KABARIKA.ID, GAZA – Tentara Israel (IDF) pelaku genosida di Gaza mengumumkan terbunuhnya komandan Brigade 401, dan tiga perwira lainnya cedera serius di Jabalia, utara Jalur Gaza, Ahad malam (20/10/2024) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kolonel Ehsan Daqsa, 41, tewas terkena ledakan setelah meninggalkan tanknya untuk berjalan ke titik observasi dekat kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

Menurut IDF, lokasi tersebut telah dipersiapkan dengan bahan peledak, yang menewaskan Kolonel Daqsa di tempat dan melukai tiga petugas lainnya.

Kolonel Daqsa, yang memimpin Brigade Lapis Baja ke-401 IDF, adalah anggota minoritas Druze Israel dan berasal dari kota Daliyat al-Karmel.

Dia bergabung dengan korps lapis baja IDF pada 2001 dan naik pangkat menjadi komandan brigade.

Media Israel melaporkan bahwa dia adalah seorang perwira senior yang dihormati dan seorang veteran perang Israel-Hizbullah tahun 2006.

Daqsa adalah prajurit IDF berpangkat tertinggi yang terbunuh sejak dimulainya perang Israel dengan Hamas pada Oktober tahun lalu.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Ehsan adalah pahlawan Israel dan dia adalah sosok yang mencontohkan ikatan antara Israel dan komunitas Druze.

Radio Tentara Israel mengatakan Kolonel Daqsa didampingi tiga perwira lainnya di dua tank di dalam Jabalia yang menjadi zona pertempuran. Dia dan petugas meninggalkan tank untuk jarak 20 meter, dan ketika mereka bergerak, sebuah bom yang dipasang pejuang Palestina meledak di sekitar mereka.

Media itu menambahkan bahwa insiden tersebut menewaskan Kolonel Daqsa dan melukai tiga perwira, termasuk wakil komandan Divisi 162 dan komandan Batalyon 52.

Media mencatat bahwa Kolonel Daqsa termasuk di antara enam komandan, empat di antaranya berpangkat kolonel yang tewas sejak awal perang di Jalur Gaza.

Media Israel memberitakan bahwa komandan Divisi 162 tentara Israel memutuskan untuk menunjuk Letnan Kolonel Meir Biederman sebagai komandan Brigade 401.

Letnan Kolonel Daniel Ella juga dipanggil untuk menggantikan komandan Brigade ke-52, yang terluka parah dalam pertempuran di lingkungan Tel al-Sultan di kota Rafah di selatan Jalur Gaza beberapa bulan lalu, untuk menggantikannya sementara.

Menurut pakar militer dan keamanan Osama Khaled, dalam pernyataannya kepada Aljazirah Arabia, Kolonel Daqsa dianggap sebagai tokoh militer Israel paling penting yang akan dibunuh sejak awal Intifadah Al-Aqsa karena beberapa alasan.

Utamanya karena ia adalah perwira berpangkat tinggi dan memimpin Brigade Lapis Baja ke-401, yang merupakan bagian dari Divisi 162 Komando Selatan.

Itu merupakan brigade lapis baja elit terpenting dalam tentara pendudukan dan dikenal sebagai “Steel Heels” alias “Tumit Baja”.

“Steel Heels” adalah salah satu dari tiga brigade yang membentuk Korps Lapis Baja Israel, dan berafiliasi dengan Divisi Lapis Baja ke-162, dan mewakili prioritas terkuatnya, dan berada di bawah pengelolaan Komando Selatan.

Ini adalah salah satu divisi militer paling menonjol yang diandalkan oleh tentara pendudukan dalam pertempuran lapangan karena kepemilikan baju besi dan keunggulan dalam kekuatan dan kemampuan untuk bergerak.

Khaled menambahkan bahwa Kolonel Daqsa memimpin semua operasi ofensif di Jalur Gaza di Rumah Sakit Al-Shifa, lingkungan Al-Zeitoun, Beit Hanoun, Jabalia dan Rafah.

Pengepungan-pengepungan dan serangan ini menimbulkan banyak korban warga Palestina. Dalam pengepungan di RS al-Shifa pada November 2023 misalnya, sedikitnya 170 warga Palestina syahid. (rus)