89,42 menjadi 91,85. Perempuan mengisi hampir separuh populasi Indonesia atau 49,42 persen dan anak sebanyak 31,60 persen.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Choiri Fauzi mengatakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak menjadi prioritas strategis untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.

“Kesetaraan gender telah menjadi prioritas dalam pembangunan nasional. Hal ini penting, karena dengan memberdayakan perempuan, kita tidak hanya meningkatkan kesejahteraan keluarga, tetapi juga mempercepat pertumbuhan ekonomi,” ujar Menteri PPPA, Arifah, Senin (16/12/2024).

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Choiri Fauzi. (Foto: Kemen PPPA)

Selain IPG, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan, dari 50,22 persen pada 2014 menjadi 54,52% pada 2023.

Hal ini mencerminkan semakin banyaknya perempuan yang terlibat dalam pembangunan ekonomi.

Pada sisi lain, angka perkawinan anak juga terus menurun. Pada 2019 angkanya 10,82 persen, turun menjadi 6,92 persen pada 2023.

“Pencapaian ini adalah hasil dari kerja keras dan kolaborasi semua pihak dalam menciptakan lingkungan yang lebih mendukung perempuan dan anak,” kata Menteri PPPA, Arifah.

Pemerintah menyadari bahwa peningkatan IPG tidak dapat dicapai tanpa kolaborasi berbagai pihak. Dalam hal ini, Kementerian PPPA bekerja sama dengan kementerian lain, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Hal ini untuk memastikan perempuan mendapatkan akses yang sama dalam pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan.

Meski telah ada kemajuan, Menteri PPPA, Arifah mengingatkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti stunting, pernikahan dini, dan kekerasan berbasis gender.

Ia juga menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan hanya tujuan, melainkan juga alat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Dengan IPG yang terus meningkat, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Kami optimis bahwa perempuan Indonesia akan terus menjadi aktor utama pembangunan. Bersama, kita akan menciptakan generasi emas yang tangguh dan siap menghadapi tantangan global,” tandas Menteri PPPA, Arifah.

IPG adalah indikator yang menggambarkan kesenjangan capaian antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan dan laki-laki.

Untuk menghitung IPG, perlu menghitung IPM laki-laki dan perempuan. IPM berpijak pada tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living).

Semakin kecil jarak nilai IPG dari 100, maka semakin setara pembangunan antara perempuan dan laki-laki.

Sebaliknya, semakin besar jarak nilai IPG dari 100, maka semakin timpang pembangunan antara perempuan dan laki-laki. (*/mr)