Site icon KABARIKA

Menguak Sejarah dan Makna Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek bagi Masyarakat Tionghoa

KABARIKA.ID, MAKASSAR — Perayaan Tahun Baru Imlek 2025 jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025, bertepatan dengan tahun baru Imlek 2576 Kongzili yang dilambangkan dengan shio ular kayu.

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, shio Ular dengan elemen Kayu dipercaya membawa pesan mendalam tentang transformasi, kreativitas, dan kebijaksanaan.

Ular melambangkan kecerdikan dan intuisi, dalam budaya Tionghoa. Sedangkan elemen Kayu melambangkan kekuatan pertumbuhan dan harmoni.

Kombinasi ini dipercaya menghadirkan peluang baru sekaligus tantangan yang membutuhkan ketenangan dalam mengambil keputusan.

Tema Perayaan Imlek Nasional tahun 2576 Kongzili atau tahun 2025, adalah: “Perilaku Lurus Pemimpin akan Meluruskan Hati Seluruh Rakyat.”

Menurut catatan sejarah, tahun baru Imlek ditetapkan sebagai hari raya keagamaan di Indonesia pada 1946 melalui Penetapan Pemerintah 1946 No 2/Um.

Selanjutnya dijadikan Hari Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek.

Sejarah Imlek Bersumber dari Cerita Rakyat

Menurut China Highlight, asal usul dan sejarah perayaan tahun baru Imlek sudah ada sekitar 3.500 tahun yang lalu. Salah satu legenda yang dikenal di balik tradisi tersebut adalah fabel binatang buas bernama Nian.

Tahun baru Imlek 2576 Kongzili tahun 2025 Masehi dilambangkan dengan shio ular kayu. (Foto: Ist.)

Nian dikisahkan senang memakan hewan ternak, tanaman, dan manusia di malam tahun baru.

Untuk menghindari serangan Nian, penduduk Cina pada masa itu meletakkan makanan di depan pintu rumah yang diperuntukkan sebagai santapan binatang Nian tersebut.

Alkisah, pada suatu hari ada salah seorang tetua di tengah masyarakat mengatakan bawah Nian takut pada suara berisik dan warna merah.

Ucapan tetua itu dipercaya oleh seluruh penduduk. Sejak itu masyarakat Tionghoa meletakkan lentera merah dan bambu yang berbunyi di depan rumah untuk mencegah Nian masuk ke dalam rumah.

Benar saja, sejak saat itu binatang buas bernama Nian itu tak pernah muncul lagi.

Imlek Merupakan Perayaan Musim Semi

Menurut sejarah, perayaan tahun baru Imlek merupakan perayaan yang dilakukan para petani di Cina untuk menyambut musim semi.

Pada saat itu petani Cina sangat bergantung pada alam, sehingga mereka baru bisa mulai bercocok tanam pada saat musim semi .

Pergantian musim semi ini akhirnya menjadi hari yang penting bagi mereka, dan patut dirayakan karena dipercaya bisa memberi rezeki.

Sejak saat itu Imlek disebut sebagai Sin Cia atau Festival Musim Semi yang berlangsung dari tanggal 1 bulan pertama dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama.

Pada perayaan ini orang-orang akan mengucapan Sin Cin Kiong Hi yang artinya Selamat Musim Semi Baru.

Peringatan Lahirnya Giok Hong Sian Tee

Orang Tionghoa percaya bahwa Giok Hong Sian Tee adalah maha dewa atau dewa paling berkuasa di alam semesta.

Kisahnya dimulai dari sebuah negara bernama Kuang Yuang Muai Lo.

Pada masa itu, rakyat negara Kuang Yuang Muai Lo hidup bahagia karena apapun yang mereka inginkan pasti terkabul.

Namun rajanya, Tsing Teh dan permaisuri Pao Yueh Goat Kuang dalam keadaan sedih karena tidak memiliki keturunan untuk melanjutkan kerajaan.

Akhirnya raja dan permaisuri berdoa kepada Thian (Tuhan) untuk segera diberi keturunan.

Suatu malam permaisuri Kuang bermimpi sedang menggendong anak kecil. Mimpinya itu kemudian jadi kenyataan, permaisuri hamil dan melahirkan seorang putra.

Anak raja dan permaisuri tersebut tumbuh menjadi raja yang bijaksana sehingga disebut Giok Hong Siang Tee, yang berarti Yang Tertinggi dari Segala yang Paling Tinggi.

Inilah yang menyebabkan hari kelahiran Giok Hong Siang Tee dirayakan pada perayaan Imlek melalui sembahyang.

Asal Usul Shio Imlek

Perayaan tahun baru Imlek setiap tahunnya selalu dibarengi dengan pembahasan mengenai shio Imlek.

Salah satu legenda China mengungkapkan alasan mengapa budaya Tiongkok menamakan tahun mereka dengan nama hewan.

Menurut egenda tersebut, Buddha meminta semua hewan untuk bertemu dengannya pada hari Imlek.

Buddha kemudian menamai tahun sesuai dengan 12 hewan yang datang. Dua belas hewan dalam penanggalan Tionghoa, yaitu anjing, babi/babi hutan, tikus, lembu, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, domba, monyet, dan ayam jago.

Makna Hari Raya Imlek

Imlek memiliki makna yang kuat karena menjadi bentuk perayaan manusia yang menyatu dengan alam.

Peringatan tahun baru Imlek 2576 Kongzili merupakan momentum istimewa untuk berkumpulnya anggota keluarga masyarakat Tionghoa guna menguatkan ikatan kekeluargaan dan merawat harmoni. (Foto: Ist.)

Perayaan Imlek merupakan waktu khusus untuk bersyukur atas rezeki tahun lalu serta semangat untuk hal-hal yang lebih baik di tahun baru.

Selain itu, Imlek juga merupakan kesempatan bagi masyarakat Tionghoa untuk berkumpul dengan anggota keluarga sambil bermaaf-maafan.

Yang lebih tua menyayangi yang muda, salah satunya dengan bentuk pemberian angpao, dan yang muda menghormati yang tua dengan bentuk bakti.

Tujuan Hari Raya Imlek

Perayaan Imlek bertujuan untuk mewujudkan rasa syukur kepada Dewa atas rezeki dan berbagai pencapaian yang diraih pada tahun sebelumnya.

Imlek juga diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada dewa sekaligus leluhur. Tujuan dari perayaan Imlek ini adalah sebagai bentuk warisan tradisi sekaligus mitos yang diyakini oleh masyarakat Tionghoa. (*/rus)

Exit mobile version