KABARIKA.ID, MAKASSAR — Kebangkrutan, penurunan jumlah pembaca, penurunan pendapatan iklan telah berkontribusi pada kematian perlahan-lahan surat kabar besar di Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Harapan untuk kebangkitan kembali koran maupun majalah cetak tampaknya seperti mimpi di siang bolong.

Namun, dengan adanya Internet kesempatan untuk mendapatkan kembali liputan langsung dari berita-berita terkini, tetap terbuka.

Teknologi cetak dan desain yang telah membesarkan media cetak selama puluhan tahun di berbagai belahan dunia, ternyata tidak mampu membendung kemajuan teknologi digital yang diakselerasi dengan kehadiran internet.

Penutupan atau kematian surat kabar telah menjadi hal yang biasa pada kuartal pertama tahun 2009.

Rocky Mountain News (RMN) tutup sepenuhnya dua bulan sebelum ulang tahun ke-150 pada 2009. Koran ini didirikan pada 1859 di Denver, Colorado, AS.

RMN terbit pertama kali pada 23 April 1859. Pada awalnya terbit sebagai koran mingguan dan berisi berita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di Denver dan sekitarnya.

Sayangnya, pada 27 Februari 2009, RMN terbit untuk terakhir kalinya setelah 150 tahun beroperasi. Penutupan koran ini akibat kesulitan keuangan dan penurunan jumlah pembaca.

Koran lain di AS yang berhenti terbit adalah Seattle Post-Intelligencer dan Christian Science Monitor. Keduanya beralih sepenuhnya ke online.

Yang lainnya, seperti , telah memulai model distribusi baru yang tidak menawarkan pengiriman ke rumah empat hari dalam seminggu.

Koran AS Los Angeles Times juga tidak mampu bertahan dalam era digital. (Foto: Ist.)

Koran lainnya yang sudah mengalami kebangkrutan atau sedang berada di ujung tanduk adalah Detroit News dan Detroit Free Press, Chicago Tribune, Los Angeles Time, Seattle Post Intelligencer, Baltimore Examiner, Kentucky Post, King Country Journal, Cincinnati Post, Union City Register Tribune, Halifax Daily News, Albuquerque Tribune, South Idaho Star, San Juan Star, Baltimore Sun, Minneapolis Star Tribune, Philadelphia Inquirer dan Philadelphia Daily News, dan San Francisco Chronicle.

Koran The Sun milik Rupert Murdoch di Inggris juga telah lama tumbang, dan kini hadir dalam bentuk daring.

Kejatuhan bisnis The Sun menjadi semakin lengkap dengan bangkrutnya sejumlah media cetak di AS.

Masih di daratan Eropa, media cetak tertua di dunia bernama Wiener Zeitung yang telah berkiprah selama 320 tahun, menerbitkan edisi harian terakhirnya pada 30 Juni 2023.

Koran yang berbasis di Wina, Austria itu terbit pertama kali pada 1730.

Gara-gara tak terbit lagi, koran ini kehilangan pendapatan sekitar 18 juta Euro atau setara hampir Rp 300 milliar.

Baca juga: Koran Wiener Zeitung Hentikan Edisi Cetaknya setelah Terbit Selama 320 Tahun

Newsweek, majalah ternama AS yang menguasai pemberitaan selama 80 tahun, juga telah lama mati.

Newsweek menamatkan riwayatnya pada 31 Desember 2012, sebagai terbitan edisi terakhir, setelah 80 tahun berkiprah.

Sehari berikutnya menyatakan resmi beralih ke media online.

Majalah Newsweek berusaha terbit kembali setelah berhenti terbit selama satu tahun. Namun Newsweek tetap terbit dalam bentuk daring dengan nama Newsweek Global. (Foto: Ist.)

Saat ini, terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan media cetak di AS yang sedang menunggu giliran ditutup karena sudah tak lagi diminati.

Philip Meyer (2004) dalam bukunya The Vanishing Newspaper: Saving Journalism in the Information Age memang pernah memprediksi bahwa koran akan mati pada 2043.

Semua pengelola media dituntut mampu menjalankan medianya sebagai sebuah institusi pers, di samping tetap harus mampu menjaga kelangsungannya sebagai sebuah institusi bisnis.

Situasi tarik menarik kepentingan antara idealisme dan bisnis yang sering menjadi dilema bagi media massa, menghadapi ujian berat setelah lahirnya media daring.

Saat ini pola konsumsi informasi masyarakat telah banyak bergeser ke media sosia (Medsos).

Era disrupsi saat ini telah memunculkan bisnis korporasi media. Raksasa platform media seperti Google dan sejumlah platform Medsos telah menyerbu masyarakat dan menggeser kelangsungan hidup pers global, nasional, dan lokal.

Google dan Medsos memang bukan perusahaan media, namun melalui internet dan laman-laman Medsos mampu memfasilitasi orang dalam mengunggah dan mengunduh beragam berita dan informasi.

Korporasi media digital ini juga telah mengambil kue iklan yang sebelumnya menjadi jatah media massa konvensional. Beragam platform digital telah menggeser pola pemasang iklan yang sebelumnya ada pada media arus utama kini banyak yang berpindah ke daring.

Saat sebuah media cetak mati, pluralisme media akan terbatas karena sumber-sumber informasi akan lebih bergantung pada media daring dan media elektronik.

Bisa juga dipastikan akan terjadi penurunan kualitas jurnalisme.

Media cetak seringkali membuat investigasi dan laporan mendalam yang membutuhkan waktu dan sumber daya yang lebih besar.

Tanpa media cetak, karya jurnalisme mendalam bisa berkurang, dan lebih banyak berita berpotensi menjadi berita cepat dan dangkal. (rus)